Presentation Blok 18

26
KELOMPOK C4 TUTOR: Dr. J HUDYONO. AHLI KELOMPOK: AKMAL HAKIM BIN ASLAH (102008064) BERNARD LEONARDO (102008159) MASLIANA BT ALIAS (102008298) SURIANI BT MOHAMED SHUKOR (102008255) SITI NORSHAMSIAH BT SHAMSUDDIN (102008252) MARYANTJE DEMASARI (102008168) NOR FATIHA BT MAHMOOD (102008257) MOHAMAD ATHAULLAH BIN ISMAIL (102008310) MUIZZUDDIN BIN ALI (102008292) NURUL AINI BT ABDUL RAHMAN (102008288)

Transcript of Presentation Blok 18

Page 1: Presentation Blok 18

KELOMPOK C4

TUTOR: Dr. J HUDYONO. AHLI KELOMPOK: AKMAL HAKIM BIN ASLAH (102008064) BERNARD LEONARDO (102008159) MASLIANA BT ALIAS (102008298) SURIANI BT MOHAMED SHUKOR (102008255) SITI NORSHAMSIAH BT SHAMSUDDIN (102008252) MARYANTJE DEMASARI (102008168) NOR FATIHA BT MAHMOOD (102008257) MOHAMAD ATHAULLAH BIN ISMAIL (102008310) MUIZZUDDIN BIN ALI (102008292) NURUL AINI BT ABDUL RAHMAN (102008288)

Page 2: Presentation Blok 18

SKENARIO Seorang anak laki-laki berusia 5 tahun di bawa oleh ibunya ke poliklinik

UKRIDA dengan keluhan utama sesak nafas sejak 1 hari yang lalu. Pada

anamnesa didapatkan batuk sejak 1 minggu yang lalu. Oleh ibunya, ia

diberikan obat batuk, tetapi tidak membaik. Dua hari yang lalu, ia demam

tinggi di sertai nafsu makan yang menurun. Pada pemeriksaan fisik

ditemukan :

T : 38.7oC

RR : 45x / menit

HR : 117x/ menit

Pada pemeriksaan ditemukan ronkhi basah pada kedua lapang paru,

disertai retraksi pada sela iga dan sub-costal, cyanosis tidak ada.

Page 3: Presentation Blok 18

Langkah 1: Identifikasi istilah yang tidak dimengerti

Tiada 

Page 4: Presentation Blok 18

Langkah 2: Identifikasi masalah.

Dispnoe,Batuk tidak membaik dengan

obat,Febris,Demam,Nafsu Makan

Menurun,Takikardia. Adanya ronkhi basah

pada kedua lapang paru,retraksi pada

sela iga dan subcostal.

Page 5: Presentation Blok 18

Langkah 3 : Analisa Masalah

Dispnoe, Febris, Takikardia,ronkhi+,retraksi sela iga + dan subcostal, cianosis -

fisikanamnes

a

penunjang

WD

pemeriksaan

prognosis

DD

etiologi

epidemiologi

komplikasi

patofisiologi

Gejala klinis

penatalaksanaan

Page 6: Presentation Blok 18

Langkah 4: Hipotesis

Dispnoe,Batuk Tidak membaik dengan obat,Febris,Demam,Nafsu Makan Menurun,Takikardia,Adanya ronkhi basah pada kedua lapang paru,retraksi pada sela iga dan subcostal adalah gejala dari Anak dengan Pneumonia Berat.

Page 7: Presentation Blok 18

Langkah 5: Sasaran Belajar

Pemeriksaan:

anamnesis,

pemeriksaan fisik dan

penunjang

Working diagnosis

Diferential diagnosis

Etiologi

Epidemiologi

Gejala klinik

Patofisiologi

Penatalaksanaan

Komplikasi

Prognosis

Page 8: Presentation Blok 18

Pemeriksaan : Anamnesa

ALLONAMNESIS

Identitas pasien

Riwayat penyakitkeluhan utama

Riwayat perjalanan penyakit

DEMAM : Lamanya panas, Panas 7 hari ; berobat tak sembuh → typhoid

fever, Demam 5 hari dan ada perdarahan → dengue hemoragik fever

(DHF), Demam 5 hari tidak ada perdarahan → dengue biasa, Demam

intermitten → malaria,

GEJALA SESAK NAFAS : Sejak kapan? saat beraktivitas atau saat istirahat?

Apakah aktivitas tersebut?, konsistensi sesak nafas

Page 9: Presentation Blok 18

Anamnesa

GEJALA BATUK : Sejak kapan?, sifat batuk? disertai seputum atau batuk

kering?, jumlah seputum, warnanya, bau atau konsistensi seputum,

disertai darah atau hemoptisis? jumlah darah? Pernahkah anak diobati

dengan obat batuk? bagaimanakah keadaan batuk setelah pemberian

obat?

ANOREXIA DAN PENURUNAN BERAT BADAN

Perihal yang perlu ditanyakan :

Status anorexia, kelainan pada saluran cerna, Apakah cepat

merasa kenyang, Apakah penurunan BB akibat anorexia

terjadi setelah mengkonsumsi/menghentikan obat tertentu

Page 10: Presentation Blok 18

Pemeriksaan : FisikINSPEKSI

morfologi tubuh : tanda-tanda gagal tumbuh, dismorfologi

ekstremitas.

toraks : tanda depresi sternum dan retraksi pada fossa

suprasternal, subkostal dan interkostal.

Laju nafas anak saat anak tenang.:

asimetri disebabkan oleh pneumotoraks, pneumonia, effuse

pleura & atelektasis.

PALPASI

Keasimetrisan gerakan dinding dada. Sela iga cembung atau

cekung.

iktus jantung : pergeseran apex jantung pada pneumotoraks,

pneumediastinum dan effusi pleura.

Page 11: Presentation Blok 18

Pemeriksaan FisikPERKUSI

Hipersonor :pneumotoraks, emfisema, asma dan kaverna.

Redup :hati, jantung, konsolidasi, atelektasis, effuse pleura, infiltrat,

pleuritis dan tumor paru.

redup timpani: infiltrat massif spt pneumonia lobaris,tumor, lumen

bronkus.

Sonor :infiltrat tersebar seperti bronkopneumonia dan tuberculosis milier.

AUSKULTASI

Suara paru digolongkan kepada empat jenis suara : suara trakeal,

bronchial, bronkovesikuler dan vesikuler.

Manakala suara tambahan paru : bising tidak kontinyu/ronkhi (ronkhi

basah halus pd pneumonia), bising kontinyu: mengi (-), stridor(-) dan

bunyi gesekan pleura/vibrasi(-).

Page 12: Presentation Blok 18

Pemeriksaan : PenunjangPemeriksaan laboratorium Tes Hitung Leukosit : membedakan pneumonia viral (normal/

max 20.000/mm3 ) dan pneumonia bacterial (15.000-40.000/mm3

 Tes Kultur Darah non-invasif & gold-standard menemukan etiologi.

Tes Sputum susah diperoleh dan sering terkontaminasi bakteri saluran napas

atas.

Pemeriksaan radiologi Perselubungan dengan batasnya tegas. Seringkali terjadi komplikasi efusi pleura. Pada permulaan sering masih terlihat vaskuler. Air Bronchogram Sign.

Page 13: Presentation Blok 18

WD

WD adalah pneumonia berat.

Page 14: Presentation Blok 18

DD

Pneumonia sangat berat sianosis dan anak tidak minum lagi karena sudah lemas. Frekuwensi

napasnya semakin meningkat dan perlu dirawat inap.  Pneumonia tidak ditemukan retraksi namun kadar pernapasannya masih cepat.  Bronchitis proses peradangan atau inflamasi mukosa bronkus bergejala seperti

febris, faringitis, rhinitis, batuk dengan sputum sereus, hidung beringus dan merupakan self limiting disease pada akut.

Pada pemeriksaan fisik ditemukan mengi, suara napas kasar dan ronkhi basah.

batuk kering pada awal penyakitnya berubah menjadi batuk yang produktif seperti lendir.

Pada infeksi bakteri ditemukan: Patologi anatomi: infiltrasi mukosa oleh limfosit dan leukosit

Page 15: Presentation Blok 18

DD Bronkiolitis5

banyak pada kanak-kanak lelaki, tidak mendapat air susu ibu (ASI)dan

sosek yang rendah.

demam ringan, pilek dan batuk, nafsu makan menurun (kadang-kadang

ada dehidrasi), muntah setelah batuk, mengi, bunyi napas, ronkhi, rewel

dan sesak napas. Takipneu,takikardi, napas cuping hidung dan retraksi.

Tes-tes ini meliputi: oksimeter pulsa - ini mengukur oksigen dalam darah anak Anda. mengambil sampel cairan dari hidung -mengidentifikasi virus

penyebab x-ray dada . Hanya boleh dilakukan jika ada diagnostik ketidakpastian

atau kursus atipikal. Ditemukan: hiperinflasi dan setengah infiltrat nonspesifik , Focal atelektasi, Udara

terperangkap, Diratakan diafragma, Peningkatan diameter anteroposterior, Peribronchial memborgol (cuffing)

tes darah / gas darah: menunjukkan adanya hipoksia atau tidak.

Page 16: Presentation Blok 18

DD

Asma Gejala : dispneu, takikardi atau bradikardi, tekanan nadi yang lemah,

hipotensi dan akral dingin . adanya pencetus (allergen dan nonallergen), mengi pada ekspirasi dan gangguan infeksi saluran nafas atas ringan seperti batuk.

Gangguan emosi, motorik, sensorik dan kesadaran. Nyeri abdomen, lemah, tidak toleran terhadap aktivitas, makan, bermain, berjalan bahkan bicara. Meningkatnya ukuran diameter anteroposterior (barrel chest) serta serangan yang tiba-tiba atau berangsur-angsur.

Indikasi gawat darurat : sesak napas, muka dan bibir kebiruan, nadi kencang, berkeringat dan penurunan kesedaran.

Beberapa pemeriksaan penunjang dilakukan untuk mendapat diagnose pasti asma yaitu: Pemeriksaan fungsi paru-paru Penilaian status alergi Foto rontgen; akut : hiperinflasi dan pendataran diafragma. Analisa gas darah; menunjukkan hipoksia

Page 17: Presentation Blok 18

DDTBCGejala sistemik/umum Demam tidak tinggi ,lama, malam hari disertai keringat malam. Penurunan nafsu makan dan berat badan. Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah). Perasaan tidak enak (malaise), lemah.

Gejala khusus (tergantung organ) suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak. cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), keluhan sakit dada. Tulang: gejala seperti infeksi tulang yang dapat membentuk saluran dan

bermuara pada kulit di atasnya, keluar cairan nanah. meningitis: demam tinggi, penurunan kesadaran dan kejang-kejang. tes mantoux. Diare persisten foto rontgen paru pemeriksaan histologist biopsy respon yang baik pada pengobatan

dengan obat anti tuberculosis (OAT) pemeriksaan langsung : identifikasi Mycobacterium tuberculosis

Page 18: Presentation Blok 18

Etiologi Streptococcus pneumoniae

Haemophilus influenzae type b (Hib)

Respiratory syncytial virus

Pada bayi yang terinfeksi HIV, Pneumocystis jiroveci merupakan

penyebab terbanyak.

 Penyebab terbanyak pneumonia didapat komunitas - Mycoplasma

pneumoniae.

Pneumonia virus adalah self-limited. 

Pneumonia aspirasi lebih umum pada anak dengan masalah neurologis

dan masalah menelan.

Pada individu dengan imunosupresan, infeksi opportonistik oleh

Aspergillus species, Candida species, Pneumocystis species, dan

cytomegalovirus dapat terjadi.

Page 19: Presentation Blok 18

Epidemiologi Di Indonesia, pneumonia merupakan penyebab kematian nomor tiga

setelah kardiovaskuler dan TBC.

Faktor sosial ekonomi yang rendah mempertinggi angka kematian.

Negara berkembang sering ,lebih berat dan kematian anak tinggi.

Insiden puncak pada usia 1-5 tahun dan menurun dengan bertambahnya

usia anak.

Mortalitas tinggi: Streptococcus pneumonia dan Staphylococcus aureus,

malnutrisi dan kurang akses perawatan. Pneumonia yang disebabkan

oleh infeksi RSV didapatkan sebanyak 40%.

Di negara dengan 4 musim, banyak pada musim dingin sampai awal

musim semi, di negara tropis pada musim hujan.

Page 20: Presentation Blok 18

Patofisiologi

Pneumonia viral menyebabkan obstruksi saluran napas akibat

pembengkakan, sekresi yang abnormal, dan debris selular; menggangu

mekanisme pertahanan host yang normal, mengubah sekresi, dan

mengubah bacteria flora normal.

Pada infeksi bakteri, proses patologi bervariasi menurut organisme.

Pneumonia Streptococcus menghasilkan edema lokal yang membantu

proliferasi organisme dan penyebarannya pada bagian berdekatan paru,

menimbulkan karakteristik lobar fokal.

Pneumonia Staphylococcus aureus bermanifestasi di bronchopneumonia

yang sering unilateral dan karakteristiknya oleh kehadiran peluasan

bagian nekrosis hemoragik dan area cavitasi ireguler pada parenkim

paru, yang menyebabkan pneumatosel, empyema, atau fistula

bronchopulmonari.

Pneumonia rekurens didefinasikan sebagai 2 atau 3 episode pada 1

tahun atau 3 atau lebih episode dengan radiografi yang bersih antara

waktu kejadian.

Page 21: Presentation Blok 18

Manifestasi Klinik

Tanda-tanda Pneumonia sangat bervariasi, tergantung golongan umur,

mikroorganisme penyebab, kekebalan tubuh (imunologis) dan berat ringannya

penyakit.

Pada umumnya, diawali dengan panas, batuk, pilek, suara serak, nyeri

tenggorokan.

Selanjutnya panas makin tinggi, batuk makin hebat, pernapasan cepat

(takipnea), tarikan otot rusuk (retraksi), sesak napas dan penderita menjadi

kebiruan (sianosis). Ronkhi basah halus.

Adakalanya disertai tanda lain seperti nyeri kepala, nyeri perut dan muntah

(pada anak di atas 5 tahun).

Pada bayi (usia di bawah 1 tahun) tanda-tanda pnemonia tidak spesifik, tidak

selalu ditemukan demam dan batuk.

Page 22: Presentation Blok 18

Penatalaksanaan WHO menyarankan untuk pengobatan:-

Pneumonia - nafas cepat, tanpa retraksi : dirawat secara poliklinis dengan antibiotik oral. Antibiotik pilihan - amoksisilin, ampisilin, trimetoprim/sulfametoksazol

atau penisilin prokain selama lima hari  Pneumonia berat - nafas cepat, retraksi: dirawat inap

antibiotika parenteral seperti benzylpenisilin atau ampisilin. Kloramfenikol (IM).

  Bayi kurang 2 bulan, WHO merekomendasi penisilin dan gentamisin.  Pasien dengan imunokompromais - pemberian antibiotik sefalosporin

generasi 3 harus segera dimulai saat tanda awal pneumonia didapatkan.   Pertimbangkan pemberian. :

Kotrimoksasol - pneumonia Pneumocystic carinii Antiviral - Asiklovir, gansiklovir (pneumonia et/ CMV) Anti jamur - amphotericin B, ketokonazol, flukonazol (pneumonia et/

jamur Imunoglobulin

Page 23: Presentation Blok 18

Penatalaksanaan Non medika mentosa Pemberian oksigen melalui kateter hidung atau masker. Pemberian cairan dan nutrisi yang adekuat. Pasien yang mengalami

sesak yang berat dapat dipuasakan, bila sesak berkurang berikan segera asupan oral secara bertahap melalui NGT (nasogastric tube) drip susu atau makanan cair.

Mengatasi kelainan penyerta seperti kejang demam, diare dan lainnya serta komplikasi.

Preventif Pemberian imunisasi campak, pertusis dan varisela, imunisasi Hib (H.

influenza tipe b). Vaksin pneumokokal hepatvalen memberikan perlindungan terhadap

penyakit umum yang disebabkan oleh 7 serotipe Streptococcus pneumonia. 

Hindari faktor paparan asap rokok dan polusi udara Membatasi penularan terutama dirumah sakit Membiasakan cuci tangan Penggunaan sarung tangan dan masker Pemberian ASI Menghindarkan bayi/anak kecil dari kontak dengan penderita ISPA. 

Page 24: Presentation Blok 18

Komplikasi Gagal bernapas

Abses : jaringan paru-paru yang sebenarnya hancur, tubuh merespon dengan membuat rongga berisi nanah di dalam paru yang disebut abses 

Efusi pleura dan Empyema: efusi pleura = cairan menjadi terinfeksi, empyema pleura =bekas luka permanen terbentuk.

Paru kolaps : udara dari dalam paru-paru bocor ke ruang di antara dinding dada dan paru-paru.  

  Bakteri dalam darah  Lain-lain : Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), infeksi bakteri

menyebar ke otak atau jantung, Kematian

Page 25: Presentation Blok 18

Prognosis

Prognosis pneumonia secara umum baik,

tergantung dari kuman penyebab dan

penggunaan antibiotika yang tepat serta

adekuat. Perawatan yang baik serta intensif

sangat mempengaruhi prognosis penyakit pada

penderita yang dirawat

Page 26: Presentation Blok 18

Kesimpulan

pneumonia sering terjadi pada anak karena daya tahan anak

terhadap agen penyebab pneumonia belum sempurna.

Pneumonia pada anak dapat menyebabkan sesak napas, batuk

serta demam.

Pneumonia berat tidak ditemukan sianosis, ditemukan tanda

retraksi serta ada ronkhi basah pada auskultasi yang menunjukkan

adanya konsolidasi jaringan paru.

Pneumonia berat pada anak dapat diobati dengan menggunakan

antibiotik seperti eritromisin dan sefalosporin.

Hipotesis diterima.