7. Pedoman Penyusunan_OK

download 7. Pedoman Penyusunan_OK

of 96

Transcript of 7. Pedoman Penyusunan_OK

  • 8/18/2019 7. Pedoman Penyusunan_OK

    1/96

    361.11

    Ind

     p

    pedoman penyusunandokumen akreditasi

    FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

    DIREKTORAT JENDERAL BINA UPAYA KESEHATAN

    DIREKTORAT BINA UPAYA KESEHATAN DASAR

    TAHUN 2014

  • 8/18/2019 7. Pedoman Penyusunan_OK

    2/96

    Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI

    Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal  Bina Upaya Kesehatan

      Pedoman penyusunan dokumen akreditasi fasilitas

    kesehatan tingkat pertama.--- Jakarta Kementerian

    Kesehatan RI. 2014

    ISBN 978-602-235-730-8

      1. Judul I. COMMUNITY HEALTH SERVICES

    II. HEALTH FACILITY PLANNING

    III. ACCREDITATION 

    362.11

    Indp

  • 8/18/2019 7. Pedoman Penyusunan_OK

    3/96

    a

    Pedoman Penyusunan

    Dokumen Akreditasi

    FASILITAS KESEHATAN

    TINGKAT PERTAMA

    DIREKTORAT JENDERAL BINA UPAYA KESEHATAN

    DIREKTORAT BINA UPAYA KESEHATAN DASAR

    TAHUN 2014

  • 8/18/2019 7. Pedoman Penyusunan_OK

    4/96

    b

  • 8/18/2019 7. Pedoman Penyusunan_OK

    5/96

    i

    KATA PENGANTAR

      Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena

    atas rahmat dan hidayahNya, kami dapat menyelesaikan Pedoman

    Penyusunan Dokumen Akreditasi Fasilitas Kesehatan Tingkat

    Pertama (FKTP). Buku ini kami susun sebagai salah satu upaya untuk

    memberikan acuan dan kemudahan dalam pelaksanaan persiapan

    akreditasi baik oleh pendamping maupun pelaksana akreditasi FKTP.

      Akreditasi mempersyaratkan adanya pembuktian pelaksanaan

    seluruh kegiatan pelayanan melalui dokumentasi dan penelusuran,

    karena pada prinsip akreditasi, seluruh kegiatan harus tertulis dan apayang tertulis harus dikerjakan dengan sesuai. Buku ini berisi contoh-

    contoh dokumen yang dapat digunakan dalam menyusun dokumen

    akreditasi.

      Pada kesempatan ini perkenanan saya menyampaikan ucapan

    terima kasih dan apresiasi kepada semua pihak yang terlibat dalam

    proses penyusunan Pedoman Penyusunan Dokumen Akreditasi FKTP.

    Semoga dengan digunakannya buku ini dapat mempermudah pembaca

    dalam menyiapkan dokumen akreditasi FKTP.

    Jakarta, Desember 2014

    Direktur Bina Upaya Kesehatan Dasar 

    drg. Kartini Rustandi, M. Kes

  • 8/18/2019 7. Pedoman Penyusunan_OK

    6/96

    ii

  • 8/18/2019 7. Pedoman Penyusunan_OK

    7/96

    iii

    KATA PENGANTAR .................................................................

     

    DAFTAR ISI ..............................................................................

    BAB I. Pendahuluan .............................................................

    BAB II. Dokumentasi Akreditasi Fasilitas Kesehatan Tingkat

      Pertama .....................................................................

     

    BAB III. Penyusunan Dokumen Akreditasi .............................

      A. Kebijakan ............................................................

      B. Manual Mutu .....................................................

    C. Rencana Lima Tahunan Puskesmas ................

      D. Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) Tahunan

      E. Pedoman/Panduan .............................................

      F. Penyusunan Kerangka Acuan Program/Kegiatan

    G. Standar Prosedur Operasional ..........................

      H. Pengendalian Dokumen dan Rekam Implementasi

    I. Penataan Dokumen ...........................................

    BAB IV. Penutup ....................................................................

    LAMPIRAN

    i

    iii

    1

    3

    6

    6

    8

    12

    15

    18

    21

    25

    41

    43

    44

    DAFTAR ISI

  • 8/18/2019 7. Pedoman Penyusunan_OK

    8/96

    iv

  • 8/18/2019 7. Pedoman Penyusunan_OK

    9/96

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

     Akreditasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama merupakan upaya

    peningkatan mutu dan kinerja pelayanan yang dilakukan melalui

    membangun sistem manajemen mutu, penyelenggaraan upaya

    kesehatan masyarakat, dan sistem pelayanan klinis untuk memenuhi

    standar akreditasi yang ditetapkan dan peraturan perundangan serta

    pedoman yang berlaku.

    Untuk membangun dan membakukan sistem manajemen mutu, sistem

    pelayanan, perlu disusun pengaturan-pengaturan (regulasi) internalyang menjadi dasar dalam pelaksanaan upaya kesehatan di Fasilitas

    Kesehatan Tingkat Pertama, baik upaya kesehatan masyarakat

    maupun upaya kesehatan perorangan. Regulasi internal tersebut

    berupa kebijakan, pedoman, standar prosedur operasional (SPO)

    dan dokumen lain disusun berdasarkan peraturan perundangan dan

    pedoman-pedoman eksternal yang berlaku. Untuk memudahkan dalam

    mempersiapkan regulasi internal tersbut, maka perlu disusun Pedoman

    Penyusunan Dokumen Akreditasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama.Pedoman ini disusun dengan tujuan sebagai berikut :

    1. Tersedianya pedoman bagi kepala Puskesmas/Fasiltas

    Kesehatan Tingkat Pertama, penanggung jawab dan pelaksana

    Upaya Kesehatan di Puskesmas, dan tim mutu dalam menyusun

    dokumen-dokumen yang dipersyaratkan dalam standar akreditasi,

    2. Tersedianya pedoman bagi pendamping akreditasi di dinas

    kesehatan kabupaten/kota untuk melakukan pendamping padaFasilitas Kesehatan Tingkat Pertama,

    3. Tersedianya pedoman bagi surveyor dalam melakukan penilaian

    akreditasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama,

    4. Tersedianya pedoman penyusunan dokumen untuk pelatihan

    akreditasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama.

    Pedoman ini disusun untuk dapat digunakan sebagai pedoman

    penyusunan dokumen bagi kepala Fasilitas Kesehatan Tingkat

  • 8/18/2019 7. Pedoman Penyusunan_OK

    10/96

    2

    Pertama, penanggung jawab dan pelaksana upaya kesehatan

    masyarakat di Puskesmas, baik upaya kesehatan masyarakat maupun

    upaya kesehatan perorangan, pendamping tingkat kabupaten/kota,

    dan surveior akreditasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama.

    Pedoman ini disusun sebagai bahan bagi FKTP untuk menyusun

    kelengkapan pedoman tata naskah terkait dengan dokumen-dokumen

    yang dipersyaratkan oleh standar akreditasi. Dalam pedoman tata

    naskah perlu dimasukkan bagaimana penyusunan kebijakan, standar

    prosedur operasional, dengan tata penomorannya.

  • 8/18/2019 7. Pedoman Penyusunan_OK

    11/96

    3

    BAB II

    DOKUMENTASI AKREDITASI

    FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

    Sistem manajemen mutu dan sistem pelayanan di FKTP serta sistem

    penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat di Puskesmas perlu

    dibakukan berdasarkan regulasi internal. Regulasi internal ini disusun

    dalam bentuk dokumen akreditasi yang harus dipersiapkan oleh

    fasilitas kesehatan tingkat pertama mandiri untuk memenuhi standar

    akreditasi.

    Penyusunan regulasi internal, perlu didukung regulasi eksternalyang berupa peraturan perundangan dan pedoman-pedoman

    yang diberlakukan oleh Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan

    Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan organisasi profesi,

    yang merupakan acuan bagi Puskesmas dalam menyelenggarakan

    manajemen Puskesmas, upaya kesehatan masyarakat, dan upaya

    kesehatan perorangan. Dokumen-dokumen tersebut sebaiknya

    ada di Puskesmas/Klinik, dan merupakan dokumen eksternal yang

    dikendalikan, meskipun dokumen eksternal tersebut tidak merupakanpersyaratan dalam penilaian akreditasi.

    Dokumen-dokumen yang perlu dipersiapkan di Puskesmas dapat

    dibedakan sebagai berikut :

    1. Dokumen Di Puskesmas

     A. Penyelenggaraan manajemen Puskesmas : 

    1). Kebijakan Kepala Puskesmas/Fasilitas PelayananKesehatan Tingkat Pertama,

    2). Rencana Lima Tahunan Puskesmas

    3). Pedoman/manual mutu,

    4). Pedoman/panduan tehnis yang terkait dengan

    manajemen

    5). Standar Prosedur Operasional (SPO)

  • 8/18/2019 7. Pedoman Penyusunan_OK

    12/96

    4

    6). Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP): Rencana

    Usulan Kegiatan (RUK) dan Rencana Pelaksanaan

    Kegiatan (RPK)

    7). Kerangka Acuan Kegiatan

    B. Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Masyarakat

    Puskesmas :

    1). Kebijakan Kepala Puskesmas,

    2). Pedoman untuk masing-masing upaya kesehatan

    masyarakat,

    3). Standar Prosedur Operasional (SPO),

    4). Rencana Tahunan untuk masing-masing UKM,

    5). Kerangka Acuan Kegiatan pada tiap-tiap UKM,

    C. Penyelenggaraan pelayanan kl inis/upaya kesehatan

    perorangan

    1). Kebijakan tentang pelayanan klinis,

    2). Standar Prosedur Operasional (SPO) klinis,

    3). Pedoman Pelayanan Klinis,4). Kerangka Acuan terkait dengan Program/Kegiatan

    Pelayanan Klinis dan Peningkatan Mutu dan

    Keselamatan Pasien

    2. Dokumen di Fasili tas Kesehatan Tingkat Pertama Lainnya

    Dokumen-dokumen yang perlu dipersiapkan oleh Fasilitas

    Kesehatan Tingkat Pertama lainnya, seperti klinik pratama dan

    praktik dokter/dokter gigi mandiri, antara lain adalah:

    a. Rencana strategik/rencana lima tahunan

    b. Rencana tahunan

    c. Kebijakan Kepala Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama

    d. Pedoman/panduan mutu

    e. Standar Prosedur Operasional (SPO)

  • 8/18/2019 7. Pedoman Penyusunan_OK

    13/96

    5

    f. Panduan-panduan teknis

    g. Kerangka Acuan Kegiatan

    Sebagai bukti pelaksanaan kegiatan dan pelayanan Fasilitas KesehatanTingkat Pertama perlu menyiapkan rekam implementasi (bukti tertulis

    kegiatan yang dilaksanakan) dan dokumen-dokumen pendukung lain,

    seperti foto copy ijazah, sertifikat pelatihan, sertifikat kalibrasi dan

    sebagainya.

  • 8/18/2019 7. Pedoman Penyusunan_OK

    14/96

    6

    BAB III

    PENYUSUNAN DOKUMEN AKREDITASI

     A. Kebijakan

    Kebijakan adalah peraturan/keputusan yang ditetapkan oleh kepala

    FKTP yang merupakan garis besar yang bersifat mengikat dan

    wajib dilaksanakan oleh penanggung jawab maupun pelaksana.

    Berdasarkan kebijakan tersebut, disusun pedoman/panduan dan

    standar prosedur operasional (SPO) yang memberikan kejelasan

    langkah-langkah dalam pelaksanaan kegiatan di Fasilitas

    Kesehatan Tingkat Pertama.

    Penyusunan peraturan/surat keputusan tersebut harus

    didasarkan pada peraturan perundangan, baik Undang-undang,

    Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, Peraturan Daerah,

    Peraturan Kepala Daerah, Peraturan Menteri atau pedoman-

    pedoman teknis yang berlaku seperti yang ditetapkan oleh

    Kementerian Kesehatan, Kementerian Dalam Negeri, Dinas

    Kesehatan Provinsi, dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

    Peraturan/surat keputusan kepala FKTP dapat dituangkan dalam

    pasal-pasal dalam keputusan tersebut atau merupakan lampiran

    dari peraturan/keputusan.

    Format Peraturan/ surat keputusan disusun sebagai berikut:

    1. Pembukaan :

    a. Judul : Surat Keputusan Kepala …………….…

    b. Nomor : ditulis sesuai sistem penomoran suratkeputusan di FKTP,

    c. Jabatan pembuat keputusan ditulis simetris, diletakkan

    di tengah margin serta ditulis dengan huruf kapital,

    d. Konsideran, meliputi:

    1) Menimbang : memuat uraian singkat tentang

    pokok-pokok pikiran yang menjadi latar belakang

    dan alasan pembuatan keputusan. Huruf awal kata

  • 8/18/2019 7. Pedoman Penyusunan_OK

    15/96

    7

    menimbang ditulis dengan huruf capital diakhiri

    dengan tanda baca titik dua ( : ), dan diletakkan di

    bagian kiri, konsideran menimbang diawali dengan

    penomoran menggunakan huruf kecil abjad dan

    dimulai dengan kata bahwa dengan “b” huruf kecil;

    2) Mengingat : memuat dasar kewenangan dan

    peraturan perundangan yang memerintahkan

    pembuat keputusan tersebut. Peraturan

    perundangan yang menjadi dasar hukum adalah

    peraturan yang tingkatannya sederajat atau lebih

    tinggi. Konsideran ini diletakkan di bagian kiri

    tegak lurus dengan kata menimbang. Konsideran

    yang berupa peraturan perundangan diurutkan

    sesuai dengan hirarki tata perundangan diawali

    dengan nomor dengan huruf angka 1, 2, dst.

    2. Diktum :

    a. Diktum “Memutuskan” ditulis simetris di tengah,

    seluruhnya dengan huruf capital, serta diletakkan di

    tengah margin;

    b. Diktum Menetapkan dicantumkan setelah kata

    memutuskan disejajarkan ke bawah dengan kata

    menimbang dan mengingat, huruf awal kata menetapkan

    ditulis dengan huruf capital, dan diakhiri dengan tanda

    baca titik dua ( : );

    c. Nama keputusan sesuai dengan judul (kepala),

    seluruhnya ditulis dengan huruf capital dan diakhiri

    dengan tanda baca titik ( . ).

    3. Batang Tubuh :

    a. Batang tubuh memuat semua substansi keputusan

    yang dirumuskan dalam diktum-diktum, misalnya :

    KESATU :

    KEDUA :

    dst

  • 8/18/2019 7. Pedoman Penyusunan_OK

    16/96

    8

    b. Dicantumkan saat berlakunya peraturan/keputusan,

    perubahan, pembatalan, pencabutan ketentuan, dan

    peraturan lainnya, dan

    c. Materi kebijakan dapat dibuat sebagai lampiranperaturan/keputusan, dan pada halaman terakhir

    ditandatangani oleh pejabat yang menetapkan

    peraturan/keputusan.

    d. Kaki

    Kaki peraturan/keputusan merupakan bagian akhir

    substansi peraturan/keputusan yang memuat

    penanda tangan penerapan peraturan/keputusan,

    pengundangan peraturan/keputusan yang terdiri atas

    tempat dan tanggal penetapan, nama jabatan, tanda

    tangan pejabat, dan nama lengkap pejabat yang

    menanda tangani.

    e. Penandatanganan

      Peraturan/Keputusan kepala FKTP ditandatangani oleh

    kepala FKTP, dituliskan nama tanpa gelar.

    f. Lampiran peraturan/keputusan

    1). Halaman pertama harus dicantumkan judul dan

    nomor peraturan/keputusan

    2). Halaman terakhir harus ditanda tangani oleh

    Kepala FKTP.

      Catatan: Untuk Peraturan pada Batang Tubuh tidak ditulis dalam

    diktum tetapi dalam Bab-bab dan Pasal-pasal.

    Contoh :

    Lampiran 1 : Contoh Surat Keputusan Tentang Kebijakan

    Mutu dan Keselamatan Pasien

    B. Manual Mutu

    Manual Mutu adalah dokumen yang memberi informasi yang

    konsisten ke dalam maupun ke luar tentang sistem manajemen

  • 8/18/2019 7. Pedoman Penyusunan_OK

    17/96

    9

    mutu. Manual mutu disusun, ditetapkan, dan dipelihara oleh

    organisasi, yang meliputi :

    1. Pendahuluan berisi :

    a. Latar belakang

    b. Ruang Lingkup (proses bisnis)

    c. Tujuan

    d. Pengendalian dokumen

    2. Landasan hukum (peraturan/dokumen yang menjadi acuan)

    3. Istilah dan definisi

    4. Sistem Manajemen Mutu :

    a. Persyaratan umum

    b. Pengendalian dokumen

    c. Pengendalian rekaman

    5. Tanggung jawab manajemen :

    a. Komitmen manajemen

    b. Fokus pada pelanggan

    c. Kebijakan mutu

    d. Perencanaan Sistem Manajemen Mutu

    e. Tanggung jawab, wewenang dan komunikasi

    f. Wakil manajemen mutu

    g. Komunikasi internal

    6. Tinjauan Manajemen :

    a. Umum

    b. Masukan tinjauan

    c. Luaran tinjauan

    7. Manajemen sumber daya :

    a. Penyediaan sumber daya

    b. Manajemen sumber daya manusia

  • 8/18/2019 7. Pedoman Penyusunan_OK

    18/96

    10

    c. Infrastruktur 

    d. Lingkungan kerja

    8. Penyelenggaraan pelayanan :

    1) Pelayanan Upaya Kesehatan Masyarkat Puskesmas :

    a) Perencanaan Upaya Kesehatan Masyarakat

    b) Proses yang berhubungan dengan sasaran:

    • Penetapan persyaratan sasaran

    • Tinjauan terhadap persyaratan sasaran

    • Komunikasi dengan sasaran

    c) Pembelian (jika ada)

    d) Penyelenggaraan upaya:

    • Pengendalian proses penyelenggaraan

    upaya

    • Validasi proses penyelenggaraan upaya

    • Identifikasi dan mampu telusur 

    • Hak dan kewajiban sasaran

    • Pemeliharaan barang milik pelanggan (jika

    ada)

    • Manajemen risiko dan keselamatan

    e) Pengukuran, analisis, dan penyempurnaan :

    • Umum

    • Pemantauan dan pengukuran:

    - Kepuasan pelanggan

    - Audit internal

    - Pemantauan dan pengukuran proses

    - Pemantauan dan pengukuran hasil

    layanan

    • Pengendalian jika ada hasil yang tidak sesuai

    • Analisis data

    • Peningkatan berkelanjutan

  • 8/18/2019 7. Pedoman Penyusunan_OK

    19/96

    11

    • Tindakan korektif 

    • Tindakan preventif 

    2) Pelayanan klinis (Upaya Kesehatan Perseorangan) :

    a) Perencanaan Pelayanan Klinis

    b) Proses yang berhubungan dengan pelanggan

    c) Pembelian/pengadaan barang terkait dengan

    pelayanan klinis:

    • Proses pembelian

    • Verifikasi barang yang dibeli

    • Kontrak dengan pihak ketiga

    d) Penyelenggaraan pelayanan klinis :

    • Pengendalian proses pelayanan klinis

    • Validasi proses pelayanan

    • Identifikasi dan ketelusuran

    • Hak dan kewajiban pasien

    • Pemeliharaan barang milik pelanggan

    (spesiemen, rekam medis, dsb)

    • Manajemen risiko dan keselamatan pasien

    9. Pengukuran, analisis, dan penyempurnaan :

    • Umum

    • Pemantauan dan pengukuran:

    - Kepuasan pelanggan

    - Audit internal

    - Pemantauan dan pengukuran proses- Pemantauan dan pengukuran hasil layanan

    • Pengendalian jika ada hasil yang tidak sesuai

    • Analisis data

    • Peningkatan berkelanjutan

    • Tindakan korektif 

    • Tindakan preventif 

  • 8/18/2019 7. Pedoman Penyusunan_OK

    20/96

    12

    10. Penutup

    Lampiran (jika ada)

    Contoh :

    Lampiran 2 : Contoh Template Pedoman Mutu

    C. Rencana Lima Tahunan Puskesmas

    1. Pendahuluan

    Sejalan dengan rencana stratejik Dinas Kesehatan

    Kabupaten/Kota, Puskesmas perlu menyusun rencana

    kinerja lima tahunan dalam memberikan pelayanan kepadamasyarakat sesuai dengan target kinerja yang ditetapkan

    oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

    Rencana lima tahunan tersebut harus sesuai dengan visi,

    misi, tugas pokok dan fungsi Puskesmas berdasarkan pada

    analisis kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan

    sebagai upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan

    masyarakat secara optimal.

    Dalam menyusun rencana lima tahunan, kepala Puskesmas

    bersama seluruh jajaran karyawan yang bertugas di

    Puskesmas melakukan analisis situasi yang meliputi analisis

    pencapaian kinerja, mencari faktor-faktor yang menjadi

    pendorong maupun penghambat kinerja, sehingga dapat

    menyusun program kerja lima tahunan yang dijabarkan

    dalam kegiatan dan rencana anggaran.

    2. Sistematika Rencana Kinerja Lima Tahunan PuskesmasSistematika Rencana Kinerja Lima Tahunan Puskesmas

    dapat disusun dengan sistematika sebagai berikut :

    Bab I. Pendahuluan

     A. Keadaan Umum Puskesmas

    B. Tujuan penyusunan rencana lima tahunan

    C. Indikator dan standar kinerja untuk tiap jenis

    pelayanan dan upaya Puskesmas

  • 8/18/2019 7. Pedoman Penyusunan_OK

    21/96

    13

    Bab II. Analisis Kinerja

     A. Pencapaian Kinerja untuk tiap jenis

    pelayanan dan upaya Puskesmas

    B. Analisis Kinerja : menganalisis faktorpendukung dan penghambat pencapaian

    kinerja

    Bab III. Rencana Pencapaian Kinerja Lima Tahun

     A. Program Kerja dan kegiatan : berisi program-

    program kerja yang akan dilakukan yang

    meliputi antara lain :

    1. Program Kerja Pengembangan SDM,

    yang dijabarkan dalam kegiatan-

    kegiatan, misalnya : pelatihan,

    pengusulan penambahan SDM,

    seminar, workshop, dsb

    2. Program Kerja Pengembangan sarana,

    yang dijabarkan dalam kegiatan-

    kegiatan, misalnya : pemeliharaan

    sarana, pengadaan alat-alat kesehatan,dsb

    3. Program Kerja Pengembangan

    Manajemen, dan seterusnya,.

    B. Rencana anggaran : yang merupakan

    rencana biaya untuk tiap-tiap program kerja

    dan kegiatan-kegiatan yang direncanakan

    secara garis besar 

    Bab IV. Penutup

    Lampiran : matriks rencana kinerja lima tahunan

    Puskesmas/ Klinik,

    3. Langkah-langkah Penyusunan Rencana Kinerja Lima

    Tahunan Puskesmas/Klinik :

     Adapun tahapan penyusunan rencana lima tahunan

    Puskesmas/ Klinik adalah sebagai berikut :

  • 8/18/2019 7. Pedoman Penyusunan_OK

    22/96

    14

    a. Membentuk tim penyusunan rencana kinerja lima tahun

    yang terdiri dari Kepala Puskesmas bersama dengan

    penanggung jawab upaya Puskesmas dan Pelayanan

    Klinis.

    b. Tim mempelajari rencana stratejik Dinas Kesehatan

    Kabupaten/Kota, target kinerja lima tahunan yang harus

    dicapai oleh Puskesmas

    c. Tim mengumpulkan data pencapaian kinerja

    d. Tim melakukan analisis kinerja

    e. Tim menyusun pentahapan pencapaian indicator kinerja

    untuk tiap upaya Puskesmas dengan penjabaran

    pencapaian untuk tiap tahun

    f. Tim menyusun program kerja dan kegiatan yang akan

    dilakukan untuk mencapai target pada tiap-tiap indicator

    kinerja

    g. Tim menyusun dokumen rencana kinerja lima tahunan

    untuk disahkan oleh Kepala Puskesmas

    h. Sosialisasi rencana pada seluruh jajaran puskesmas

    4. Matriks Rencana Kinerja Lima Tahunan

    Panduan dalam mengisi matriks rencana kinerja lima

    tahunan:

    a. Nomor : diisi dengan nomor urut

    b. Pelayanan/Upaya Puskesmas : diisi dengan Pelayanan

    Klinis (Upaya Kesehatan Perseorangan), dan

    Upaya Kesehatan Masyarakat yang dilaksanakan di

    Puskesmas tersebut, misalnya Upaya KIA, Upaya KB,

    Upaya PKM, dan seterusnya,

    c. Indikator : diisi dengan indikator-indikator yang menjadi

    tolok ukur kinerja Upaya/Pelayanan

    d. Standar : diisi dengan standar kinerja untuk tiap indicator 

    e. Pencapaian : diisi dengan pencapaian kinerja tahun

    terakhir 

  • 8/18/2019 7. Pedoman Penyusunan_OK

    23/96

    15

    f. Target pencapaian : diisi dengan target-target yang

    akan dicapai pada tiap tahap tahunan

    g. Program Kerja : diisi dengan Program Kerja yang

    akan dilakukan untuk mencapai target pada tiap tahunberdasarkan hasil analisis kinerja, misalnya program

    kerja pengembangan SDM, program kerja peningkatan

    mutu, program kerja pengembangan SDM, program

    kerja pengembangan sarana, dsb

    h. Kegiatan : merupakan rincian kegiatan untuk tiap

    program yang direncanakan, misalnya untuk program

    pengembangan SDM, kegiatan Pelatihan Perawat,

    Pelatihan Tenaga PKM, dan sebagainya.

    i. Volume : diisi dengan volume kegiatan yang

    direncanakan untuk tiap tahapan tahunan

     j. Harga Satuan : harga satuan untuk tiap kegiatan,

    k. Perkiraan Biaya : diisi dengan perkalian antara volume

    dengan harga satuan.

    5. Penutup.

    Panduan ini disusun dengan harapan akan membantu

    Kepala Puskesmas dalam menyusun rencana kinerja lima

    tahunan, yang kemudian diuraikan dalam rencana tahunan

    dalam bentuk Rencana Usulan Kegiatan dan Rencana

    Pencapaian Kegiatan.

    D. Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) TahunanPerencanaan adalah: suatu proses kegiatan secara urut yang

    harus dilakukan untuk mengatasi permasalahan dalam rangka

    mencapai tujuan yang telah ditentukan dengan memanfaatkan

    sumberdaya yang tersedia secara berhasil guna dan berdaya

    guna.

    Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) diartikan sebagai proses

    penyusunan rencana kegiatan Puskesmas pada tahun yang akan

  • 8/18/2019 7. Pedoman Penyusunan_OK

    24/96

    16

    datang, dilakukan secara sistematis untuk mengatasi masalah

    atau sebagian masalah kesehatan masyarakat diwilayah kerjanya.

    Perencanaan Puskesmas mencakup semua kegiatan

    upaya Puskesmas yang dilakukan di Puskesmas baik wajib,pengembangan maupun upaya khusus spesifik wilayah/

    Puskesmas sebagai rencana Tahunan Puskesmas yang dibiayai

    oleh pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah serta

    sumber dana lainnya.

    1. Mekanisme Perencanan Tingkat Puskesmas

    Langkah pertama dalam mekanisme Perencanaan Tingkat

    Puskesmas (PTP) adalah: menyusun usulan kegiatanyang meliputi usulan mencakup semua kegiatan semua

    upaya Puskesmas, maupun upaya khusus spesifik wilayah/

    Puskesmas.

    Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK) memperha-

    tikan berbagai kebijakan yang berlaku, baik secara global,

    nasional maupun daerah sesuai dengan hasil kajian data

    dan informasi yang tersedia di Puskesmas. Puskesmas perlu

    mempertimbangkan masukan dari masyarakat melalui kajianmaupun asupan dari lintas sektoral Puskesmas. Rencana

    Usulan Kegiatan harus dilengkapi usulan pembiayaan

    untuk kebutuhan rutin, sarana, prasarana dan operasional

    Puskesmas. RUK yang disusun merupakan RUK tahun

    mendatang (H+1). RUK dibahas di Dinas Kesehatan

    Kabupaten/Kota selanjutnya terangkum dalam usulan Dinas

    Kesehatan Kabupaten/Kota akan diajukan ke DPRD untuk

    memperoleh persetujuan pembiayaan dan dukungan politis.Secara rinci RUK dijabarkan kedalam rencana pelaksanaan

    kegiatan (RPK).

    Setelah menapatkan persetujuan, selanjutnya diserahkan ke

    Puskesmas melalui Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota maka

    disusun secara rinci rencana pelaksanaan kegiatan dengan

    menyesesuaikan anggaran yang telah turun.

  • 8/18/2019 7. Pedoman Penyusunan_OK

    25/96

    17

    2. Tahap penyusunan RUK

    a. Tahap persiapan.

    Tahap ini mempersiapkan staf Puskesmas yang terlibat

    dalam proses penyusunan RUK agar memperoleh

    kesamaan pandangan dan pengetahuan untuk

    melaksanakan tahap- tahap perencanaan.

    b. Tahap analisis situasi.

    Tahap ini dimkasudkan untuk memperoleh informasi

    mengenai keadaan dan permasalahan yang dihadapi

    Puskesmas melalui proses analisis terhadap data

    yang dikumpulkan tim yang telah ditunjuk oleh KepalaPuskesmas. Data- data tersebut mencakup data umum,

    data khusun (hasil penilaian kinerja Puskesmas.

    3. Tahap penyusunan RUK

    Penyusunan RUK memperhatikan hal-hal untuk

    mempertahankan kegiatan yang sudah dicapai pada periode

    sebelmnya dan memperhatikan program/upaya yang

    masih bermasalah, menyusun rencana kegiatan baru yangdisesuaikan dengan kondisi kesehatan diwilayan tersebut

    dan kemampuan Puskesmas.

    Penyusunan RUK terdiri dua tahap, yaitu :

    a. Analisis Masalah dan Kebutuhan Masyarakat

     Analisis masalah dan kebutuhan masyarakat dilakukan

    melalui kesepakatan tim penyusun dan lintas sektoral

    Puskesmas melalui :1) Identifikasi masalah dan kebutuhan masyarakat

    akan pelayanan kesehatan, melalui analisis

    kesehatan masyarakat (community health

    analysis)

    2) Menetapkan urutan prioritas masalah,

    3) Merumuskan masalah,

  • 8/18/2019 7. Pedoman Penyusunan_OK

    26/96

    18

    4) Mencari akar penyebab, dapat mepergunakan

    diagram sebab akibat, pohon masalah, curah

    pendapat, dan alat lain yang dapat digunakan.

    b. Penyusunan RUKPenyusunan RUK meliputi upaya kesehatan upaya

    wajib, pengembangan dan upaya khusus setempat

    yang meliputi:

    1) Kegiatan tahun yang akan datang,

    2) Kebutuhan sumber daya,

    3) Rekapitulasi rencana usulan kegiatan.

    4. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan

    Rencana Pelaksanaan Kegiatan baik upaya kesehatan wajib,

    pengembangan maupun khusus setempat dan rencana

    inovasi secara bersama-sama, terpadu dan terintegrasi,

    dengan langkah-langkah:

    a. Mempelajarai alokasi kegiatan,

    b. Membandingkan alokasi kegiatan yang disutujui dengan

    RUK,

    c. Menyusun rancangan awal secara rinci,

    d. Mengadakan lokakarya mini,

    e. Membuat Rencana Pelaksanaan Kegiatan.

    Proses penyusunan Perencanaan Tingkat Puskesmas

    dengan menggunakan format-format sesuai dengan

    Pedomanan Perencanaan Tingkat Puskesmas yang

    dikeluarkan Kementrian Kesehatan Direktorat Jenderal Bina

    Kesehatan Masyarakat, tahun 2006. Adapun format-formatuntuk dilihat didalam lampiran buku panduan penyusunan

    dokumen ini.

    E. Pedoman/Panduan

    Pedoman/panduan adalah kumpulan ketentuan dasar yang

    memberi arah langkah-langkah yang harus dilakukan. Pedoman

    merupakan dasar untuk menentukan dan melaksanakan kegiatan.

  • 8/18/2019 7. Pedoman Penyusunan_OK

    27/96

    19

    Panduan adalah petunjuk dalam melakukan kegiatan, sehingga

    dapat diartikan pedoman mengatur beberapa hal, sedangkan

    panduan hanya mengatur 1 (satu) kegiatan. Pedoman/ panduan

    dapat diterapkan dengan baik dan benar melalui penerapan SPO.

    Mengingat sangat bervariasinya bentuk dan isi pedoman/panduan

    maka Puskes menyusun/membuat sistematika buku pedoman/

    panduan sesuai kebutuhan.

    Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk dokumen pedoman

    atau panduan yaitu :

    1. Setiap pedoman atau panduan harus dilengkapi dengan

    peraturan atau keputusan Kepala Puskesmas untukpemberlakuan pedoman/ panduan tersebut.

    2. Peraturan Kepala Puskesmas tetap berlaku meskipun terjadi

    penggantian Kepala Puskesmas.

    3. Setiap pedoman/panduan sebaiknya dilakukan evaluasi

    minimal setiap 2-3 tahun sekali.

    4. Bila Kementerian Kesehatan telah menerbitkan Pedoman/

    Panduan untuk suatu kegiatan/pelayanan tertentu, makaPuskesmas dalam membuat pedoman/panduan wajib

    mengacu pada pedoman/panduan yang diterbitkan oleh

    Kementerian Kesehatan.

    5. Format baku sistematika pedoman panduan yang lazim

    digunakan sebagai berikut :

    a. Format Pedoman Pengorganisasian Unit Kerja

    BAB I PendahuluanBAB II Gambaran Umum Puskesmas

    BAB III Visi, Misi, Falsafah, Nilai dan Tujuan

    Puskesmas

    BAB IV Struktur Organisasi Puskesmas

    BAB V Struktur Organisasi Unit Kerja

    BAB VI Uraian Jabatan

  • 8/18/2019 7. Pedoman Penyusunan_OK

    28/96

    20

    BAB VII Tata Hubungan Kerja

    BAB VIII Pola Ketenagaan dan Kualifikasi Personil

    BAB IX Kegiatan Orientasi

    BAB X Pertemuan/Rapat

    BAB XI Pelaporan

    1. Laporan Harian

    2. Laporan Bulanan

    3. Laporan Tahunan

    b. Format Pedoman Pelayanan Unit Kerja

    BAB I PENDAHULUAN

     A. Latar Belakang

    B. Tujuan Pedoman

    C. Ruang Lingkup Pelayanan

    D. Batasan Operasional

    E. Landasan Hukum

    BAB II STANDAR KETENAGAAN

     A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia

    B. Distribusi Ketenagaan

    C. Jadual Kegiatan, termasuk Pengaturan

    Jaga (Rawat Inap)

    BAB III STANDAR FASILITAS

     A. Denah Ruang

    B. Standar Fasilitas

    BAB IV TATALAKSANA PELAYANAN

    BAB V LOGISTIK

    BAB VI KESELAMATAN PASIEN

    BAB VII KESELAMATAN KERJA

  • 8/18/2019 7. Pedoman Penyusunan_OK

    29/96

    21

    BAB VIII PENGENDALIAN MUTU

    BAB IX PENUTUP

    c. Format Panduan Pelayanan PuskesmasBAB I DEFINISI

    BAB II RUANG LINGKUP

    BAB III TATALAKSANA

    BAB IV DOKUMENTASI

    Sistematika panduan pelayanan Puskesmas dapat dibuat

    sesuai dengan materi/isi panduan. Pedoman/panduan yang

    harus dibuat adalah pedoman/panduan minimal yang harus

    ada di Puskesmas yang dipersyaratkan sebagai regulasi

    yang diminta dalam elemen penilaian.

    Bagi Puskesmas yang telah menggunakan e-file tetap harus

    mempunyai hardcopy  pedoman/panduan yang dikelola

    oleh tim akreditasi Puskesmas atau bagian Tata Usaha

    Puskesmas.

    Contoh :

    Lampiran 3 : Contoh Pedoman Pemberdayaan Masyarakat

    F. Penyusunan kerangka acuan program/kegiatan.

    Kerangka acuan disusun untuk program atau kegiatan yang akan

    dilakukan oleh Puskesmas, misalnya : program pengembanganSDM, program peningkatan mutu Puskesmas dan Keselamatan

    Pasien, Program pencegahan bencana, Program pencegahan

    kebakaran, Program Imunisasi, dsb. Dalam menyusun kerangka

    acuan harus jelas tujuan dan kegiatan-kegiatan yang akan

    dilakukan dalam mencapai tujuan. Tujuan dibedakan atas tujuan

    umum yang merupakan tujuan secara garis besar dari keseluruhan

    program/kegiatan, dan tujuan khusus yang merupakan tujuan dari

    tiap-tiap kegiatan yang akan dilakukan. Dalam kerangka acuan

  • 8/18/2019 7. Pedoman Penyusunan_OK

    30/96

    22

    harus dijelaskan bagaimana cara melaksanakan kegiatan agar

    tujuan tercapai, dengan penjadualan yang jelas, dan evaluasi

    serta pelaporan.

    1. Sistematika/Format Kerangka Acuan Program/Kegiatan

    Sistematika atau format kerangka acuan Program/Kegiatan

    adalah sebagai berikut :

    a. Pendahuluan

    b. Latar belakang

    c. Tujuan umum dan tujuan khusus

    d. Kegiatan pokok dan rincian kegiatan

    e. Cara melaksanakan kegiatan

    f. Sasaran

    g. Jadwal pelaksanaan kegiatan

    h. Evaluasi pelaksanaan kegiatan dan pelaporan

    i. Pencatatan, pelaporan dan evaluasi kegiatan

    Jika diperlukan, dapat ditambahkan butir-butir lain sesuai

    kebutuhan, tetapi tidak diperbolehkan mengurangi, misalnya

    rencana pembiayaan dan anggaran.

    Petunjuk Penulisan

    a. Pendahuluan

    Yang ditulis dalam pendahuluan adalah hal-hal yang

    bersifat umum yang masih terkait dengan upaya/kegiatan.

    b. Latar belakang

    Latar belakang adalah merupakan justifikasi atau

    alasan mengapa program tersebut disusun. Sebaiknya

    dilengkapi dengan data-data sehingga alasan

    diperlukan program tersebut dapat lebih kuat.

  • 8/18/2019 7. Pedoman Penyusunan_OK

    31/96

    23

    c. Tujuan umum dan tujuan khusus

    Tujuan ini adalah merupakan tujuan program/kegiatan.

    Tujuan umum adalah tujuan secara garis besarnya,

    sedangkan tujuan khusus adalah tujuan secara rinci.d. Kegiatan pokok dan rincian kegiatan

    Kegiatan pokok dan rincian kegiatan adalah langkah-

    langkah kegiatan yang harus dilakukan sehingga

    tercapainya tujuan Program/kegiatan. Oleh karena itu

    antara tujuan dan kegiatan harus berkaitan dan sejalan.

    e. Cara melaksanakan kegiatan

    Cara melaksanakan kegiatan adalah metode untukmelaksanakan kegiatan pokok dan rincian kegiatan.

    Metode tersebut bisa antara lain dengan membentuk

    tim, melakukan rapat, melakukan audit, dan lain-lain.

    f. Sasaran

    Sasaran program adalah target pertahun yang spesifik

    dan terukur untuk mencapai tujuan-tujuan upaya/

    kegiatan.

    Sasaran Program/kegiatan menunjukkan hasil antara

    yang diperlukan untuk merealisir tujuan tertentu.

    Penyusunan sasaran program perlu memperhatikan

    hal-hal sebagai berikut :

    Sasaran yang baik harus memenuhi “SMART” yaitu :

    1) Specific   : sasaran harus menggambarkan

    hasil spesifik yang diinginkan, bukan cara

    pencapaiannya. Sasaran harus memberikan arah

    dan tolok ukur yang jelas sehingga dapat dijadikan

    landasan untuk penyusunan strategi dan kegiatan

    yang spesifik.

    2) Measurable  : sasaran harus terukur dan dapat

    dipergunakan untuk memastikan apa dan kapan

    pencapaiannya. Akontabilitas harus ditanamkan

    kedalam proses perencanaan. Oleh karenanya

  • 8/18/2019 7. Pedoman Penyusunan_OK

    32/96

    24

    meetodologi untuk mengukur pencapaian sasaran

    (keberhasilan upaya/ kegiatan) harus ditetapkan

    sebelum kegiatan yang terkait dengan sasaran

    tersebut dilaksanakan.

    3)  Agressive but Attainable : apabila sasaran harus

    dijadikan standar keberhasilan, maka sasaran

    harus menantang, namun tidak boleh mengandung

    target yang tidak layak.

    4) Result oriented : sedapat mungkin sasaran harus

    menspesifikkan hasil yang ingin dicapai. Misalnya:

    mengurangi komplain masyarakat terhadap

    pelayanan rawat inap sebesar 50%.

    5) Time bound  : sasaran sebaiknya dapat dicapai

    dalam waktu yang relatif pendek, mulai dari

    beberapa minggu sampai beberapa bulan

    (sebaiknya kurang dari 1 tahun). Kalau ada

    Program/kegiatan 5 (lima) tahun dibuat sasaran

    antara. Sasaran akan lebih mudah dikelola dan

    dapat lebih serasi dengan proses anggaran

    apabila dibuat sesuai dengan batas-batas tahunanggaran di Puskesmas.

    g. Jadual pelaksanaan kegiatan

    Skedul atau jadwal adalah merupakan perencanaan

    waktu untuk tiap-tiap rincian kegiatan yang akan

    dilaksanakan, yang digambarkan dalam bentuk bagan

    Gantt.

    h. Evaluasi pelaksanaan kegiatan dan pelaporan

    Yang dimaksud dengan evaluasi pelaksanaan kegiatan

    adalah evaluasi pelaksanaan kegiatan terhadap jadual

    yang direncanakan. Jadual tersebut akan dievaluasi

    setiap berapa bulan sekali (kurun waktu tertentu),

    sehingga apabila dari evaluasi diketahui ada pergeseran

     jadwal atau penyimpangan jadwal, maka dapat segera

    diperbaiki sehingga tidak mengganggu Program/

    kegiatan secara keseluruhan. Karena itu yang ditulis

  • 8/18/2019 7. Pedoman Penyusunan_OK

    33/96

    25

    dalam kerangka acuan adalah kapan (setiap kurun

    waktu berapa lama) evaluasi pelaksanaan kegiatan

    dilakukan dan siapa yang melakukan.

    Yang dimaksud dengan pelaporannya adalahbagaimana membuat laporan evaluasi pelaksanaan

    kegiatan tersebut dan kapan laporan tersebut harus

    dibuat. Jadi yang harus ditulis di dalam kerangka acuan

    adalah cara bagaimana membuat laporan evaluasi

    dan kapan laporan tersebut harus dibuat dan ditujukan

    kepada siapa.

    h. Pencatatan, pelaporan dan evaluasi kegiatan

    Pencatatan adalah catatan kegiatan dan yang ditulisdalam kerangka acuan adalah bagaimana melakukan

    pencatatan kegiatan atau membuat dokumentasi

    kegiatan.

    Pelaporan adalah bagaimana membuat laporan

    program dan kapan laporan harus diserahkan dan

    kepada siapa saja laporan tersebut harus diserahkan.

    Evaluasi kegiatan adalah evaluasi pelaksanaan

    Program/kegiatan secara menyeluruh. Jadi yang di

    tulis didalam kerangka acuan, bagaimana melakukan

    evaluasi dan kapan evaluasi harus dilakukan.

    Format kerangka acuan sesuai yang diterapkan di

    Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota masing- masing.

    Contoh :

    Lampiran 4 : Program Peningkatan Mutu dan

    Keselamatan Pasien

    G. Standar Prosedur Operasional (SPO)

    Istilah prosedur ada beberapa pengertian, diantaranya :

    1. Standard Operating Procedures (SOP) adalah serangkaian

    instruksi tertulis yang dibakukan mengenai berbagai proses

    penyelenggaraan administrasi pemerintah, (Kepmenpan

    No.021 tahun 2008).

  • 8/18/2019 7. Pedoman Penyusunan_OK

    34/96

    26

    2. Instruksi kerja adalah petunjuk kerja terdokumentasi

    yang dibuat secara rinci, spesifik dan bersifat instruktif,

    yang dipergunakan oleh pekerja sebagai acuan dalam

    melaksanakan suatu pekerjaan spesifik agar dapat mencapai

    hasil kerja sesuai persyaratan yang telah ditetapkan (Susilo,

    2003).

      Langkah didalam penyusunan instruksi kerja sama dengan

    penyusunan prosedur, namun ada perbedaan, instruksi

    kerja adalah suatu proses yang melibatkan satu bagian/unit/

    profesi, sedangkan prosedur adalah suatu proses yang

    melibat lebih dari satu bagian/ unit/ profesi. Prinsip dalam

    penyusunan prosedur dan instruksi kerja adalah kerjakanyang ditulis, tulis yang dikerjakan, buktikan dan tindak-lanjut,

    serta dapat ditelusur hasilnya.

    3. Standar Prosedur Operasional (SPO) adalah suatu

    perangkat instruksi/langkah-langkah yang dibakukan

    untuk menyelesaikan proses kerja rutin tertentu. Istilah ini

    digunakan di Undang-undang No. 29 Tahun 2004, tentang

    Praktik Kedokteran dan Undang-undang No. 44 Tahun 2009,

    tentang Rumah Sakit.

    Beberapa Isti lah Prosedur yang sering digunakan yaitu :

      Prosedur yang telah ditetapkan disingkat Protap,

      Prosedur untuk panduan Kerja (prosedur kerja,

    disingkat PK),

      Prosedur untuk melakukan tindakan,

      Prosedur Penatalaksanaan

      Petunjuk pelaksanaan disingkat Juklak,

      Petunjuk pelaksanaan secara tehnis, disingkat Juknis,

      Prosedur untuk melakukan tindakan klinis: protokol

    klinis, Algoritma/Clinical Pathway

    Walaupun banyak istilah tentang pengertian prosedur agar

    tidak menjadikan salah tapsir maka yang dipergunakan

    didalam dokumen akreditasi Puskesmas dan Fasilitas

    Kesehatan Tingkat Pertama didalam buku panduan ini adalah

  • 8/18/2019 7. Pedoman Penyusunan_OK

    35/96

    27

    “ Standar Prosedur Operasional (SPO)” . Sedangkan

    pengertian SPO adalah : Suatu perangkat instruksi/langkah-

    langkah yang di bakukan untuk menyelesaikan proses kerja

    rutin tertentu.

    a. Tujuan Penyusunan SPO

     Agar berbagai proses kerja rutin terlaksana dengan

    efisien, efektif, konsisten/ seragam dan aman, dalam

    rangka meningkatkan mutu pelayanan melalui

    pemenuhan standar yang berlaku.

    b. Manfaat SPO

    c. Memenuhi persyaratan standar pelayanan Puskesmas

    d. Mendokumentasi langkah-langkah kegiatan

    e. Memastikan staf Puskesmas memahami bagaimana

    melaksanakan pekerjaannya.

    Contoh :

    SPO Pemberian informasi, SPO Pemasangan infus,

    SPO Pemindahan pasien dari tempat tidur ke kereta

    dorong,

    f. Format SPO.

    1) Format SPO dibakukan agar tidak terjadi banyak

    format yang digunakan, contoh pada lampiran,

    dan diberlakukan sesuai dengan akreditasi

    Puskesmas ini diberlakukan,

    2) Format merupakan format minimal, oleh karena

    itu format ini dapat diberi tambahan materi/

    kolom misalnya, nama penyusun SPO, unit

    yang memeriksa SPO. Untuk SPO tindakan

    agar memudahkan didalam melihat langkah-

    langkahnya dengan bagan alir, persiapan alat

    dan bahan dan lain- lain, namun tidak boleh

    mengurangi item-tem yang ada di SPO.

  • 8/18/2019 7. Pedoman Penyusunan_OK

    36/96

    28

    • Penjelasan :

      Penulisan SPO yang harus tetap didalam tabel/

    kotak adalah : nama Puskesmas dan logo,

     judul SPO, nomor dokumen, tanggal terbit dan

    tandatangan Kepala Puskesmas, sedangkan

    untuk pengertian, tujuan, kebijakan, prosedur/

    langkah- langkah, dan unit terkait boleh tidakdiberi kotak/ tabel.

    g. Petujuk Pengisian SPO

    a). Logo  yang dipakai adalah logo Pemerintah

    kabupaten/kota, nama organisasi adalah nama

    Puskesmas, atau logo dan nama dari Fasilitas

    Kesehatan Tingkat Pertama

    b). Kotak Heading   : masing-masing kotak(Puskesmas, judul SPO, No. dokumen, No.revisi,

    Halaman, SPO, tanggal terbit, ditetapkan Kepala

    Puskesmas) diisi sebagai berikut :

    • Heading dan kotaknya dicetak pada setiap

    halaman. Pada halaman pertama kotak

    heading harus lengkap, untuk halaman-

    halaman berikutnya kotak heading dapat

    hanya memuat: kotak nama Puskesmas,

    Format SPO sebagai berikut :

    Logo

    Nama

    Organisasi

    Judul SPO.

    SPONo. Dokumen : Ditetapkan Oleh

    KepalaPuskesmas…

    Nama. NIP.

    No. Revisi :

    Tanggal Terbit :

    Halaman :

    1. Pengertian

    2. Tujuan

    3. Kebijakan

    4. Referensi

    5. Prosedur/ Langkah-langkah

    6. Unit terkait

  • 8/18/2019 7. Pedoman Penyusunan_OK

    37/96

    29

     judul SPO, No.dokumen, No.Revisi dan

    halaman.

    • Kotak Puskesmas/Klinik diberi nama

    Puskesmas dan Logo pemerintah daerah,atau logo dan nama Fasilitas Kesehatan

    Tingkat Pertama.

    • Judul SPO : diberi Judul /nama SPO sesuai

    proses kerjanya

    • No. Dokumen : diisi sesuai dengan ketentuan

    penomeran yang berlaku di Puskesmas/

    FKTP yang bersangkutan, dibuat sistematis

    agar ada keseragaman.• No. Revisi : diisi dengan status revisi, dapat

    menggunakan huruf. Contoh : dokumen baru

    diberi huruf A, dokumen revisi pertama diberi

    huruf B dan seterusnya. Tetapi dapat juga

    dengan angka, misalnya untuk dokumen

    baru dapat diberi nomor 0, sedangkan

    dokumen revisi pertama diberi nomor 1, dan

    seterusnya.

    • Halaman : diisi nomor halaman dengan

    mencantumkan juga total halaman untuk

    SPO tersebut. misalnya : halaman pertama

    : 1/5, halaman kedua: 2/5, halaman terakhir :

    5/5.

    • SPO diberi penamaan sesuai ketentuan

    (istilah) yang digunakan Puskesmas/FKTP,

    misalnya : SPO, Prosedur, prosedur tetap,

    petunjuk pelaksanaan, prosedur kerja dan

    sebagainya, namun didalam akreditasi

    Puskesmas dan FKTP memakai istilah SPO.

    • Tanggal terbit : diberi tanggal sesuai tanggal

    terbitnya atau tanggal diberlakukannya SPO

    tersebut.

  • 8/18/2019 7. Pedoman Penyusunan_OK

    38/96

    30

    • Ditetapkan Kepala Pusksmas/FKTP : diberi

    tandatangan Kepala Puskesmas/FKTP dan

    nama jelasnya.

    c). Isi SPO

    Isi dari SPO minimal adalah sebagai berikut:

    1). Pengertian  : yang paling awal diisi judul

    SPO adalah, dan berisi penjelasan dan

    atau definisi tentang istilah yang mungkin

    sulit dipahami atau menyebabkan salah

    pengertian/menimbulkan multi persepsi.

    2). Tujuan  : berisi tujuan pelaksanaan SPOsecara spesifik. Kata kunci : “ Sebagai acuan

    penerapan langkah-langkah untuk ……”

    3). Kebijakan  : berisi kebijakan Kepala

    Puskesmas/FKTP yang menjadi dasar

    dibuatnya SPO tersebut. Dicantumkan

    kebijakan yang mendasari SPO tersebut,

    contoh untuk SPO imunisasi pada bayi,

    pada kebijakan dituliskan: Keputusan Kepala

    Puskesmas No 005/2014 tentang Pelayanan

    Imunisasi.

    4). Referensi  : berisikan dokumen ekternal

    sebagai acuan penyusunan SPO, bisa

    berbentuk buku, peraturan perundang-

    undangan, ataupun bentuk lain sebagai

    bahan pustaka,5). Langkah-langkah prosedur   : bagian ini

    merupakan bagian utama yang menguraikan

    langkah-langkah kegiatan untuk menyelesai-

    kan proses kerja tertentu.

    6). Unit terkait : berisi unit-unit yang terkait dan

    atau prosedur terkait dalam proses kerja

    tersebut.

  • 8/18/2019 7. Pedoman Penyusunan_OK

    39/96

    31

    Dari keenam isi SPO sebagaimana diuraikan di

    atas, dapat ditambahkan antala lain: bagan alir,

    dokumen terkait, dsb menyesuaikan dengan

    format SPO yang ditentukan oleh Pemerintah

    Daerah, yang penting dalam satu organisasi

    menggunakan satu format yang seragam.

    Diagram Alir / bagan alir (Flow Chart):

    Didalam penyusunan prosedur maupun instruksi

    kerja sebaiknya dalam langkah-langkah kegiatan

    dilengkapi dengan diagram alir/bagan alir untuk

    memudahkan dalam pemahaman langkah-langkahnya. Adapun bagan alir secara garis besar

    dibagi menjadi dua macam, yaitu diagram alir

    makro dan diagram alir mikro.

    • Diagram alir makro, menunjukkan kegiatan-

    kegiatan secara garis besar dari proses yang

    ingin kita tingkatkan, hanya mengenal satu

    symbol, yaitu simbol balok :

    • Diagram alir mikro, menunjukkan rincian

    kegiatan-kegiatan dari tiap tahapan diagram

    makro, bentuk simbul sebagai berikut:

    o Awal kegiatan :

    o Akhir kegiatan :

     

  • 8/18/2019 7. Pedoman Penyusunan_OK

    40/96

    32

    o Simbol Keputusan :

    o Penghubung :

    o Dokumen :

    o Arsip :

    d). Tata Cara Pengelolaan SPO :

    1) Agar ditetapkan siapa yang mengelola SPO,

    2) Pengelola SPO harus mempunyai arsip

    seluruh SPO Puskesmas/Klinik,

    3) Pengelola SPO agar membuat tata cara

    penyusunan, penomoran, distribusi,

    penarikan, penyimpanan, evaluasi dan revisi

    SPO

    e). Tata Cara Penyusunan SPO

    Hal-hal yang perlu diingat :

    1) Siapa yang harus menulis atau menyusun

    SPO

    2) Bagaimana merencanakan dan mengem-

    bangkan SPO

    3) Bagaimana SPO dapat dikenali

     

    Ya

    tidak

  • 8/18/2019 7. Pedoman Penyusunan_OK

    41/96

    33

    4) Bagaimana memperkenalkan SPO kepada

    pelaksana dan unit terkait

    5) Bagaimana pengendalian SPO : penomoran,

    revisi yang keberapa, dan distribusi kepadasiapa.

    6) Syarat penyusunan SPO :

    • Identifikasi kebutuhan, yakni

    mengidentifikasi apakah kegiatan

    yang dilakukan saat ini sudah memiliki

    SPO atau belum, dan bila sudah agar

    diidentifikasi apakah SPO masih efektif

    atau tidak, jika belum apakah kegiatantersebut perlu disusun prosedurnya.

    • Perlu ditekankan bahwa SPO harus

    ditulis oleh mereka yang melakukan

    pekerjaan tersebut atau oleh unit kerja

    tersebut. Tim atau panitia yang ditunjuk

    oleh Kepala Puskesmas/FKTP hanya

    untuk menanggapi dan mengkoreksi

    SPO tersebut. Hal tersebut sangatlahpenting, karena komitmen terhadap

    pelaksanaan SPO hanya diperoleh

    dengan adanya keterlibatan personel/

    unit kerja dalam penyusunan SPO.

    • SPO harus merupakan flow charting 

    dari suatu kegiatan. Pelaksana atau unit

    kerja agar mencatat proses kegiatan

    dan membuat alurnya kemudian TimMutu diminta memberikan tanggapan.

    • Di dalam SPO harus dapat dikenali

    dengan jelas siapa melakukan apa,

    dimana, kapan, dan mengapa.

    • SPO jangan menggunakan kalimat

    majemuk, subjek, predikat dan objek

    harus jelas.

  • 8/18/2019 7. Pedoman Penyusunan_OK

    42/96

    34

    • SPO harus menggunakan kalimat

    perintah/instruksi dengan bahasa yang

    dikenal pemakai.

    • SPO harus jelas, ringkas, dan mudahdilaksanakan. Untuk SPO pelayanan

    pasien maka harus memperhatikan

    aspek keselamatan, keamanan dan

    kenyamanan pasien. Untuk SPO

    profesi harus mengacu kepada standar

    profesi, standar pelayanan, mengikuti

    perkembangan Ilmu Pengetahuan dan

    Teknologi (IPTEK) kesehatan, dan

    memperhatikan aspek keselamatan

    pasien.

    f). Proses penyusunan SPO

    1) SPO disusun dengan menggunakan format

    sesuai dengan panduan penyusunan

    dokumen akreditasi Puskesmas/FKTP ini.

    2) Penyusunan SPO dapat dikoordinir olehtim mutu/tim akreditasi Puskesmas/FKTP

    dengan mekanisme sebagai berikut :

    a) Pelaksana atau unit kerja/ upaya

    menyusun SPO dengan melibatkan unit

    terkait.

    b) SPO yang telah disusun oleh pelaksana

    atau unit kerja disampaikan ke tim

    mutu/tim akreditasi,c) Fungsi tim mutu/ tim akreditasi

    Puskesmas didalam penyusunan SPO

    adalah :

    (1) Memberikan tanggapan, mengkoreksi

    dan memperbaiki SPO yang telah

    disusun oleh pelaksana atau

    unit kerja baik dari segi bahasa

    maupun penulisan,

  • 8/18/2019 7. Pedoman Penyusunan_OK

    43/96

    35

    (2) Mengkoordinir proses pembuatan

    SPO sehingga tidak terjadi

    duplikasi SPO/tumpang tindih

    SPO antar unit,

    (3) Melakukan cek ulang terhadap

    SPO-SPO yang akan ditanda-

    tangani oleh Kepala Puskesmas.

    (4) Penyusunan SPO dilakukan

    dengan mengidentifikasi kebutuhan

    SPO. Untuk SPO pelayanan

    dan SPO administrasi, untuk

    melakukan identifikasi kebutuhanSPO bisa dilakukan dengan

    menggambarkan proses bisnis

    di unit kerja tersebut atau alur

    kegiatan dari kerja yang dilakukan

    di unit tersebut. Sedangkan untuk

    SPO klinis, identifikasi kebutuhan

    dilakukan dengan mengetahui pola

    penyakit yang sering ditangani diunit kerja tersebut. Dari identifikasi

    kebutuhan SPO dapat diketahui

    berapa banyak dan macam SPO

    yang harus dibuat/disusun. Untuk

    melakukan identifikasi kebutuhan

    SPO dapat pula dilakukan dengan

    memperhatikan elemen penilaian

    pada standar akreditasi, minimalSPO-SPO apa saja yang harus

    ada. SPO yang dipersyaratkan

    di elemen penilaian adalah

    SOP minimal yang harus ada di

    Puskesmas/FKTP. Sedangkan

    identifikasi SPO dengan meng-

    gambarkan terlebih dahulu proses

    bisnis di unit kerja adalah seluruh

  • 8/18/2019 7. Pedoman Penyusunan_OK

    44/96

    36

    SPO secara lengkap yang harus

    ada di unit kerja tersebut.

    (5) Mengingat SPO merupakan flow

    charting dari proses kegiatan makauntuk memperoleh pengertian

    yang jelas bagi subyek, penulisan

    SPO adalah dimulai dengan

    membuat flow chart dari kegiatan

    yang dilaksanakan. Caranya

    adalah membuat diagram kotak

    sederhana yang menggambarkan

    langkah penting dari seluruh

    proses.

    Setelah dibuatkan diagram

    kotak maka diuraikan kegiatan di

    masing-masing kotak dan dibuat

    alurnya.

    (6) Semua SPO harus ditandatangani

    oleh Kepala Puskesmas/kepala

    Klinik,(7) Agar SPO dapat dikenali oleh

    pelaksana maka perlu dilakukan

    sosialisasi SPO-SPO tersebut

    dan bila SPO tersebut rumit maka

    untuk melaksanakan SPO tersebut

    perlu dilakukan pelatihan.

    g). Hal-hal yang mempengaruhi keberhasilan

    penyusunan SPO

    1) Ada komitmen dari Kepala Puskesmas/FKTP

    yang terlihat dengan adanya dukungan

    fasilitas dan sumber daya.

    2) Adanya fasilitator/petugas yang mempunyai

    kemampuan dan kemauan untuk menyusun

    SPO.

  • 8/18/2019 7. Pedoman Penyusunan_OK

    45/96

    37

    3) Ada target waktu yaitu ada target dan jadwal

    yang disusun dan disepakati

    4) Adanya pemantauan dan pelaporan

    kemajuan penyusunan SPO.

    5) Tata cara penomoran SPO.

      Penomoran SPO maupun dokumen

    lainnya diatur pada kebijakan pengendalian

    dokumen, dengan ketentuan:

    a) Semua SPO harus diberi nomor,

    b) Puskesmas/FKTP agar membuat

    kebijakan tentang pemberian nomoruntuk SPO sesuai dengan tata naskah

    yang dijadikan pedoman,

    c) Pemberian nomor mengikuti tata naskah

    Puskesmas/FKTP, atau ketentuan

    penomoran yang khusus untuk SPO

    (bisa menggunakan garis miring atau

    dengan sistem digit). Pemberian nomor

    sebaiknya dilakukan secara terpusat.

    6) Kode-kode dapat dipergunakan untuk

    pemberian nomor, seperti contoh sebagai

    berikut:

    a) Kode unit kerja : masing-masing unit

    kerja di Puskesmas/FKTP mempunyai

    kode sendiri-sendiri yang dapat

    berbentuk angka atau huruf. Sebagai

    contoh pada Program Bab VI, dengan

    VI/ SPO/KIAKB, dan lain sebagainya

    (namun tergantung didalam pedoman

    tata naskah yang berlaku,

    b) Nomor urut SPO adalah urutan

    nomor SPO di dalam unit kerja upaya

    Puskesmas/FKTP.

  • 8/18/2019 7. Pedoman Penyusunan_OK

    46/96

    38

    c) Satu SPO dipergunakan oleh lebih dari

    satu unit yang berbeda misalnya SPO

    rujukan pasien maka diberi kolom unit

    terkait/unit pemakai SPO.

    7) Tata Cara Penyimpanan SPO

    a) Penyimpanan adalah bagaimana SPO

    tersebut disimpan.

    b) SPO asli (master dokumen/ SPO

    yang sudah dinomori dan sudah

    ditandatangani) agar disimpan di

    sekretariat Tim Akreditasi Puskesmas/

    FKTP atau Bagian Tata UsahaPuskesmas/FKTP, sesuai dengan

    ketentuan yang berlaku di organisasi

    tersebut tentang tata cara pengarsipan

    dokumen yang diatur dalam tata nasakh.

    Penyimpanan SPO yang asli harus rapi,

    sesuai metode pengarsipan sehingga

    mudah dicari kembali bila diperlukan.

    c) SPO fotocopy disimpan di masing-masing unit upaya Puskesmas/FKTP,

    dimana SPO tersebut dipergunakan.

    Bila SPO tersebut tidak berlaku lagi

    atau tidak dipergunakan maka unit kerja

    wajib mengembalikan SPO yang sudah

    tidak berlaku tersebut ke sekretariat Tim

    mutu atau Bagian Tata Usaha sehingga

    di unit kerja hanya ada SPO yang masihberlaku saja. Sekretariat Tim Mutu atau

    Bagian Tata Usaha organisasi dapat

    memusnahkan fotocopy SPO yang tidak

    berlaku tersebut, namun untuk SPO

    yang asli agar tetap disimpan, dengan

    lama penyimpanan sesuai ketentuan

    dalam ketentuan retensi dokumen yang

    berlaku di Puskesmas/FKTP.

  • 8/18/2019 7. Pedoman Penyusunan_OK

    47/96

    39

    d) SPO di unit upaya Puskesmas/FKTP

    harus diletakkan ditempat yang mudah

    dilihat, mudah diambil, dan mudah

    dibaca oleh pelaksana.

    8) Tata Cara Pendistribusian SPO

    a) Distribusi adalah kegiatan atau usaha

    menyampaikan SPO kepada unit upaya

    atau pelaksana yang memerlukan

    SPO tersebut agar dapat digunakan

    sebagai panduan dalam melaksanakan

    kegiatannya. Kegiatan ini dilakukan

    oleh tim mutu atau bagian Tata UsahaPuskesmas/FKTP sesuai pedoman tata

    naskah.

    b) Distribusi harus memakai ekspedisi

    dan/atau formulir tanda terima.

    c) Distribusi SPO bisa hanya untuk unit

    kerja tertentu tetapi bisa juga untuk

    seluruh unit kerja lainnya.

    d) Bagi Puskesmas/Klinik yang sudah

    menggunakan e-file maka distribusi

    SPO bisa melalui jejaring area local, dan

    diatur kewenangan otorisasi disetiap

    unit kerja, sehingga unit kerja dapat

    mengetahui batas kewenangan dalam

    membuka SPO.

    9) Evaluasi SPO.Evaluasi SPO dilakukan terhadap isi maupun

    penerapan SPO.

    a) Evaluasi penerapan/kepatuhan terhadap

    SPO dapat dilakukan dengan meniai

    tingkat kepatuhan terhadap langkah-

    langkah dalam SPO. Untuk evaluasi ini

    dapat dilakukan dengan menggunakan

    daftar tilik/check list

  • 8/18/2019 7. Pedoman Penyusunan_OK

    48/96

    40

    • Daftar tilik adalah daftar urutan

    kerja (actions) yang dikerjakan

    secara konsisten, diikuti dalam

    pelaksanaan suatu rangkaian

    kegiatan, untuk diingat, dikerjakan,

    dan diberi tanda (check-mark).

    • Daftar tilik merupakan bagian dari

    sistem manajemen mutu untuk

    mendukung standarisasi suatu

    proses pelayanan.

    • Daftar tilik tidak dapat digunakan

    untuk SPO yang kompleks.

    • Daftar tilik digunakan untuk

    mendukung, mempermudah

    pelaksanaan dan memonitor SPO,

    bukan untuk menggantikan SPO

    itu sendiri.

    (1) Langkah-langkah menyusun daftar tilik

    Langkah awal menyusun daftar tilik dengan

    melakukan Identifikasi prsedur yangmembutuhkan daftar tilik untuk mempermudah

    pelaksanaan dan monitoringnya

    • Gambarkan flow-chart  dari prosedur

    tersebut,

    • Buat daftar kerja yang harus dilakukan,

    • Susun urutan kerja yang harus

    dilakukan,

    • Masukkan dalam daftar tilik sesuai

    dengan format tertentu,

    • Lakukan uji-coba,

    • Lakukan perbaikan daftar tilik,

    • Standarisasi daftar tilik.

    Daftar tilik untuk mengecek kepatuhan

    terhadap SPO dalam langkah-langkah

    kegiatan, dengan rumus sebagai berikut.

  • 8/18/2019 7. Pedoman Penyusunan_OK

    49/96

    41

    Compliance rate (CR) = Σ Ya x 100 %

      Σ Ya+Tidak

    (2) Evaluasi isi SPO.

    (a) Evaluasi SPO dilaksanakan sesuai

    kebutuhan dan minimal dua tahun sekali

    yang dilakukan oleh masing-masing unit

    kerja.

    (b) Hasil evaluasi : SPO masih tetap bisa

    dipergunakan, atau SPO tersebut perlu

    diperbaiki/direvisi. Perbaikan/revisiisi SPO bisa dilakukan sebagian atau

    seluruhnya.

    (c) Perbaikan/ revisi perlu dilakukan bila :

    • Alur SPO sudah tidak sesuai

    dengan keadaan yang ada

    • Adanya perkembangan Ilmu dan

    Teknologi (IPTEK) pelayanan

    kesehatan,

    • Adanya perubahan organisasi

    atau kebijakan baru,

    • Adanya perubahan fasilititas

    (d) Pergantian kepala Puskesmas, bila SPO

    memang masih sesuai/ dipergunakan

    maka tidak perlu direvisi.

    Contoh :

    Lampiran 5 : Contoh SPO Injeksi Intra Muskuler 

    H. Pengendalian Dokumen dan Rekam Implementasi

    1. Pengertian dokumen adalah : Semua dokumen yg harus

    disiapkan Puskesmas/FKTP yang merupakan regulasi

    internal yang berlaku di Puskesmas/FKTP. Dokumen tersebut

  • 8/18/2019 7. Pedoman Penyusunan_OK

    50/96

    42

    disusun disesuaikan dengan persyaratan yang diminta oleh

    standar Akreditasi.

    2. Rekam implementasi adalah : dokumen yang menjadi bukti

    obyektif dari kegiatan yang dilakukan atau hasil yang dicapaididalam kegiatan Puskesmas/FKTP dalam melaksanakan

    regulasi internal atau kegiatan yang direncanakan.

    3. Pengendalian dokumen dan rekam implementasi adalah :

    sistem penomoran dan sistem penyimpanan dokumen dan

    rekam implementasi. Pengendalian dokumen sebagaimana

    dipersyaratkan oleh standar akreditasi meliputi :

    a. Menyetujui dokumen untuk kecukupan sebelum terbit,b. Menelaah dan memperbaharui jika diperlukan, dan

    persetujuan pemebrlakukan ulang dokumen,

    c. Memastikan bahwa perubahan dan status revisi terkini

    dari dokumen teridentifikasi,

    d. Memastikan bahwa versi yang relevan dari dokumen

    yang dapat diterapkan tersedia ditempat pengguna,

    e. Memastikan bahwa dokumen tetap dapat terbaca dan

    segeradapat teridentifikasi,

    f. Memastikan bahwa dokumen yang berasal dari luar

    organisasi yang ditetapkan oleh organisasi yang penting

    untuk perencanaan dan operasional sistem manajemen

    mutu diidentifikasi dan distribusinya dikendalikan,

    g. Mencegah penggunaan tidak sengaja dokumen

    kadaluwarsa dan untuk menerapkan identifikasi yangsesuai pada dokumen bila disimpan untuk maksud

    apapun.

    Catatan/rekam implementasi sebagaibukti pelaksanaan kegiatan

     juga harus dikendallikan. Organisasi harus menetapkan SPO

    terdokumentasi untuk mendefinikan pengendalian yang diperlukan

    untuk identifikasi, penyimpanan, perlindungan, pengambilan, lama

    simpan dan permusnahan. Catatan/rekam implementasi harus

  • 8/18/2019 7. Pedoman Penyusunan_OK

    51/96

    43

    dapat terbaca, segera dapat teridentifikasi dan dapat diakses

    kembali.

    Untuk memperjelas dokumen akreditasi Puskesmas/FKTP

    dilengkapi dengan contoh- contoh dokumen sebagai lampiran daripedoman ini.

    I. Penataan Dokumen.

    Untuk memudahkan didalam pencarian dokumen akreditasi

    Puskesmas/FKTP di kelompokan berdasarkan masing-masing

    bab/kelompok pelayanan/UKM dengan diurutkan setiap urutan

    kriteria dan elemen penilaian dan diberikan daftar secaraberurutan.

  • 8/18/2019 7. Pedoman Penyusunan_OK

    52/96

    44

    BAB IV

    PENUTUP

    Pada prinsipnya dokumen akreditasi adalah “TULIS YANG

    DIKERJAKAN DAN KERJAKAN YANG DITULIS, BISA DIBUKTIKAN

    SERTA DAPAT DITELUSURI DENGAN BUKTINYA”. Namun pada

    penerapannya tidaklah semudah itu. Penyusunan kebijakan, pedoman/

    panduan, standar prosedur operasional dan program selain diperlukan

    komitmen kepala Puskesmas/FKTP, juga diperlukan staf yang mampu

    dan mau menyusun pedoman dokumen akreditasi tersebut. Dengan

    tersusunnya Buku Panduan Penyusunan Dokumen Akreditasi

    diharapkan dapat membantu FKTP dan fasilitator pendamping

    akreditasi dalam menyusun dokumen-dokumen yang dipersyaratkan

    oleh standar akreditasi.

  • 8/18/2019 7. Pedoman Penyusunan_OK

    53/96

    45

    LAMPIRAN

  • 8/18/2019 7. Pedoman Penyusunan_OK

    54/96

    46

  • 8/18/2019 7. Pedoman Penyusunan_OK

    55/96

    47

    LAMPIRAN 1. Contoh Surat Keputusan Tentang Kebijakan Mutu

    Dan Keselamatan Pasien

    SURAT KEPUTUSAN

    KEPALA PUKESMAS ABCD

    Nomor : 009/KAPUS/III/2014

    TENTANG

    KEBIJAKAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN PUSKESMAS

     ABCD

    KEPALA PUSKESMAS ABCD

    Menimbang : a. bahwa pasien mempunyai hak untuk memperoleh

    pelayanan yang bermutu dan aman;

      b. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan

    dan keselamatan pasien di PUSKESMAS ABCD

    perlu disusun kebijakan mutu dan keselamatan

    pasien;

     

    Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

    36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran

    Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor

    144, Tambahan Lembaran Negara Republik

    Indonesia Nomor 5063);

      2. Permenkes No. 1691/MENKES/PER/VIII/2011

    tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit;  3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

    Nomor 128 tahun 2004, tentang Puskesmas;

      4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

    Nomor 1457/MENKES/SK/X/2003 tentang

    Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di

    Kabupaten/Kota;

  • 8/18/2019 7. Pedoman Penyusunan_OK

    56/96

    48

    MEMUTUSKAN

    Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS TENTANG

    KEBIJAKAN MUTU DAN KESELAMATAN

    PUSKESMAS ABCD.

    Kesatu : Kebijakan mutu dan keselamatan pasien

    Puskesmas ABCD sebagaimana tercantum

    dalam Lampiran merupakan bagian yang tidak

    terpisahkan dari surat keputusan ini.

    Kedua : Surat keputusan ini berlaku sejak tanggal

    ditetapkan dengan ketentuan apabila dikemudian

    hari terdapat kekeliruan akan diadakan perbaikan/

    perubahan sebagaimana mestinya.

    Ditetapkan di : …………………

    pada tanggal : 1 April 2014

    KEPALA PUSKESMAS ABCD,

    Nama

  • 8/18/2019 7. Pedoman Penyusunan_OK

    57/96

    49

    LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS

    NOMOR …….

    TENTANG : KEBIJAKAN MUTU DAN

    KESELAMATAN PASIEN

    KEBIJAKAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN PUSKESMAS

     ABCD

    1. Kepala Puskesmas dan seluruh penanggung jawab UKP dan

    penanggung jawab UKM wajib berpartisipasi dalam program mutu

    dan keselamatan pasien mulai dari perencanaan, pelaksanaan,

    monitoring dan evaluasi.2. Para pimpinan wajib melakukan kolaborasi dalam pelaksanaan

    Program mutu dan keselamatan pasien yang diselenggarakan di

    seluruh jajaran puskesmas.

    3. Perencanaan mutu disusun oleh seluruh jajaran Puskesmas

     ABCD dengan pendekatan multidisiplin, dan dikoordinasikan oleh

    Wakil Manajemen Mutu.

    4. Perencanaan mutu berisi paling tidak:a. Area prioritas berdasarkan data dan informasi, baik dari hasil

    monitoring dan evaluasi indikator, maupun keluhan pasien/

    keluarga/staf dengan mempertimbangan kekritisan, risiko

    tinggi dan kecenderungan terjadinya masalah.

    b. Salah satu area prioritas adalah sasaran keselamatan pasien

    c. Kegiatan-kegiatan pengukuran dan pengendalian mutu dan

    keselamatan pasien yang terkoordinasi dari semua unit kerja

    dan unit pelayanan.

    d. Pengukuran mutu dan keselamatan pasien dilakukan dengan

    pemilihan indikator, pengumpulan data, untuk kemudian

    dianalisis dan ditindak lanjuti dalam upaya peningkatan mutu

    dan keselamatan pasien.

    e. Indikator meliputi indikator manajerial, indikatorkinerja UKM,

    dan indikator klinis, yang meliputi indikator struktur, proses,

    dan outcome.

  • 8/18/2019 7. Pedoman Penyusunan_OK

    58/96

    50

    f. Upaya-upaya perbaikan mutu dan keselamatan pasien

    melalui standarisasi, perancangan sistem, rancang ulang

    sistem untuk peningkatan mutu dan keselamatan pasien.

    g. Penerapan manajemen risiko pada semua lini pelayananbaik pelayanan klinis maupun penyelenggaraan UKM.

    h. Manajemen risiko klinis untuk mencegah terjadinya kejadian

    sentinel, kejadian tidak diharapkan, kejadian nyaris cedera,

    dan keadaan potensial cedera.

    i. Program dan Kegiatan-kegiatan peningkatan mutu

    pelayanan klinis dan keselamatan pasien, termasuk di

    dalamnya program peningkatan mutu laboratorium dan

    program peningkatan mutu pelayanan obat. j. Program pelatihan yang terkait dengan peningkatan mutu

    dan keselamatan pasien.

    k. Rencana pertemuan sosialisasi dan koordinasi untuk

    menyampaikan permasalahan, tindak lanjut, dan kemajuan

    tindak lanjut yang dilakukan.

    l. Rencana monitoring dan evaluasi program mutu dan

    keselamatan pasien.

    5. Perancangan sistem/proses pelayanan memperhatikan butir-butir

    di bawah ini:

    a. Konsisten dengan visi, misi, tujuan dan tata nilai

    Puskesmas,dan perencanaan Puskesmas,

    b. Memenuhi kebutuhan pasien, keluarga, dan staf,

    c. Menggunakan pedoman penyelenggaraan UKM, pedoman

    praktik klinis, standar pelayanan klinis, kepustakaan ilmiahdan berbagai panduan dari profesi maupun panduan dari

    Kementerian Kesehatan,

    d. Sesuai dengan praktik bisnis yang sehat,

    e. Mempertimbangkan informasi dari manajemen risiko,

    f. Dibangun sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan

    yang ada di Puskesmas,

  • 8/18/2019 7. Pedoman Penyusunan_OK

    59/96

    51

    g. Dibangun berbasis praktik klinis yang baik,

    h. Menggunakan informasi dari kegiatan peningkatan yang

    terkait,

    i. Mengintegrasikan serta menggabungkan berbagai proses

    dan sistem pelayanan.

    6. Seluruh kegiatan mutu dan keselamatan pasien harus

    didokumentasikan.

    7. Wakil manajemen mutu wajib melaporkan kegiatan peningkatan

    mutu dan keselamatan pasien kepada Kepala Puskesmas tiap

    tribulan.

    8. Berdasarkan pertimbangan hasil keluhan pasien/keluarga dan staf,

    serta mempertimbangkan kekritisan, risiko tinggi, dan potensial

    bermasalah, maka area prioritas yang perlu mendapat perhatian

    dalam peningkatan mutu dan keselamatan pasien adalah:

    a. Pencapaian 6 sasaran keselamatan pasien.

    b. Pelayanan rawat jalan

    c. Pelayanan Farmasid. Pelayanan Gawat Darurat

  • 8/18/2019 7. Pedoman Penyusunan_OK

    60/96

    52

    LAMPIRAN 2. Contoh Template Pedoman Mutu

    PEDOMAN/MANUAL MUTU

    I. Pendahuluan, yang berisi:

     A. Latar belakang:

    1. Profil organisasi

    a. Gambaran umum organisasi

    b. Visi organisasi

    c. Misi organisasi

    d. Struktur organisasi

    e. Motto

    f. Tata nilai

    2. Kebijakan mutu:

    a. Kami jajaran pengelola dan seluruh karyawan

    Puskesmas X berkomitmen untuk memberikan

    pelayanan kesehatan kepada masyarakat

    dengan memperhatikan kebutuhan dan harapan

    pelanggan. Kami berkomitmen untuk memperbaiki

    proses pelayanan berdasarkan fakta.

    b. Kebijakan teknis dalam perbaikan mutu dan

    keselamatan pasien ada pada lampiran pedoman

    ini

    3. Proses pelayanan (proses bisnis)

    a. Penyelenggaraan Upaya KesehatanMasyarakat:…..dst

    b. Penyelenggaraan Pelayanan Klinis……dst

    B. Ruang Lingkup:

    Lingkup pedoman mutu ini disusun berdasarkan persyaratan

    ISO 9001:2008 dan standar akreditasi pukesmas, yang

    meliputi: persyaratan umum system manajemen mutu,

    tanggung jawab manajemen, manajemen sumber daya,

  • 8/18/2019 7. Pedoman Penyusunan_OK

    61/96

    53

    proses pelayanan yang terdiri dari penyelenggaraan Upaya

    Kesehatan Masyarakat, yang meliputi: upaya……..dst, dan

    Pelayanan Klinis.

    Dalam penyelenggaraan UKM dan pelayanan klinis memperhatikankeselamatan sasaran/pasien dengan menerapkan manajemen

    risiko.

    C. Tujuan: Pedoman mutu ini disusun sebagai acuan bagi

    Puskesmas dalam membangun system manajemen

    mutu baik untuk penyelenggaraan UKM maupun untuk

    penyelenggaraan pelayanan klinis

    D. Landasan hukum dan acuan:Landasan hukum yang digunakan dalam menyusun

    pedoman mutu ini adalah : (sebutkan peraturan yang terkait

    dengan puskesmas)

     Acuan yang digunakan dalam menyusun pedoman mutu ini

    adalah: standar akreditasi puskesmas dan persyaratan ISO

    9001:2008

    E. Istilah dan definisi (urutkan sesuai abjad):a. Pelanggan

    b. Kepuasan pelanggan

    c. Pasien

    d. Koreksi

    e. Tindakan korektif 

    f. Tindakan preventif 

    g. Pedoman mutu

    h. Dokumen

    i. Rekaman

     j. Efektivitas

    k. Efisiensi

    l. Proses

    m. Sasaran mutu

  • 8/18/2019 7. Pedoman Penyusunan_OK

    62/96

    54

    n. Perencanaan mutu

    o. Kebijakan mutu

    p. Sarana

    q. Prasarana……dsb (sesuai kebutuhan)

    II. Sistem Manajemen Mutu dan Sistem Penyelenggaraan

    Pelayanan

     A. Persyaratan umum:

    Puskesmas X menetapkan, mendokumentasikan, meme-

    lihara system manajemen mutu sesuai dengan standarakreditasi Puskesmas dan standar ISO 9001:2008. Sistem ini

    disusun untuk memastikan telah diterapkannya persyaratan

    pengendalian terhadap proses-proses penyelenggaraan

    pelayanan kepada masyarakat baik penyelenggaraan upaya

    puskesmas maupun pelayananan klinis, yang meliputi

    kejelasan proses pelayanan dan interaksi proses dalam

    penyelenggaraan pelayananan, kejelasan penanggung

     jawab, penyediaan sumber daya, penyelenggaraan

    pelayanan itu sendiri mulai dari perencanaan yang berdasar

    kebutuhan masyarakat/pelanggan, verifikasi terhadap

    rencana yang disusun, pelaksanaan pelayanana, dan

    verifikasi terhadap proses pelayanan dan hasil-hasil yang

    dicapai, monitoring dan evaluasi serta upaya penyempurnaan

    yang berkesinambungan.

    B. Pengendalian dokumen:

    1. Secara umum dokumen-dokumen dalam system

    manajemen mutu yang disusun meliputi:

    Dokumen level 1 : Kebijakan, dokumen level 2:

    pedoman/manual, dokumen level 3: standar prosedur

    operasional, dan dokumen level 4: rekaman-rekaman

    sebagai catatan sebagai akibat pelaksanaan kebijakan,

    pedoman, dan prosedur. (jelaskan bagaimana

    pendendalian dokumen di puskesmas: proses

  • 8/18/2019 7. Pedoman Penyusunan_OK

    63/96

    55

    penyusunan dokumen, pengesahan, penomoran,

    pemberlakukan, distribusi, penyimpanan, pencarian

    kembali, proses penarikan dokumen yang kadaluwarsa,

    dsb)

    2. Pengendalian rekam implementasi (jelaskan bagaimana

    pengendalian rekam implementasi di puskesmas)

    C. Tanggung jawab manajemen:

    1. Komitmen manajemen

    Kepala Puskesmas, penanggung jawab manajemen

    mutu, penanggung jawab upaya, penanggung jawab

    pelayanan klinis, dan seluruh karyawan puskesmas

    bertanggung jawab untuk menerapkan seluruh

    persyaratan yang ada pada manual mutu ini

    2. Fokus pada sasaran/pasien:

    Pelayanan yang disediakan oleh puskesmas dilakukan

    dengan berfokus pada pelanggan. Pelanggan dilibatkan

    mulai dari identifikasi kebutuhan dan harapan pelanggan,

    perencanaan penyelenggaraan upaya puskesmas danpelayanan klinis, pelaksanaan pelayanan, monitoring

    dan evaluasi serta tindak lanjut pelayanan.

    3. Kebijakan mutu:

    Seluruh karyawan berkomitmen untuk menyeleng-

    garakan pelayanan yang berfokus pada pelanggan,

    memperhatikan keselamatan pelanggan, dan

    melakukan penyempurnaan yang berkelanjutan.

    Kebijakan mutu dituangkan dalam surat keputusan

    Kepala Puskesmas yang meliputi kebijakan mutu

    pelayanan klinis dan kebijakan mutu pelayanan UKM

    4. Perencanaan Sistem Manajemen Mutu dan Pencapaian

    Sasaran Kinerja/Mutu

    Sasaran mutu ditetapkan berdasarkan standar kinerja/

    standar pelayanan minimal yang meliputi indicator-

    indikator pelayanan klinis, indicator penyelenggaraan

  • 8/18/2019 7. Pedoman Penyusunan_OK

    64/96

    56

    upaya puskesmas. Perencanaan disusun dengan

    memperhatikan kebutuhan dan harapan pelanggan, hak

    dan kewajiban pelanggan, serta upaya untuk mencapai

    sasaran kinerja yang ditetapkan. Perencanaan mutu

    Puskesmas dan keselamatan pasien berisi program-

    program kegiatan peningkatan mutu yang meliputi:

    a. Penilaian dan peningkatan kinerja baik UKM

    maupun UKP

    b. Upaya pencapaian enam sasaran keselamatan

    pasien

    c. Penerapan manajemen risiko pada area prioritas

    d. Penilaian kontrak/kerjasama pihak ketiga

    e. Pelaporan dan tindak lanjut insiden keselamatan

    pasien

    f. Peningkatan mutu pelayanan laboratorium

    g. Peningkatan mutu pelayanan obat

    h. Pendidikan dan pelatihan karyawan tentang mutu

    dan keselamatan pasien

    5. Tanggung jawab, wewenang (jelaskan tangung jawab

    dan wewenang mulai dari Kepala, wakil manajemen

    mutu/penanggung jawab mutu, penanggung jawab UKM,

    tanggung jawab pelayanan klinis, dan seluruh karyawan

    dalam peningkatan mutu

    6. Wakil manajemen mutu/Penanggung jawab manajemen

    mutu

    Kepala Puskesmas menunjuk seorang wakil manajemen

    mutu yang bertanggung jawab untuk mengkoordinir seluruh

    kegiatan mutu di Puskesmas:

    • Memastikan system manajemen mutu ditetapkan,

    diimplementasikan, dan dipelihara

    • Melaporkan kepada manajemen kinerja dari system

    manajemen mutu dan kinerja pelayanan

  • 8/18/2019 7. Pedoman Penyusunan_OK

    65/96

    57

    • Memastikan kesadaran seluruh karyawan terhadap

    kebutuhan dan harapan sasaran/pasien

    7. Komunikasi internal

    Komunikasi internal dilakukan dengan cara workshop

    (minilokakarya), pertemuan, diskusi, email, sms, memo dan

    media lain yang tepat untuk melakukan komunikasi

    8. Tinjauan Manajemen :

    a. Umum: Rapat tinjauan manajemen dilakukan minimal

    dua kali dalam setahun

    b. Masukan tinjauan manajemen meliputi :

    • Hasil audit

    • Umpan balik pelanggan

    • Kinerja proses

    • Pencapaian sasaran mutu

    • Status tindakan koreksi dan pencegahan yang

    dilakukan

    • Tindak lanjut tehadap hasil tinjauan manajemenyang lalu

    • Perubahan terhadap Kebijakan mutu

    • Perubahan yang perlu dilakukan terhadap system

    manajemen mutu/system pelayanan

    c. Luaran tinjauan : Hasil yang diharap dari tinjauan

    manajemen adalah peningkatan efektivitas system

    manajemen mutu, peningkatan pelayanan terkait

    dengan persyaratan pelanggan, dan identifikasi

    perubahan-perubahan, termasuk penyediaan sumber

    daya yang perlu dilakukan

    D. Manajemen sumber daya:

    1. Penyediaan sumber daya

    Kepala puskesmas berkewajiban menyediakan

    sumber daya yang dibutuhkan untuk penyelenggaraan

  • 8/18/2019 7. Pedoman Penyusunan_OK

    66/96

    58

    pelayanan di puskesmas. Penyediaan sumber daya

    meliputi: (baik untuk penyelenggaraan UKM maupun

    pelayanan klinis)

    2. Manajemen sumber daya manusia

    Penyediaan sumber daya manusis, proses rekrutmen,

    proses kredensial, proses pelatihan dan peningkatan

    kometensi

    3. Infrastruktur (jelaskan pengelolaan infrastruktur yang

    harus dilakukan)

    4. Lingkungan kerja (jelaskan bagaimana upaya

    memelihara lingkungan kerja tetap aman, hijau, danbersih, serta mengupayakan penghematan)

    E. PenyelenggaraanUpaya Kesehatan Masyarakat dan

    pelayanan Klinis:

    1. Upaya Kesehatan Masyarakat:

    a. Perencanaan Upaya Kesehatan Masyarakat,

    akses, dan pengukuran kinerja

    b. Penyelenggaraan UKM

    c. Sasaran Kinerja UKM dan MDGs:

    1) Pemantauan dan pengukuran:

    a) Kepuasan pelanggan

    b) Audit internal

    c) Pemantauan dan pengukuran proses

    d) Pemantauan dan pengukuran hasil

    layanan

    2) Pengendalian jika ada hasil yang tidak sesuai

    3) Analisis data

    4) Peningkatan berkelanjutan

    5) Tindakan korektif 

    6) Tindakan preventif 

  • 8/18/2019 7. Pedoman Penyusunan_OK

    67/96

    59

    2. Pelayanan klinis:

    a. Pelayanan Klinis yang berorientasi pasien

    b. Penunjang pelayanan klinis

    c. Peningkatan Mutu Pelayanan Klinis dan

    Keselamatan Pasien:

    1) Penilaian indikator kinerja klinis

    2) Pengukuran pencapaian sasaran

    keselamatan pasien

    3) Pelaporan insiden keselamatan pasien

    4) Analisis dan tindak lanjut

    5) Penerapan manajemen risiko

    III. Penutup

    Lampiran (jika ada)

  • 8/18/2019 7. Pedoman Penyusunan_OK

    68/96

    60

    LAMPIRAN 3. Contoh Pedoman Pemberdayaan Masyarakat

    PEDOMAN

    PELAKSANAAN DAN PEMBINAAN PEMBERDAYAANMASYARAKAT DI PUSKESMAS ABCD

    BAB I

    PENDAHULUAN

     A. Latar Belakang

    Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkankesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

    orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-

    tingginya dengan memberdayakan dan mendorong peran aktif

    masyarakat dalam segala bentuk upaya kesehatan.

    Masih tingginya angka kematian ibu, angka kematian bayi dan

    prevalensi gizi kurang pada balita menjadi masalah di Kecamatan

     ABCD, yang tidak dapat ditangani sendiri oleh sektor kesehatan,

    melainkan perlu ditangani bersama dengan sektor di luarkesehatan dan masyarakat.

    Pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan kesehatan

    sangat penting sebagaimana dijelaskan dalam UU Nomor 36

    Tahun 2009 tentang Kesehatan juga sebagai berikut 1) Dari

    hasil kajian ternyata 70% sumber daya pembangunan nasional

    berasal kontribusi/partisipasi masyarakat; 2) Pemberdayaan

    masyarakat/partisipasi masyarakat berazaskan gotong royong,

    merupakan budaya masyarakat Indonesia yang perlu dilestarikan;

    3) Perilaku masyarakat merupakan faktor penyebab utama,

    terjadinya permasalahan kesehatan, oleh sebab itu masyarakat

    sendirilah yang dapat menyelesaikan masalah tersebut dengan

    pendampingan/bimbingan pemerintah; 4) Pemerintah mempunyai

    keterbatasan sumber daya dalam mengatasi permasalahan

    kesehatan yang semakin kompleks di masyarakat, sedangkan

    masyarakat mempunyai potensi yang cukup besar untuk dapat

    dimobilisasi dalam upaya pencegahan di wilayahnya; 5) Potensi

  • 8/18/2019 7. Pedoman Penyusunan_OK

    69/96

    61

    yang dimiliki masyarakat diantaranya meliputi community

    leadership, community organization, community financing,

    community material, community knowledge, community

    technology, community decision making process, dalam upaya

    peningkatan kesehatan, potensi tersebut perlu dioptimalkan;

    6) Upaya pencegahan lebih efektif dan efisien dibanding upaya

    pengobatan, dan masyarakat juga mempunyai kemampuan

    untuk melakukan upaya pencegahan apabila dilakukan upaya

    pemberdayaan masyarakat terutama untuk ber-perilaku hidup

    bersih dan sehat (PHBS).

    Untuk keberhasilan penyelenggaraan berbagai upaya

    pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan lebih difokuskanpada: a) meningkatnya perubahan perilaku dan kemandirian

    masyarakat untuk hidup bersih dan sehat, b) meningkatnya

    kemandirian masyarakat dalam sistem peringatan dini,

    penanggulangan dampak kesehatan akibat bencana,

    serta terjadinya wabah/KLB, c) meningkatnya keterpaduan

    pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan dengan kegiatan

    yang berdampak pada income generating. Disamping itu, upaya

    pemberdayaan masyarakat harus dimulai dari masalah danpotensi spesifik daerah, oleh karenanya diperlukan pendelegasian

    wewenang lebih besar kepada daerah.

    B. Tujuan

    Meningkatnya upaya kesehatan bersumber daya masyarakat

    (UKBM) sehingga masyarakat mampu mengatasi permasalahan

    kesehatan yang dihadapi secara mandiri dan menerapkan perilaku

    hidup bersih dan sehat (PHBS).

    C. Sasaran

    Sasaran dari pedoman ini adalah semua pemangku kepentingan

    terkait untuk bekerjasama dalam pelaksanaan dan pembinaan

    pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan di Kecamatan

     ABCD

  • 8/18/2019 7. Pedoman Penyusunan_OK

    70/96

    62

    D. Ruang Lingkup

    Ruang lingkup pedoman ini meliputi pelaksanaan dan pembinaan

    pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan dan peran

    pemangku kepentingan terkait dalam pelaksanaan dan pembinaanpemberdayaan masyarakat bidang kesehatan di Kecamatan

     ABCD.

    E. Batasan Operasional

    Pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitasi

    yang bersifat non instruktif, guna meningkatkan pengetahuan

    dan kemampuan masyarakat, agar mampu mengidentifikasimasalah yang dihadapi, potensi yang dimiliki, merencanakan

    dan melakukan pemecahannya dengan memanfaatkan potensi

    setempat.

    Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan adalah proses

    pemberian informasi kepada individu, keluarga atau kelompok

    (klien) secara terus menerus dan berkesinambungan mengikuti

    perkembangan klien, serta proses membantu klien, agar klien

    tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek

    pengetahuan atau knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek

    sikap atau attitude), dan dari mau menjadi mampu melaksanakan

    perilaku yang diperkenalkan (aspek tindakan atau practice).

    Pemberdayaan Masyarakat bidang kesehatan merupakan

    suatu proses aktif, dimana sasaran/klien dan masyarakat

    yang diberdayakan harus berperan serta aktif (berpartisipasi)

    dalam kegiatan dan program kesehatan. Ditinjau dari kontekspembangunan kesehatan, partisipasi masyarakat adalah

    keikutsertaan dan kemitraan masyarakat dan fasilitator

    (pemerintah, LSM) dalam pengambilan keputusan, perencanaan,

    pelaksanaan, pemantauan dan penilaian kegiatan dan program

    kesehatan serta memperoleh manfaat dari keikutsertaannya

    dalam rangka membangun kemandirian masyarakat.

    UKBM adalah wahana pemberdayaan masyarakat, yang dibentuk

    atas dasar kebutuhan masyarakat, dikelola oleh, dari, untuk dan

  • 8/18/2019 7. Pedoman Penyusunan_OK

    71/96

    63

    bersama masyarakat, dengan bimbingan dari petugas Puskesmas,

    lintas sektor dan lembaga terkait lainnya.

    Proses pemberdayaan masyarakat terkait erat dengan faktor

    internal dan eksternal yang saling berkontribusi dan mempengaruhisecara sinergis dan dinamis. Salah satu faktor eksternal dalam

    proses pemberdayaan masyarakat adalah pendampingan oleh

    fasilitator pemberdayaan masyarakat. Peran fasilitator pada

    awal proses sangat aktif tetapi akan berkurang secara bertahap

    selama proses berjalan sampai masyarakat sudah mampu

    menyelenggarakan UKBM secara mandiri dan menerapkan

    PHBS.

    PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atasdasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan

    seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat mampu

    menolong dirinya sendiri (mandiri) dibidang kesehatan dan

    berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat.

    Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan dilaksanakan

    dengan prinsip-prinsip:

    1. Kesukarelaan, yaitu keterlibatan seseorang dalam kegiatanpemberdayaan masyarakat tidak boleh berlangsung karena

    adanya pemaksaan, melainkan harus dilandasi oleh

    kesadaran sendiri dan motivasinya untuk memperbaiki dan

    memecahkan masalah kehidupan yang dirasakan.

    2. Otonom, yaitu kemampuannya untuk mandiri atau

    melepaskan diri dari ketergantungan yang dimiliki oleh setiap

    individu, kelompok, maupun kelembagaan yang lain.

    3. Keswadayaan, yaitu kemampuannya untuk merumuskan

    melaksanakan kegiatan dengan penuh tanggung jawab,

    tanpa menunggu atau mengharapkan dukungan pihak luar.

    4. Partisipatif, yaitu keikutsertaan semua pemangku

    kepentingan sejak pengambilan keputusan, perencanan,

    pelaksanaan, pemantauan, eva