BismaFajarMustofa,WidiSuroto,HariYuliarso/JurnalSENTHONG2019
267
ASRAMAMAHASISWADISURAKARTADENGANPENDEKATANARSITEKTUREKO-KULTURSEBAGAISOLUSIHUNIANSEMENTARA
BismaFajarMustofa,WidiSuroto,HariYuliarso
ProdiArsitekturFakultasTeknikUniversitasSebelasMaretSurakartafajarbisma13@gmail.com
Abstrak Tujuan penelitian berikut, adalah sebagai solusi dari permasalahan yang terdapat pada huniansementara,berupaasramamahasiswayangbelummampumenghadirkan interaksiantaramanusiadenganalamsekitardankeberlanjutankultur.Pembangunanasramayangkurangmemperhatikanketersediaanruangterbukadanruanghijau,menjadisalahsatupenyebabinteraksipenghunidenganlingkungansekitarberkurang.Beberapaaspekarsitektureko-kulturditerapkansebagai strategidesainpadaasramamahasiswa.Hasildariasrama yang terbangun,memiliki kemampuan untukmendorong terjadinya interaksi kuat antara penghuniasramadenganlingkungansekitar.Pelaksanaanstrategidesainarsitektureko-kulturdicapaidenganperubahandan penggunaan kembali teknik konstruksi tradisional, pengelompokan bangunan, dan pola permukimansebagai ekspresi keberlanjutan budaya. Sehingga sesuai dengan konteks lokasi asrama berada, sertamenjadikan kultur-keperilakuanmahasiswa yang berbedamenjadi bahan pertimbangan dalammerancang.Metodepenelitianyangdigunakanadalahmetodeapresiatifataudeskriptifkualitatif.Darianalisis terhadaparsitektur eko-kultur tersebut, menghasilkan penerapan strategi disain di beberapa bagian bangunan.Penerapan eko-kultur diantaranya Interior yang bisa digunakan untuk kegiatan bersamamaupun kegiatanpribadi,tampilaneksterioryangmerupakanhasilaplikasidariaspekkulturmahasiswayangberbeda-beda,danbentuk bangunan adaptasi dari bangunan Keraton Kasunanan Kartasura. Pemasangan utilitas yangmempertimbangkanunsurkeaslianlahan,untukmempertahankanbio-regionalyangadadilingkungansekitarasramamahasiswa.
Katakunci:interaksi,asramamahasiswa,keberlanjutanbudaya,eko-kultur
1.PENDAHULUANSurakartatidakhanyaberperansebagaitujuanwisatasaja, tetapibanyakyangmenjadikan
KotaSurakartasebagaitujuanuntukmenimbailmudanmengembangkanilmupengetahuan,baikilmuekonomi,sosial,politik,teknologi,agama,sertabudaya.MenurutTimPenelitidariFakultasIlmuSosialdanPolitikUNISRI(2017),darisegijumlah,Surakartamemiliki63perguruantinggiyangmeliputi11universitas, 13 sekolah tinggi, 5 politeknik, 32 akademi, dan 2 institut. Berdasarkan survei yangdilakukandibeberapakampusyangberlokasidiSurakarta,antararentangtahun2014sampaitahun2017, terdapat jumlah mahasiswa, terutama yang berasal dari luar Jawa Tengah, mengalamipeningkatansecarafluktuatif.BerikutpenjabarandatajumlahmahasiswaluarJawaTengah:Pertama,datayangdiperolehberasaldaribeberapakampusyangtergolongbesarsertaberadadiSurakartadansekitar.Kedua,datayangdicariberupajumlahmahasiswayangberasaldariluarJawaTengahyangmenuntutilmuatauberkuliahdiSurakarta.Ketiga,padatahun2014hinggatahun2015terdapat271mahasiswaberasal dari luar JawaTengah yangberkuliahdi Surakarta. Keempat, pada tahun2015hingga tahun 2016 terdapat 1279 mahasiswa berasal dari luar Jawa Tengah yang berkuliah diSurakarta.Kelima,padatahun2016hinggatahun2017terdapat1042mahasiswaberasaldari luarJawaTengahyangberkuliahdiSurakarta.
Dari penjabarandata di atas, peningkatan jumlahmahasiswapada suatu perguruan tinggimempengaruhi peningkatan kebutuhan akanhunian sementara untukmengakomodasi kebutuhanmahasiswa,baiksegiakademismaupunnon-akademis.DiKotaSurakarta,terdapatbeberapasaranaberupa asrama mahasiswa, baik bertipe rumah sewa (kontrakan) atau bertipe gedung. Padaperancangan inidipilihasramamahasiswabertipegedung, sebabmemiliki cakupandaya tampungyang luas.Berikutpenjabarandatatentangkebutuhanasramamahasiswa :Pertama, terdapat190peminatAsramaMahasiswaUNSdan1500peminatAsramaMahasiswaUMS,padatahun2013hingga
SENTHONG,Vol.2,No.1,Januari2019
268
tahun2017.Kedua,terdapat120mahasiswaditerimadiAsramaMahasiswaUNSdan270mahasiswaditerima di Asrama Mahasiswa UMS, pada tahun 2013 hingga tahun 2017. Ketiga, terdapat sisamahasiswayangtidakmemperolehkamarasramamahasiswasebanyak530mahasiswa.Jumlahsisamahasiswayangtidakterakomodasi,menunjukkankebutuhanasramamahasiswamasihdibutuhkandiSurakarta.MenurutUndang-UndangNomor20Tahun2003tentangSistemPendidikanNasionaldiIndonesia bahwa, jenjang pendidikan di Indonesia terdiri dari Pendidikan Dasar (SD), PendidikanMenengah, dan Pendidikan Tinggi. Pada pendidikan tinggi di Indonesia berskala nasional, pesertadidiknyaberasaldariseluruhwilayahIndonesiadanmemilikilatarbelakangkulturyangberagam.
JosephDeChiara(1993),akibatperbedaanbudayayangdibawaolehmahasiswadaridaerahmasing-masing,desainasramapunturutberdampakbagikegiatansehari-harimahasiswa.Olehsebabitu,arsitekturEko-kulturdibutuhkanuntukmemecahkanpersoalandisainarsitekturalyangberkaitanterhadap kebutuhan hunian sementara bagi mahasiswa, dengan memperhatikan keseimbanganlingkungan alam sekitar. Perancangan dengan pendekatan arsitektur eko-kultur, bertujuanmenghasilkanbangunanasramamahasiswayangmembantumenjagakelangsunganekosistemdankeberlanjutanbudaya lokalitas.MenurutteoridariGrahamFarmerdanSimonGuy(2008),strategieko-kultur dapat dicapai dengan beberapa cara. Pertama, merancang produk arsitekturalmenggunakan energi secara efisien. Kedua, menggunakan bahan-bahanmaterial alam yang tidakdapatdiperbaharuisecaraefisien.Ketiga,menekankanpenggunaanbahanalamsecaradaurulang.Keempat, menjadikan unsur kultur-keperilakuan yang berbeda-beda dari tiap mahasiswa sebagaibahanpertimbanganuntukmendesainsehinggaobjekperancangandapatbersinergidengansegalakomponen daerah di mana objek perancangan berada. Aspek yang diambil sesuai dengan teorimenurutB.SetiawandanHaryadidalambukunyaArsitektur,Lingkungan,danPerilaku(2010).
2.METODEPENELITIAN
Metodependekatandesainmenggunakanmetodearsitektureko-kultur.Arsitektureko-kulturmerupakanlogikaeko-budayayangmenyorotipelestariandankonservasiberagamarketipebudayayang ada dengan memerhatikan kontinuitas budaya. Logika arsitektur eko-kultur mengarah padatransformasi dan penggunaan kembali teknik konstruksi tradisional, tipologi bangunan, dan polapermukimanuntukekspresikeberlanjutanbudaya. (GrahamFarmerdanSimonGuy,2008).Alasanpemilihanstrategiperancangandenganpendekatanarsitektureko-kulturkarenamahasiswasebagaitargetpenghuniasrama,berasaldariberbagaidaerahdiIndonesiayangmemilikilatarbelakangkulturberbeda.Dengan demikian, perlumemasukkan strategi disain untukmenjaga identitas kultur tiapdaerah agar tetap terjaga. Alasan lain adalah membantu menjaga keaslian lingkungan sekitar,sehingga lingkungan menjadi daya dukung yang kuat terhadap objek perancangan. Penggunaankonsep arsitektur eko-kultur, juga turutmembantumengangkat citra Kota Surakarta sebagai kotabudaya.
Daripenjelasanmengenaiarsitektureko-kultur,kemudianditerapkanciri-ciriarsitektureko-kultur ke dalam bangunan asrama mahasiswa. Pertama, menggunakan kembali teknik konstruksitradisionalsertamaterialalam.Kedua,tipologibangunan.Ketiga,polapenyelesaiansebagaiekspresikeberlanjutankultur.Keempat,pelestariandankonservasiberbagaiarketipebudayayangadadenganmemerhatikankontinuitasbudaya.Kelima,penyediaanruang-ruangbudaya.
Ciri-ciri arsitektureko-kultur tersebut, kemudianditerapkankebagian-bagianperancanganasrama mahasiswa. Dengan demikian, didapat suatu rancangan bangunan yang mengutamakanlokalitas dan menyesuaikan keberlanjutan kultur. Berikut aplikasi beberapa aspek arsitektur eko-kulturpadaasramamahasiswa.Pertama,adalahtapak.Responkonseppadatapakyangdihasilkanberdasarkanarsitektureko-kulturadalah,memperhatikankarakteristikwilayahhayati (bioregional)danbudayawilayahuntukmenciptakanlingkunganyangharmonisdengankarakteristikfisiklokaldanbioregionalwilayah. Kedua, adalah ruang. Pada pangaturan ruang, terdapat beberapa aspek yangditerapkan,meliputipengaturanpencahayaan,pengaturanpenghawaan,penggunaanmaterialalami
BismaFajarMustofa,WidiSuroto,HariYuliarso/JurnalSENTHONG2019
269
danmaterialekspos,sertapemberianruangbudayasebagaiaplikasikonsepeko-kultur.Ketiga,adalahbangunan (bentuk). Pengaturan bangunan dengan konsep arsitektur eko-kultur, yaitu mengaturkomposisibangunan,zoning,danfasaddaribangunansehinggamampumenyesuaikandengankondisilingkunganfisiksekitardankondisibudayasekitar.Keempat,adalahstrukturdanutilitas.Strukturdanutilitas bangunan disesuaikan dengan pengambilan material yang mudah digunakan, denganmemperhatikan kondisi tapak untuk menjaga keaslian tapak. Sehingga aplikasi eko-kultur dapatmenyeluruhkesetiapbagianbangunan,termasukstrukturbangunandanutilitas.
Metode disain yang digunakan dalam proses perencanaan dan perancangan asramamahasiswa adalah,metode apresiatif atau deskriptif kualitatif.Metode tersebutmemiliki 3 aspekberupatahapide,tahaptransformasi,dantahapfisikproduk.
3.HASILDANPEMBAHASAN
Beberapahalyangharusdiperhatikanagarpenerapanarsitektureko-kulturdapatmeresponpermasalahanhuniandenganbaik,yaituperuangan, lokasi,strukturdanutilitas,bentukbangunan,fasad, serta interior ruang. Penerapan arsitektur eko-kultur sudahberhasil dilakukanpada sebuahbangunanhoteldiSriLankakaryaarsitekGeoffreyBawa,yaituBentotaBeachHotel.BentotaBeachhotelsuksesmenjadisalahsatuhotelyangdapatmeresponkondisialamdanbudayadisekitar.
Pertama, perencanaan ruang berdasar arsitektur eko-kultur, antara lain denganmengaturpencahayaandanpenghawaan,penggunaanmaterial,sertapenataaninterior.Pengaturanperuangandilakukanpadakamartidurasramamahasiswa,mengingatkegiatanutamapadaasramamahasiswaadalah beristirahat. Penerapan konsep arsitektur eko-kultur pada penghawaan dan pencahayaanadalah,menjagakeaslianunsuralamdariluardenganmemberibukaansilang,agarudaradancahayaalami dapatmasuk optimal untukmengurangi kelembapan di dalam kamar. Ukuran bukaan padajendela dibuat luas, sehinggamahasiswa dapatmerasakan unsur alam dari luar ke dalam kamar.AplikasibukaandapatdilihatpadaGambar1.
Gambar1.BukaanRuangHunian
Aplikasi arsitektur eko-kultur pada ruang selanjutnya ialah low-tech, dilakukan denganmenggunaan material lokal dan material ekspos guna merespon suhu dari luar. Material eksposmemberikankesandingindalamruangan,sedangkanmateriallokal,memberikankesanhangatgunamencapaikenyamanantermalpadakamartidurmahasiswa.PenggunaanmaterialbisadilihatpadaGambar2.
SENTHONG,Vol.2,No.1,Januari2019
270
Gambar2.PemilihanPenggunaanMaterial
Respon terhadap konsep arsitektur eko-kultur pada ruang lain adalah, penyediaan ruangbudayadanruangkomunal.Ruangbudayayangberfungsisebagaiwadahkegiatanrekreasi,diskusi,dan kegiatan lain yang melibatkan banyak orang (makro), dapat merespon permasalahankeberlanjutanbudayayangsemakinmemudar.Denganruangbudaya,mahasiswadapatmenyalurkanbakat serta tetap melestarikan budaya. Ruang komunal berfungsi sebagai ruang transit untukbersantai, kegiatan belajar di luar kamar, dan kegiatan bersosial antarpenghuni kamar (mikro).Pemberian ruang-ruang komunal tersebut, guna merespon permasalahan kultur-keperilakuanmahasiswa berupa aktivitas sosial antar penghuni yangminim. Ruang komunal dan budaya dapatdilihatpadaGambar3.
Gambar3.RuangBudayadanRuangKomunal
Ekspresiarsitektureko-kulturlain,jugaditunjukkandenganpemberianornamentasi,berupa
batikdariberbagaiwilayahdiIndonesiayangdipasangpadapintulipatruangbudaya.Ornamentasibatik tersebut, bertujuan untuk mengingatkan mahasiswa terhadap budaya asal tanah kelahiran.(Gambar4).
Tembokplester
Plafon,Furniturdankusenkayu
BismaFajarMustofa,WidiSuroto,HariYuliarso/JurnalSENTHONG2019
271
Gambar4.PenerapanOrnamenBatikpadaRuangBudaya
Kedua, dasar pertimbangan pemilihan lokasi sesuai dengan perencanaan pengembanganwilayah Kota Surakarta berdasar RTRW yang berlaku tahun 2011-2031 (PERDA KOTA SURAKARTANOMOR1,2012).Penerapankonseparsitektureko-kulturpadasiteadalah,denganmemilih lokasipadatempatyangstrategis,sepertiterletakdiwilayahdenganjumlahkampuslebihdarisatu,kondisisitemasihdikelilingi lingkungan alami, seperti taman, hutan kecil, dan sungai, berdekatandenganfasilitasumum,sertakemudahanpencapaiankedalamdanluarsite(Gambar5).
Sumber:https://www.google.com/maps/place/Surakarta,+Surakarta+City
Gambar5.SiteTerpilih
JebresKentingan
SENTHONG,Vol.2,No.1,Januari2019
272
SesuaiGambar5,siteterpilihberadadiJalanKyaiH.Masykur,Kentingan,KecamatanJebres,Kota Surakarta.Site yang terpilihmemiliki batasUtaradenganpemukimandanRumahSakit Jiwa,bagianBaratberbatasandenganUNS,kiosmebeldanpemukiman,bagianSelatandenganPDAMdanRusunawa, serta bagian Timur site terdapat beberapa permukiman dan Sungai Bengawan Solo.Penerapanlaindarikonseparsitektureko-kulturpadasiteadalah,pengadaptasianobjekperancanganterhadaplokalitasdankarakteristikfisiklingkungansekitarasrama.Meminimalkancutandfillpadakonturlahangunamenjagakeaslianbentuklahan.Memberikanjenistanamanhasil,sepertitanamanpenghasilkayudantanamanpenghasilbuah,gunamenjagabio-regionalyangada.PengolahanlahandanvegetasidapatdilihatpadaGambar6.
Gambar6.KonturdanVegetasi
Pemasanganvegetasidilakukanjugadiareaperbatasanluarasrama.Vegetasiyangditanamberfungsisebagaipohondindingatautanamanpagarhidup.Jenisvegetasiyangdipilihadalahjenistanam-tanamanperdu,sepertipohoncedar,bambu,tanamanpucukmerah,tanamanrambat,danlain-lain.AplikasitanamanpagarhidupdiasramamahasiswaSurakartadapatdipadukandenganpagarkonvensional, seperti yang terdapat pada asrama mahasiswa UGM yang memadukan tanaman-tanaman dengan pagar besi. Pemberian tanaman pagar hidup guna merespon konsep adaptasibangunanterhadap lingkungansekitar,sertamemecahkanmasalahkesanasramamahasiswayangkakudantertutup.Tanamanpagarhidupmemberisuasanaasramayangterbuka,sertameminimalkankontrasantaralingkunganmasyarakatdanlingkunganasramamahasiswa.Pemasanganpagarhidupdilakukan dengan tidakmelupakan segi keamanan asrama, yaitumemberikan pagar konvensionalberdampingandengantanamanpagarhidup.LihatpadaGambar7.
Gambar7.UGMResidence
Sumber:http://residence.ugm.ac.id/list.php?kat=Fasilitas-zona
Tanamanpenghasil
PotonganKontur
BismaFajarMustofa,WidiSuroto,HariYuliarso/JurnalSENTHONG2019
273
Gambar8.TanamanPagarHidup
Ketiga,penerapanarsitektureko-kulturpadabangunanasramamahasiswa,membutuhkansuatubentukyangmenarik,sehinggastrukturharusmampumenaungibentukyangditimbulkandaripenggunaan arsitektur eko-kultur. Bangunan asrama mahasiswa tersebut, menggunakan sistemstrukturmodulardanpanggung.Sistemstrukturmodulardanpanggung,mengadaptasistrukturyangsebagianbesardigunakanpadarumahadatIndonesia.Strukturmodulardanpanggungbergunauntukmeminimalkankerusakanpadatanah,sertamemanfaatkanruangdibawahbangunanuntukfungsisosial, dan sebagai ruang servis. Komposisi bangunanberupa linier ke arahBaratdanUtara, sertamemilikibentukbangunanmemanjang.Untukmencegahkerusakanbangunanakibatgempakarenabentuk memanjang, maka dilakukan pemisahan struktur atau dilatasi. Pada bangunan asrama,dilakukandilatasipadatiap25meterdaripanjangbangunan.Strukturpenutupatapmenggunakanmateriallokaldanfabrikasiramahlingkungan,sepertirangkabajadanbajaringandenganpenutupmaterialberupagentengtembikar,galvalum,dandakbeton.LihatpadaGambar9.
Gambar9.DilatasiPadaPotongan
dilatasi
dilatasi
SENTHONG,Vol.2,No.1,Januari2019
274
Penerapankonseparsitektureko-kulturpadautilitas,adalahmemasangsumurresapanyangberfungsiuntukmenampungairhujanagartidakterbuanglangsung,sertamenambahkemampuantanah dalam menyerap air. Pemasangan water treatment berupa grey water, berfungsi untukmengolahlimbahdapuratautoilet,agardapatdigunakankembaliuntukpenyiramantamanataucucikendaraan.
Gambar10.PemasanganGreyWater
Gambar11.GreyWater
Keempat,penerapanperancanganbentuksesuaiarsitektureko-kultur.Perancanganbentukbangunanasramamemanjang,diadaptasidaribentukbekas tempat tinggalabdidalemdiKeratonKasunanan Kartasura. Penggunaan bentuk memanjang karena menyesuaikan bentuk lahan yangmelebar ke arah Timur dan Utara. Bentuk memanjang, memudahkan pencapaian bagi penghunimaupunpenggunadari luar,untukmencapairuang-ruangyangadadikawasanasramamahasiswaSurakarta.
Gambar12.BentukBangunanAsrama
BismaFajarMustofa,WidiSuroto,HariYuliarso/JurnalSENTHONG2019
275
Penerapankonseparsitektureko-kulturlainadalahotentik,yaitumemberikanfasilitasberuparuangperibadatanagamadiIndonesia.Bentukbangunanperibadatanmemerhatikanfungsitempatibadahmasing-masingagama, sehinggabentuk yangditerapkanmasihmemiliki unsurotentikdaribentukbangunanperibadatansemuaagamadi Indonesia.Pemberianruangperibadatanbertujuanmenjagadanmelestarikan kulturmahasiswa,baik yang sudahada sejak lahirmaupunkultur yangdilatih melalui norma-norma masyarakat yang berlaku. Tujuan lain adalah, mahasiswa tetap bisamenjalankanadatkeagamaan,walaupunjauhdaridaerahasal.
Gambar13.BangunanPeribadatan
BangunanPura
BangunanMasjidBangunanVihara
BangunanGerejaKatolik
BangunanGerejaKristen
BangunanPeribadatan
SENTHONG,Vol.2,No.1,Januari2019
276
Kelima, penerapan konsep arsitektur eko-Kultur pada fasad, dilakukan dengan pemberianunsur-unsurbangunanJawa.Sepertitopenganataugerbangpadaentrance,pemberiankonsolsepertipadarumahadatJawa,danpemberianMakuthopadaatapbangunanasrama.Pemberianunsur-unsurbangunanJawaadalahsebagaiaksenpadabangunan,sehinggabangunanasramamemilikitampakbangunanyangtidakterlalukontrasdenganbangunansekitar.
Gambar14.Topengan,KonsoldanMakuthoPadaAsramaMahasiswa
Keenam, penerapan konsep arsitektur eko-kultur pada bagian interior. Penerapan konseparsitektureko-kulturyangditerapkanadalah,pemasanganmaterialekspos.Materialeksposbersifatramahdansejuk,sertamampumenghadirkanunsuralamikedalambangunan.Penerapankonsepeko-kulturlainadalahpemberianverticalgarden,berfungsimereduksipanasyangdatanglangsungkearahbangunan.Pemberianverticalgardenjugabertujuanmembantumenjagabioregionalmahklukhidup.Pemberianverticalgardenutama,ditempatkanpadadapurasramadenganmemillihtanamanyang mampu hidup walaupun di ruang tertutup, serta tanaman yang mampu mereduksi karbondioksida.
Gambar15.InteriorDapurAsramaMahasiswa
Konsol
Topengan
Konsol
Makutho
BismaFajarMustofa,WidiSuroto,HariYuliarso/JurnalSENTHONG2019
277
Gambar16.InteriorRuangKomunalAsramaMahasiswa
4.KESIMPULANDANSARAN
Terdapat lima tahapmenerapkan konseparsitektur eko-kulturdalamperancanganasramamahasiswa di Surakarta, yaitu tahap peruangan, pemilihan lokasi, komposisi bentuk, penggunaanstruktur,danpenggunaanutilitas.Daritahapanyangada,diharapkanmampumeresponkebutuhanhunian sementara bagi mahasiswa dengan menghadirkan konsep arsitektur eko-kultur padabangunanasramamahasiswaSurakarta,sehinggamampuberfungsisebagaitempatberistirahatidealbagimahasiswaselamamenempuhpendidikantinggidiKotaSurakarta.SalahsatutujuanmakrodariperancanganasramamahasiswadiSurakarataadalah,sebagaipeningkatkualitaspendidikantinggi,mengingatasramamahasiswamerupakansalahsatufasilitaspentingbagiperguruantinggi.
Arsitektureko-kulturditerapkansesuaidengan fungsibangunanterhadapkulturpenghuni,lingkungan,dankeberlanjutanbudayasekitar.Mengingatunsurpembangunanjugameliputiisu-isukeadilan,pemerataan,danhakasasi.Akan tetapi, perludicatatbahwa fenomenakulturpada tiappenghunitentuberbeda,sekaligusmerupakansesuatuyangsensitifdanmemerlukanwaktutertentuuntuk berbaur, kemudian menghasilkan suatu kolaborasi yang saling menguntungkan. Tidak adabentukkhususmaupun langgamkhususpadabangunanyangmenjadiciridalamkonseparsitektureko-kultur,sebabperancanganmenggunakankonseparsitektureko-kulturmencakupbanyakaspek.Tidaksemuatahapandanaspekdiatas,mampuditerapkanpadaperancangansuatuobjekbangunan.Hasil dari penerapan konsep arsitektur eko-kultur adalah bangunan dapat memenuhi kebutuhanmahasiswa,berupatempatberistirahatsementarayangidealselamamenjalanimasaperkuliahandiKota Surakarta, dengan tidak menghilangkan unsur karakteristik lokal yang ada, serta menjagakeberlanjutankulturdaerah.
SENTHONG,Vol.2,No.1,Januari2019
278
REFERENSI
Chiara, De Joseph and John Hancock. 1993. Time-Saver Standards for building Types. SingaporeFarmer, Graham and Guy Simon. 2008. Reinterpreting Sustainable Architecture: Theories, Discourses,Practices.Newcastle:Routledge.Koentjaraningrat.1979.PengantarIlmuAntropologi.Jakarta:AksaraBaru. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NO : 5/PRT/M/2007. Pedoman Teknis
PembangunanRumahSusunSederhanaBertingkatTinggi. (PERDAKOTASURAKARTANOMOR1,2012)
Setiawan, B dan Haryadi. 2010.Arsitektur, Lingkungan, dan Perilaku. Yogyakarta: Gadjah MadaUniversityPress. (Undang-UndangRepublikIndonesiaNomor12,2012)UUNomor20Tahun2003BabVIPasal13Ayat1 Saktiokta,KrisnaNandang.2017.“SoloPotensialSebagaiAlternaitfKotaTujuanPendidikan”. Tribun News. Rabu, 22 Februari 2017, dilihat 25 April 2017 < http://solo.tribunnews.com/2017/02/22/tim-peneliti-unisri-solo-potensial-sebagai- alternatif-kota-tujuan-pendidikan>
Top Related