PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TEKNIKNUMBERED HEADS TOGETHER
TERHADAP HASIL BELAJAR
lllll •• lllllllilillra
Ulll Elllei-l1t,. darJ .. ~.~ · -· ........... ....,,..,,. - ~ _____
'Jg!. : ~·:···iPi ........................... . ~o. lnd111< ; .fi:[.i.f:···0i1·~~····· .. ····G. . ... ·11 ···········'- a?.... -... .is1 kasi . •··•·•·• ..... 1 ........ .
OLEH: .............................................. .
ABDUL RAHMAN NIM: 104016200426
PROGRAM STUD! PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1430 H/2009 M
PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TEKNIKNUMBERED HEADS TOGETHER
TERHADAP HASIL BELAJAR
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan
1111111 lllillll 1111 111111111111.
Ulll
OLEH: ABDUL RAHMAN NIM: 104016200426
PROGRAM STUD! PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1430 H/2009 M
ABSTRAK
Abdul Rahman Peugaruh Model Cooperative Learning Teknik Numbered Heads Together Terhadap Hasil Belajar
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Model Cooperative Learning Teknik Numbered Heads Together Terhadap Basil Belajar. Penelitian ini dilakukan di Madrasah Aliyah Jam'iyah Islamiyah, Pondok Aren, Tangerang, Banten pada bulan Februari hingga bulan Maret 2009. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen, sampel diambil secara purposive sampling dari 58 siswa dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Instrumen penelitian yang digunakan adalah instnnnen tes hasil belajar. Basil belajar siswa kelompok eksperimen lebih tinggi (mean = 60 dan SD= 17,21) daripada kelompok kontrol (mean= 50,8 dan SD= 12,83) dan dari hasil perhitungan uji "t" diperoleh nilai t hitung sebesar 2,318 sedangkan t tabel pada taraf signifikansi 0,05 sebesar 2,000 atau thitung > tiabel· Maka dapat disimpulhn menolak Ho yang menyatakan ada pengaruh antara pembelajaran model cooperative learning teknik numbered heads together terhadap hasil belajar diterima atau disetujui. Hal ini menunjuk:kan bahwa penggunaan pembelajaran model cooperative learning teknik numbered headas together memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa. Pada penelitian ini dilakukan juga integrasi nilai-nilai sains dalam konsep redoks. Didapatkan melalui angket dengan perolehan nilai-nilai sains siswa, yaitu nilai religius 75,2% atau kriteria baik, nilai intelektual 72,59% atau kriteria baik, nilai sosial 82,3% atau kriteria sangat baik, dan nilai praktis 79,07% atau kriteria baik.
Kata kunci: Pembelajaran Model Cooperative Learning. Teknik Numbered Heads Together. Hasil Belajar. Konsep Reduksi-Oksidasi. Nilainilai sains.
ABSTRACT
Abdul Rahman The Effect of Cooperative Learning Model Numbered Heads Together Technique on Students Learning Achievement
This research aims to know Effect of Cooperative Learning Model with Numbered Heads Together Technique on Students Learning Achievement. This research was conducted at Madrasah Aliyah Jam 'iyah Islamyyah, Pondok Aren, Tangerang, Banten on February until March 2009. The method used in the research is quasy experiment, using pwposive sampling technique and there are 58 students divided two groups, experiment group and control group. The research instrument is students learning achievement. Students learning achievement of experiment group is higher (means =60 and SD =17.21) than control group (means =50.8 and SD =12.83). From "t" test was obtained tcow.r 2.318 while t1oble at level of significant 0. 05 is 2. 000 so tcount > tiable- It can be concluded that refased Ho which told that cooperative learning model with numbered heads together technique has effect on students learning achievement has been accepted In this research students also gc. ve about values of science integmted in reduction-oxidation concepts, it was obtained from the questionnaire which has been tested. There are three aspect from values of science such as religious values is 75.2% or good criteria, intellectual values is 72.59% or good criteria, social values is 82,3% or excellent criteria, and practical values is 79. 07% or good criteria.
Key word: Cooperative Learning Model. Numbered Heads Together Technique. Students Learning Achievement. Reduction-Oxidation Concepts Values ofscience
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga penulis mempunyai
kekuatan dan ketabahan untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini. Salawat dan
salam tak lupa penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga
dan para sahabatnya.
Penulis menyadari skripsi ini yang berjudul: "Pengaruh Model
Cooperative Learning Teknik Numbered Heads Together Terhadap Hasil
Belajar'', tidaklah mungkin dapat diselesaikan tanpa adanya dukungan dan
dorongan baik moral, material, dan spiritual dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada:
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
beserta staf dan jajarannya.
2. Baiq Hana Susanti, M.Sc., Ketua Jurusan Pendidikan IPA beserta staf dan
jajarannya.
3. Ir. Mahmud M. Siregar, M.Si., Dosen pembimbing !, atas motivasi dan
pembelajarannya untuk menjadi guru dan peneliti yang baik.
4. Dedi lrwandi, M.Si., Ketua Program Studi Pendidikan Kimia, sekaligus
sebagai dosen pembimbing II alas segala dukungan dan sambutan yang baik.
5. Baharudin, S.Ag., Kepala Sekolah MA. Jam'iyah lslamiyah, atas kesempatan
yang telah diberikan untuk melakukan penelitian.
6. lslahul Karim, S.Pd., Guru Bidang Studi Kimia MA. Jam'iyah lslamiyyah,
Alas saran dan bantuannya terhadap penulis dalam melakukan penelitian.
7. Dosen Fakultas llmu Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan llmu Pengetahuan
Alam yang tclah membelajarkan kami dengan penuh semangat dan keihlasan.
8. Segenap keluarga tercinta, yaitu bapak, ibu, kakak, dan adikku tercinta yang
dengan penuh keikhlasan mengiringi kehidupan ini menjadi lebih baik.
9. Seluruh Mahasiswa di Program Studi Pendidikan-Kimia, Biologi, dan Fisika
angkatan 2004, khususnya temanku lkhwanudin Al-Fatakh (kimia) dan
Akhmad Busthomi (Biologi), serta semua pihak yang telah memberikan
sumbangan kritik, saran, dan kebersamaan kepada penulis dalam
melaksanakan dan menyelesaikan skripsi ini.
Hanya doa dan harapan yang dapat penulis sampaikan. Semoga semua
pihak yang telah bekerja sama dan membantu penyelesaian skripsi ini
mendapatkan pahala dan kesejahteraan dari Allah SWT. Aamiin
Akhirnya, besar harapan penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan pembaca yang budiman.
Jakarta, 2009
Penulis
DAFTARISI
ABSTRAK ..................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................. iii
DAFTARISI ................................................................................................. v
DAFTAR TABEL ...................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ ix
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... l
A. La tar Belakang Masalah ........................ ..... ............................ l
B. lrlentilikasi Masalah ..................................... ....... ................... 6
C. Pembatasan Masalah ............................................................... 6
D. Rumusan Masalah .................................................................. 7
E. Tujuan Penelitian .................................................................... 7
F. Manfaat Penelitian .................................................................. 7
BAB II KAJIAN TEORETIS, KERANGKA PIKIR
DAN PERUMUSAN HIPOTESIS .................................................. 8
A. Kajian Teoretis .... .............. ................................ ............. ........ 8
1. Model Cooperative Learning .. .. ......... ..... ....... ............. ... ..... 8
a. Pengertian Cooperative Learning .. ..... .......................... 8
b. Unsur-unsur Dasar Cooperative Learning .................. l 0
c. Peranan Guru dalam Cooperative Learning ............... 12
d. Cooperative Leaming Teknik
Numbered Heads Together {NHT) .............................. 14
2. Pentingnya Nilai dalam Pembelajaran Sains ................... 17
a. Konsep Nilai dalam Pembelajaran Sains ................... 17
b. Tahapan Proses Pembentukkan Nilai ........................ 22
c. Prinsip-prinsip Pembelajaran Nilai dalam Sains ...... 23
d. Macam-macam Nilai dalam Pembelajaran Sains ....... 24
e. Integrasi Nilai-nilai Sains yang terkandnng
dalam konsep Reaksi Reduksi Oksidasi............... ....... 28
3. Has ii Bela jar Siswa .. ............ ................ .......... ............ ....... 36
a. Konsep Belajar ............................................................. 36
b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Belajar .............. 38
c. Konsep Hasil Belajar ................................................... 40
d. Pengukuran Hasil Bela jar ........................................... 41
4. Hubungan Model Cooperative Learning
Teknik Numbered Head Together (NHT)
dengan Hasil Belajar ....................................................... 42
B. Hasil Penelitian yang Relevan ................................................ 44
C. Kerangka Berpikir ................................................................. 46
D. Perumusan Hipotesis ............................................................... 47
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................. 48
A. Waktn dan Tempat Penelitian ............................................. 48
B. Metode dan Desain Penelitian ......... ............................ ..... ..... 48
C. Populasi dan Sampel ............................................................. 49
D. Prosedur Penelitian ............................................................... 49
E. Variabel Penelitian ..•............................................................ 50
F. Instrumen Penelitian ............................................................. 56
G. Teknik Pengumpulan Data ................................................... 57
H. Teknik Analis!s Data ............................................................. 57
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................... 62
A. Has ii Penelitian ... ... ....................... ..... .... ....... ....... ............. ...... 62
l. Data Hasil Belajar
a. Pre test Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol .......... ......................... ..... .. .. .... ... ... 62
b. Post test Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol ...................................................... 63
c. Perbandingan Mean Pretest dan Posttest ................... 63
B. Pengnjian Prasyarat Analisis ... .................. ....... ......... .... ........ 64
1. Hasil Uji Normalitas ......................................................... 64
a. Pre test Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol ........ ...................................... ........ 64
b. Post test Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol ...................... .... ...................... ...... 65
2. Uji Homogenitas ................... ............................. ......... ...... 66
a. Pre test Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol ... .. ..... ............................................ 66
b. Post test Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol ...................................................... 67
C. Pengnjian Hiplitesis ......... ............. ....................... ................... 68
1. Pre Test Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol ............................................................ 68
2. Post Test Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol ............................................................ 69
D. Hasil Analisis Angket Integrasi Nilai-nilai Sains .................. 70
E. Pembahasan ............................................................................ 72
1. Pengetahuan Siswa Terhadap Konsep Reaksi
Reduksi-Oksidasi .............................................................. 72
2. Pengetahuan Siswa Terhadap Nilai-nilai Sains
dalam Konsep Reaksi Reduksi-Oksidasi ......................... 73
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 75
A. Kesimpulan ............................................................................. 75
B. Saran ....................................................................................... 76
DAFTARPUSTAKA ................................................................................. 77
LAMPIRAN ................................................................................................ 81
DAFTAR TABEL
1. Langkah-langkah Cooperative Learning ........................ .... ..... .......... 14
2. Kisi-kisi Hasil Belajar Siswa............................................................. 52
3. Kriteria Reliabilitas ...... ............. ........................................................ 54
4. Deskripsi Data Mean Skor Pre Test ................................................... 62
5. Deskripsi Data Mean Skor Post Test................................................. 63
6. Deskripsi Data Mean Pre Test dan Post Test..................................... 63
7. Hasil Uji Normalitas Data Skor Pre Test........................................... 64
8. Hasil Uji Normalitas Data Skor Post Test.......................................... 65
9. Hasil Uji Homogenitas Skor Pre Test ................................................ 66
10. Hasil Uji Homogenitas Skor Post Test............................................... 67
11. Hasil Uji t Hasil Belajar Skor Pre Test.............................................. 69
12. Hasil Uji t Hasil Belajar Skor Post Test ............................................. 70
13. Hasil Perolehan Nilai-nilai Sains Siswa............................................. 71
DAFTAR LAMPIRAN
I. Uji Validitas lnstrumen Tes Hasil Belajar ......................................... 82
2. Uji Reliabilitas Instrumen Tes Hasil Belajar ...................................... 86
3. Pengujian Tingkat Kesukaran Instrumen ........................................... 91
4. Pengujian Daya Pembeda Soal .......................................................... 97
5. Distribusi Frekuensi Hasil Relajar Kelompok Eksperimen ................ 99
6. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Kelompok Kontrol ..................... 104
7. Uji Normalitas Data Skor Pre Test.................................................. 109
8. Uji Normalitas Data Skor Post Test................................................. 111
9. Uji Homogenitas Data Skor Pre Test............................................... 113
10. Uji Homogenitas Data Skor Post Test............................................. 114
11 J>enguj ian Hipotesis Data Skor Pre Test ................ .... ....... .. ..... ........ 115
12. Pengujian Hipotesis Data Skor Post Test ......................................... 118
13. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Eksperimen............................. 120
14. Modul dan LKS Pembelajaran......................................................... 138
15. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kontrol ................................... 149
16. Kisi-Kisi lnstrumen Tes Hasil Belajar ............................................. 158
17. Soal Uj icoba In strum en Tes Penelitian ........... ............ .... .. .... ........... 167
18. Instrumen Tes Hasil Belajar ............................................................ 173
19. Kisi-kisi Angket Integrasi Nilai-nilai Sains ..................................... 178
20. Angket Integrasi Nilai-nilai Sains.................................................... I 79
21. Hasil Perolehan Angket lntegrasi Nilai-nilai Sains .......................... 182
A. Latar Belakang Masalah
BABI
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan ha! yang esensial dan penting dalam kehidupan
seseorang, serta merupakan wahana untuk pembentukkan diri seseorang secara
keseluruhan. Dalam konteks demikian, pendidikan terkait dengan tujuan
umum pendidikan, yaitu membentuk kemampuan akademik dan kemampuan
berpikir yang lebih tinggi seperti kemampuan dalam memecahkan masalah.
serta mengembangkan aspek pribadi dan sosial yang memungkinkan orang
bekerja dan hidup dalam kelompok secara kreatif, inisiatif, empati dan
memiliki keterampilan interpersonal yang memadai. 1
ll.•1tuk mewujudkan tujuan umum pendidikan di atas, maka
diselenggarakan serangkaian kependidikan, di antaranya yaitu pendidikan
formal seperti sekolah yang diterapkan dalam bentuk pembelajaran.
Pembelajaran yang berlangsung di sekolah, seyogyanya menyediakan suatu
wadah terjadinya proses transformasi nilai dan norma-nonna sebagai bagian
dari pembentukan kepribadian siswa secara seutuhnya, yaitu manusia yang
tidak hanya pandai secara akademik, sehingga menjadi orang yang
mempunyai keahlian, keterampilan dan kemampuan intelektual, tetapi juga
mempunyai integritas moral yang baik.
Pendidikan yang diterapkan dalam pembelajaran dirasakan belum
terwujud secara optimal, karena model pembelajaran yang diterapkan
cenderung kurangnya melibatkan siswa untuk aktif mengalami pembelajaran
dengan guru sebagai satu-satunya sumber belajar siswa. Selain itu,
pengembangan pembelajaran yang digunakan juga kurang mengkaitkan
adanya hubungan antara konsep pembelajaran dengan aplikasi dan
pengalaman yang terintegrasi dengan nilai-nilai.
1 Wayan Koster, Keefektifan Seka/ah: Survai di SLTP Negeri Jakarta, Parameter, No. 6 Januari tahun XVIII, 2000, h. 70
2
Pendidikan yang bennuatan nilai dalam pembelajaran, bukan hanya
menjadi tugas dalam pola-pola pembelajaran yang terintegrasi dalam
pendidikan agama, sejarah, bahasa Indonesia dan pendidikan
kewarganegaraan (PKn), melainkan menjadi bagian dari semua usaha
pendidikan dalam berbagai macam mata pelajaran, misalnya mata pelajaran
IPA/sains.
UNESCO (2005) sebagaimana dikutip Ratcliffe menyatakan babwa
pembelajaran sains seharusnya diasosiasikan dengan nilai-nilai dalam
membangun intelektual yang didasari sikap jujur, tepat dan akurat,
keterbukaan pemikiran, dan sikap kritis.2 Penjelasan demikian, menegaskan
bahwa pola pembelajaran sains mengandung sikap ilmiah yang harus
dibangun dan didasari dengan sikap keilmiahan yang positif, sehingga
pembelajaran sains yang diasosiasikan dengan nilai tersebut memberikan
suatu pemah~·nan dan penghayatan bagi siswa mengenai kandungan nilai
nilai yang terdapat di dalam sains dan dapat menerapkan hasil pembelajaran
sains yang bertujuan untuk menata kehidupan menjadi lebih baik dengan
menghargai dan bersikap toleransi terhadap lingkungan secara positif.
Pemberian mata pelajaran IPA atau pendidikan IPA di sekolah hams bertujuan dan memiliki orientasi agar siswa memahami/menguasai konsep-konsep IP A dan saling keterkaitannya, serta mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalab-masalah yang dihadapinya, sehingga lebih menyadari kebesaran dan kekuasaan PenciptaNya.3
Pemberian yang memfokuskan tentang makna mendalam kandungan
nilai dalam mata pelajaran IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan ini akan
memberikan, meningkatkan kesadaran dan membangun pemahaman siswa
untuk menghargai lingkungan alam sekitar secara lebih bijak, humanis, dan
jiwa religius yang tinggi. Sehingga proses pemecahan suatu masalah dapat
ditanggapi dengan cara atau metode yang tepat dan bertanggung jawab.
2 Mary Ratcliffe, Values in The Classroom-The 'Enacted' Curric1,/un1, Available at: http://www.fremtidensnaturfag.dk/web2006/artikler/MR Values chap nov 05.pdf. Accessed on Nov 12, 2008, 1.30 pm, p. 2
3 Sumaji, dkk., Pendidikan Sains yang Humanistis, (Yogyakarta: Kanisius, 2003), h. 35
3
Salab satu mata pelajaran IPA adalab pembelajaran kimia. Kimia
merupakan mata pelajaran yang memiliki konsep yang sulit dan bersifat
abstrak sebingga memerlukan kemampuan, ketelitian dan kecermatan berpikir
siswa yang tinggi. Selain itu, yang terpenting dalam pembelajaran kimia
adalab adanya suatu keterkaitan konsep pembelajaran yang banyak
menyentub nilai-nilai kemanusiaan dalam kebidupan sebari-bari.
Pembelajaran kimia yang memiliki konsep yang abstrak dan
memerlukan kecermatan dan pemabaman konsep secara mendalam serta
banyak memiliki keterkaitan dengan nilai-nilai kemanusiaan dalam kehidupan
sebari-bari, misalnya adalab konsep reaksi reduksi-oksidasi yang menjelaskan
tentang konsep reaksi yang dibubungan dengan oksigen, serab terima elektron
dan perubaban bilangan oksidasi, yaitu seperti reaksi fotosintesis, sistem
respirasi, reaksi pembakaran, perkaratan dan penyepuban logam, pembusukan
sampab, pembuata". HCI, H2S04, HN03 sebagai baban dasar industri, aplikasi
konsep dalam baterai dan sel accumulator dan sebagainya. Sebingga bagi
siswa yang memiliki kecermatan, ketelitian dan kemampuan berpikir yang
rendab akan mendapatkan kesulitan belajar yang kemudian pencapaian basil
belajar siswa yang rendah.
Bertitik tolak dari ha! tersebut, maka penerapan suatu strategi dan
metode dalam proses pembelajaran kimia merupakan ha! yang sangat penting
dalam upaya mengatasi kesulitan belajar siswa sehingga didapatkan peroleban
basil belajar siswa yang baik adalah dengan menggunakan model
pembelajaran yang membimbing kemampuan siswa secara konstruktif, yaitu
pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar secara aktif dan
mendominasi pembelajaran. Dengan pembelajaran ini biasanya siswa akan
merasakan suasana yang lebih menyenangkan dan memiliki keleluasaan
menemukan sumber belajar sehingga basil belajar dapat dimaksimalkan.
Hal tersebut ditegaskan oleh Chikering dan Zhelda sebagaimana
dikutip Ashtiani, et. al yang menyatakan bahwa siswa di dalam pembelajaran
tidak hanya duduk dan mendengarkan penjelasan yang diberikan guru,
menghafal dan mengerjakan tugas, tetapi siswa diberikan kesempatan untuk
4
bertanya dan menjawab apa, bagaimana dan kenapa mereka belajar, apa yang
mereka tulis dan menghubungkan pengalaman belajar mereka terdahulu
dengan situasi yang baru, kemudian mereka dapat mengaplikasikannya di
dalam kehidupan sehari-hari.4
Pembelajaran yang dibangun secara konstruktif ini, siswa tidak hanya
mendapatkan informasi yang bersumber dari guru saja, melainkan mereka
dapat mengembangkan pengetahuannya melalui berbagai sumber informasi
seperti media cetak (koran, majalah, buku), media elektronik (televisi, radio,
internet), dan melalui observasi atau pengamatan langsung. Kemudian, mereka
dapat bertukar pikiran (share) dan sating melengkapi pengetahuan melalui
kerja sama yang baik dengan teman sebayanya. Proses pembelajaran ini akan
sangat membantu peserta didik untuk bekerja secara baik dalam penguasaan
konsep dalam bentuk hasil belajar secara kognitif, psikomotor, dan afektif
yang maksimal dan opti~ 21.
Salah satu altematifmodel pembelajaran yang dapat memberikan peran
aktif pada siswa untuk belajar dan membangun kandungan nilai-nilai dalam
pembelajaran kimia konsep reaksi reduksi-oksidasi adalah model cooperative
learning. Model ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berkomunikasi dan berinteraksi sosial dengan temannya untuk mencapai
tujuan pembelajaran, sementara guru bertindak sebagai motivator dan
fasilitator aktivitas siswa.
Menurut Johnson, Johnson dan Smith sebagaimana dikutip Messier
menunjukkan bahwa suatu pembelajaran yang menggunakan model
cooperative learning dapat memberikan proses pembelajaran yang efisien dan
efektif, meningkatkan prestasi, hubungan yang hannonis dan positif di antara
siswa serta menyebabkan terjadinya pertukaran informasi yang efektif.5
4 Ali Fathi-Ashtiani, et.al, A Cotnparison of Cooperative Learning Model and Traditional Learning Model on Achademic Acievement. Journal of Applied Sciences 7 (1): 137-140, 2007, ISSN 1812-5654. Asian Network for Scientific lnfonnation. Available at: http://www.ansiiournals.com/jas/2007/137- l 40.pdf. Accessed on Nov 16, 2008, 09.19 pm, p. 137
5 William P. Messier, The Influence of Cooperative learning on the Academic Achievement of Chinese Middle School Students, available at:
5
Penerapan model cooperative learning dalam pembelajaran, selain
dapat meningkatkan prestasi dan efektivitas proses pembelajaran yang
kondusif juga memberikan pemahaman tentang nilai-nilai, yaitu komunikasi
siswa dalam berdiskusi, memberikan penghargaan terhadap pendapat solusi
anggota kelompok dan rasa kebersamaan atau integritas dalam membantu
anggota kelompok membangun kemajuan kelompok dalam mendapatkan basil
belajar yang baik. Dalam konteks demikian, cooperative learning ini padat
dengan nilai dan memiliki tujuan pembelajaran yang membentuk kemampuan
akademik dan kemampuan berpikir yang lebih tinggi seperti kemampuan
dalam memecahkan masalah secara terstruktur dan aktif mengikut sertakan
peserta didik mengalami pembelajaran. Selain itu, cooperative learning juga
mengembangkan aspek pribadi dan sosial yang memungkinkan orang bekerja
dan hidup dalam Iingkungan sekitar secara kreatif, inisiatif, empati dan
memiliki keterampilan interpersonal secara memadai.
Senada dengan hal tersebut, Rivera dalam Yumetti menyatakan bahwa
cooperative learning dapat meredam kompetisi tidak sehat dan pengucilan
individual. cooperative learning juga dapat menghindari kesulitan dalam
pembelajaran dan kesulitan dalam interaksi sosial serta dapat meningkatkan
kemampuan untuk berkomunikasi secara lisan. 6
Dalam cooperative learning terdapat beberapa variasi teknik yang
dapat diterapkan, salah satunya adalah teknik numbered heads together
(NHT). Teknik ini dikembangkan oleh Spencer Kagan (I 992) yang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan
pertimbangan jawaban yang paling tepat. Selain itu, teknik ini mendorong
siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka. Teknik ini bisa
digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak
didik.
http://W\vw.netwebelitesolutions.com/Whitepapers/netwebcoopchinese.pdf. Accessed on Nov 16, 2008, 09.19 pm, p. l
6 Yurnetti, "Pembelajaran Kooperatif Sebagai Model Alternatif dalan1 Pe1nhelajaran Fisika", dalam Jurnal Fisika Himpunan Fisika Indonesia, Volume BS tahun 2002, 0561, h.2. Tersedia: http://hfi.fisika.net
6
Model cooperative learning teknik numbered heads together dalam
proses pembelajaran dapat mengetahui aktivitas total siswa dalam memahami
pembelajaran, sehingga siswa menjadi siap untuk aktif mengikuti
pembelajaran guna mendapatkan hasil belajar yang optimal.
Berdasarkan latar belakang tersebut diharapkan penggunaan model
cooperative learning teknik numbered heads together dapat mempengaruhi
hasil belajar siswa secara lebih optimal.
Il. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang
masalah di atas dapat diidentifikasi, antara lain:
1. Model pembelajaran yang digunakan kurang melibatkan siswa untuk aktif
mengalami pembelajaran.
2. Pengembangan pembelajaran K""ang mengaitkan adanya hubungan antara
konsep pembelajaran dengan aplikasi dan pengalaman dalam kehidupan
sehari-hari.
3. Penerapan pembelajaran sains belum diintegrasikan dengan nilai-nilai
secara optimal.
4. Kesulitan belajar siswa memahami pembelajaran kimia konsep reaksi
reduksi-oksidasi menyebabkan hasil belajar siswa rendah.
C. Pembatasan Masalah
Agar masalah ini dapat dibahas dengan jelas dan tidak meluas, maka
masalah dalam penelitian ini hams dibatasi. Dalam penelitian ini model
pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran cooperative
learning teknik numbered heads together. Sedangkan hasil belajar siswa
dalam penelitian ini dibatasi pada aspek kognitif (pengetahuan siswa pada
konsep redoks). Nilai-nilai sains yang dikembangkan adalah nilai religius,
nilai intelektual, nilai sosial, dan nilai praktis.
7
D. Rumusan Masalah
Masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
"Bagaimanakah pengaruh model cooperative learning teknik Numbered
Heads Together terbadap basil belajar?"
E. Tujuau Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetabui pengarub model cooperative
learning teknik numbered heads together terbadap basil belajar.
F. Manfaat Penelitiail
Manfaat Penelitian ini diharapkan:
I. Meningkatkan kompetensi pedagogik guru IPA dalam melakukan aktivitas
belajar-mengajar yang lebib efektif dan efisien.
2. Membantu guru IPA dalam melaki1kan perbaikan metode belajar yang
digunakan sebagai alternatif pembelajaran yang bermutu dan bermakna
3. Memberikan informasi ten tang penerapan pembelajaran konstruktivisme
model cooperative learning untuk meningkatkan basil belajar siswa.
4. Melalui pembelajaran sains/kimia yang mengandung nilai-nilai sains
diharapkan terjadi transfer dan transmisi sistem nilai yang memungkinkan
peserta didik mengalami perubahan sikap, dan perilaku secara lebih
positif.
BABII
KAJIAN TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR,
DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
A. Kajian Teoretis
1. Model Cooperative Learning
a. Pengertian Cooperative Learning
Menurut Ali Fathi-Ashtiani, et.al, cooperative learning adalah
model pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil supaya mereka
bekerja sama dan berbagi untuk mencapai tujuan. Dalam kelompok
cooperative learning, siswa memberikan dua tanggung jawab, yaitu belajar
memberikan bahan, ide atau gagasan dan pendapatnya, lalu membantu dan
memastikan semua anggota kelompok dapat memahami dan menjawab
permasalahan. 1
Menurut Killen (1998), cooperative learning merupakan suatu
teknik instruksional dan filosofi pembelajaran yang berusaha
meningkatkan kemampnan siswa untuk bekerja sama dalam kelompok
kecil guna memaksimalkan kemampuan belajarnya, dan belajar dari
temannya, serta memimpin dirinya.2
Sependapat dengan ha! tersebut, Effandi dan Iksan menyatakan
bahwa cooperative learning adalah model pembelajaran yang
menempatkan kelompok kecil, dimana peserta didik dapat berbagi ide dan
bekerja secara bersama-sama dalam menyelesaikan tugas yang diberikan.3
1 Ali Fathi-Ashtiani, et.al, A Co1nparison of Cooperative Learning Model and Traditional learning Model on Academic Achievement, in Journal of Applied Sciences 7 (1): 137-140, 2007, ISSN 1812-5654. Asian Network for Scientific Information. Available at:' http://www.ansiioumals.com/jas/2007/137-140.pdf. Accessed on Nov 16, 2008, 09.19 pm, p. 137
2 Yurni Suasti, dkk, "Upaya Peningkatan Kreativitas Siswa SMU Pembangunan UNP Melalui Modifikasi Cooperative Leaming Model Jigsaw", dalam Jurnal Pembe/ajaran, volume 26, Nomor 04, Desember 2003, Universitas Negeri Padang, h. 326
3 Effandi Zakaria dan Zanaton Iksan, Prornoting Cooperative Learning in Science and Mathematics Education : A Malaysian Perspective, in Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, Vol. 3, No. I, 2007, ISSN: 1305-8223. Available at:
9
Dalam model pembelajaran ini terdapat adanya unsur-unsur
interaksi sosial siswa dalam proses pembelajarannya, sehingga siswa akan
belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil dan saling membantu
satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4 atau 5
orang siswa, dengan kemampuan heterogen yang terdiri dari campuran
kemampuan siswa, jenis kelamin dan suku. Hal ini bermanfaat untuk
melatih siswa menerima perbedaan pendapat dan bekerja dengan teman
yang berbeda latar belakangnya.
Dari uraian di atas dapat diartikan bahwa cooperative learning
adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk belajar dan
bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 - 6 orang
dalam upaya memahami dan mengerjakan tugas-tugas belajar yang
terstruktur guna memaksimalkan kemampuan belajarnya.
Keberhasilan belajar dari model r!'operative learning ini
tergantung pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok baik secara
individual maupun secara kelompok serta membutuhkan kemampuan
kooperatif sosial yang efektif dan kemampuan komunikasi yang tepat
dalam menyelesaikan tugas. Hal ini menegaskan bahwa dalam
pembelajaran kooperatif diperlukan adanya patisipasi dari setiap anggota
untuk saling bekerja sama dan memberikan keuntungan bagi kesuksesan
kelompok, penghargaan terhadap setiap anggota kelompok, mengetahui
bahwa hasil yang ditampilkan adalah hasil kesepakatan bersama atau
adanya saling ketergantungan yang positif, merasa bangga dan rasa suka
cita ketika ada anggota kelompok yang mendapatkan penghargaan atau
prestasi. Jadi, setiap anggota kelompok memiliki kontribusi yang sama
untuk sating membantu membangun kelompok dalam meraih hasil yang
maksimal seeara bersama-sama.
Selain itu, dalam cooperative learning memerlukan pula
keterlibatan guru sebagai fasilitator yang menyediakan wadah kepada
http://www.ejmste.com/v3n l/EJMSTEv3nl Zakaria&lksan.pdf. Accessed on Nov 16, 2008, 09.19 pm, p. 37
IO
peserta didik dengan rnentransfer ilrnu pengetahuan, pengorganisasian
pernbelajaran, dan aplikasi sehingga peserta didik tidak hanya rnernpelajari
rnateri saja, tetapi juga harus rnernpelajari keterarnpilan-keterarnpilan
khusus yang disebut keterarnpilan kooperatif. Keterarnpilan kooperatif ini
berfungsi untuk rnelancarkan hubungan kerja dan tugas. Peranan hubungan
kerja dapat dibangun dengan rnernbangun tugas anggota kelornpok selarna
kegiatan.
b. Unsur-unsur Dasar Cooperative Learning
Cooperative learning dikenal sebagai pernbelajaran secara
berkelornpok. Tetapi belajar kooperatif lebih dari sekedar belajar kelornpok
atau kerja kelornpok, karena dalarn cooperative learning ada struktur
dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga rnernungkinkan
terjadinya interaksi secara terbuka dan hubuP gan yang bersifat
interdepedensi efektif di antara anggota kelornpok. Oleh karena itu untuk
rnencapai keberhasilan yang rnaksirnal dalarn pernbelajaran kooperatif
harus diterapkan lirna unsur dasar model pernbelajaran kooperatif, yaitu:4
I. Saling ketergantungan positif (positive interdepedence)
Saling ketergantungan positif rnernberikan anggota kelornpok
kepercayaan bahwa keberhasilan kelornpok tergantung pada usaha
setiap anggotanya. Anggota kelompok rnerniliki kontribusi yang sarna
untuk bersarna-sarna rnernbangun kelornpok.
2. Tatap rnuka (face-to-face promotive interaction)
Tatap rnuka atau interaksi dengan sesarna anggota kelornpok
memungkinkan adanya diskusi yang rnenguntungkan untuk
rnernecahkan masalah secara bersarna-sarna dengan saling membantu
rnernberikan dukungan atau ide terhadap rnasalah yang ingin
dipecahkan, rnelibatkan inforrnasi dari seluruh anggota kelornpok, dan
rnernberikan sarnbutan atau penghargaan terhadap usulan yang
4 Effandi Zakarian dan Zanaton lksan, op. cit, p. 36
11
disampaikan dalam diskusi tatap muka dan menentukan kesimpulan
yang tepat berdasarkan kesepakatan bersama.
3. Tanggungjawab perseorangan (individual accountability)
Pertanggung jawaban perseorangan diperlukan dalam
menentukan hasil keputusan solusi penyelesaian masalah kelompok
dengan tepat dan efisien. Dalam pertanggung jawaban ini dapat
memberikan umpan balik bagi anggota dan kelompok untuk saling
membantu, memberikan dukungan dan me!ibatkan semua anggota
daiam pembelajaran, sehingga dalam unsur ini dapat menghilangkan
adanya efek free rides, yaitu anggota kelompok yang memiliki
kemampuan tinggi mendominasi pembelajaran dengan mengerjakan
semua atau sebagian tugas terhadap anggota kelompok yang
berkemampuan lemah.5
4. Komunikasi antar anggota (interpersonal and small g~"''P skills)
Dalam unsur ini menghendaki agar para peserta didik dibekali
dengan berbagai keterampilan berkomunikasi atau keterampilan sosial.
Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para
anggotanya untuk saling mendengarkan, menghargai dan kemampuan
mereka dalam mengutarakan pendapat. Komunikasi antar anggota ini
memerlukan adanya jiwa kepemimpinan yang baik dari masing
masing anggota, kemampuan untuk membuat keputusan, rasa
kepercayaan yang tinggi untuk mendapatkan kesimpulan yang tepat
berdasarkan hasil kesepakatan yang diperoleh dalam membangun
kelompok ke arah hasil kesuksesan yangh maksimal.
5. Evaluasi proses kelompok (group processing)
Evaluasi proses kelompok dibutuhkan untuk menganalisa,
melihat dan mempertimbangkan informasi yang diperoleh dalam
diskusi harus diteruskan atau diganti untuk mendapatkan hasil yang
efektif bagi kelompok.
5 Mary Ransdell dan Deborah A. Moberly, A Journey into Cooperative Learning with Teacher Education Students, available at: http://www.usca.edu/essays/vol62003/ransdall.pdf Accessed on Nov 16, 2008, 09.19 pm, p. 3
12
c. Peranan Guru dalam Cooperative Learning
Menciptakan lingkungan yang optimal baik secara fisik maupun
mental, dengan cara menciptakan suasana kelas yang nyaman, suasana hati
yang gembira tanpa tekanan dapat memudahkan siswa dalam memahami
materi pelajaran. Pengaturan kelas yang baik merupakan langkah pertama
yang efektif untuk mengatur pengalaman pengalaman belajar siswa secara
keseluruhan.
Pelaksanaan cooperative learning dibutuhkan kemauan, keaktifan
dan kemampuan serta kreativitas guru dalam mengelola lingkungan kelas,
yaitu saat menyusun rencana pembelajaran secara matang, pengaturan
kelas saat pelaksanaan, dan membuat tugas untuk dikerjakan siswa
bersama dengan kelompoknya.
Peranan guru dalam pembelajaran kooperatif memiliki kedudukan
yang strategis, dikarenakan guru selain berfungsi untuk mentr~n~fer ilmu
pengetahuan juga memandu dan membimbing peserta didik untuk
menemukan solusi penyelesaian masalah, sehingga diperlukan adanya
komunikasi dan penerimaan kedua belah pihak, yaitu guru dan peserta
didik dalam proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien.
Menurut National Commission for Cooperative Education (2003)
menjelaskan bahwa komunikasi yang cocok, sesuai dan langsung antara
guru dan peserta didik dapat meningkatkan kepuasan dan memberikan rasa
persahabatan (partnership) kepada guru dan peserta didik dalam proses
pembelajaran, sehingga dapat memberikan dan meningkatkan kemampuan
kognitif, sosial, dan emosional.6
Selain itu, Pembelajaran kooperatif juga menyediakan kesempatan
kepada guru untuk merefleksikan dan membahas hasil kegiatan yang telah
dilakukan oleh individu dan kelompok, mengevaluasi dinamika
pembelajaran di dalam kelas, memberikan rencana instruksi pembelajaran
6 William P. Messier, The Influence of Cooperative Learning on the Academic Achievement of Chinese Middle School Students, available at: http://www.netwebelitesolutions.com/Whitepapers/netwebcoopchinese.pdf. Accessed on Nov 16, 2008, 09.19pm, p. I
13
yang sesuai untuk mencapai pengalaman belajar yang baik untuk semua
peserta didik dalam pembelajaran.
Peran guru dalam pelaksanaan cooperative learning adalah sebagai
fasilitator, mediator, director-motivator, dan evaluator.7 Sebagai fasilitator,
seorang guru harus memiliki sikap-sikap sebagi berikut: I) mampu
menciptakan suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan, 2) membantu
dan mendorong siswa untuk menggungkapkan dan menjelaskan keinginan
dan pembicaraannya baik secara individual maupun kelompok, 3)
membantu kegiatan-kegiatan dan menyediakan sumber atau peralatan serta
membantu kelancaran mereka, 4) membina siswa agar setiap orang
merupakan sumber yang bermanfaat bagi yang lainnya, dan 5) menjelaskan
tujuan kegiatan pada kelompok dan mengatur penyebaran dalam bertukar
pendapat.
Sebagai mediator, guru berperan sebagai penghubung 1hlam
mertjembatanimengaitkan materi pelajaran yang sedang dibahas dengan
permasalahan yang nyata ditemukan dilapangan. Di samping itu, guru juga
berperan dalam rnenyediakan saran pembelajaran, agar suasana kelas tidak
monoton dan membosankan. Dengan kretifitasnya, guru dapat mengatasi
keterbatasan sarana sehingga tidak menghambat suasana pembelajaran di
kelas.
Sebagai director-motivator, guru berperan dalam membimbing
serta mengarahkan jalannya diskusi, membantu kelancaran diskusi tapi
tidak memberikan jawaban. Lalu, sebagai motivator, guru berperan
memberikan semangat pada siswa untuk aktif berpartisipasi. Sebagai
evaluator, guru berperan dalam menilai kegiatan belajar-mengajar yang
sedang berlangsung. Penilaian ni tidak hanya pada basil, tetapi lebih
ditekankan pada proses pembelajaran. Penilaian dilakukan baik secara
perorangan maupun secara berkelompok. Alat yang digunakan dalam
evaluasi selain berbentuk tes sebagai alat pengumpul data juga berbentuk
catatan observasi guru untuk melihat kegiatan siswa di kelas.
7 lsjoni, op. cit, h.62-64
\
14
d. Cooperative Learning Teknik Numbered Heads Together (NHT)
FASE ~
Fase I
Upaya yang dilakukan oleh seorang guru dalam memudahkan
siswa untuk memahami pembelajaran adalah dengan menciptakan
lingkungan pembelajaran yang optimal, yaitu dengan cara menciptakan
suasana kelas yang nyaman, gembira dan tanpa tekanan.
Oleh karena itu, dalam pelaksanaan pembelajaran cooperative
dibutuhkan kemampuan dan kreativitas seorang guru dalam mengatur dan
mengelola Jingkungan kelas. Sehingga dengan menggunakan model
pembelajaran ini guru menjadi Jebih aktif dalam mempersiapkan dan
menyediakan pembelajaran yang baik kepada siswa untuk memahami
pembelajaran secara keseluruhan dengan suasana hati gembira. 8
Penerapan model cooperative learning dalam proses pembelajaran
memiliki prosedur pembelajaran yang membangun pengetahuan antara
guru dan siswa menjadi Jebih produktif dan interaksi siswa dengan siswa.
mertjadi Jebih dinamis dengan suasana diskusi.
Ibrahim (2000: 10) sebagaimana dikutip Latif menyebutkan bahwa
terdapat enam Jangkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang
menggunakan pembelajaran kooperatif, yaitu:9
Tabel 1. Langkah-langkah Cooperative Learning
TINGKAH LAKU GURU I Guru menyampaikan semua tujuan
Menyampaikan tujuan dan memotivasi pelajaran yang ingin dicapai pada siswa pelajaran tersebut dan memotivasi
siswa belajar Fase II Guru menyajikan informasi kcpada Menyajikan informasi siswa dengan jalan demonstrasi atau
lewat bahan bacaan Fase III Guru menjelaskan kepada siswa Mengorganisasikan siswa ke dalam bagaimana caranya membentuk kelompok-kelompok belajar kelompok belajar dan membantu setiap
kelompok agar melakukan transisi secara efisien
·-·-
' ibid.. h. 61 "Nurwahyuni Latif, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT, Tersedia:
pendidikanrnaternatika.files.wordpress.corn Diakses: 6 Agustus 2009, jam 16.00 WIB
15
Fase IV Guru membimbing kelompok-Membimbing kelompok bekerja dan kelompok belajar pada saat mereka bel<\iar mengerjakan tugas mereka FaseV Guru mengevaluasi basil belajar Evaluasi tentang materi yang telab dipelajari atau
masing-masing kelompok mempresentasikan basil kerjanya
Fase VI Guru mencari cara-cara untuk Memberikan penghargaan menghargai baik upaya maupun basil
belajar individu dan kelompok.
Model cooperative learning memiliki beberapa variasi teknik yang
dapat diterapkan dalam pembelajaran, yaitu di antaranya:10
1. Student Team Achievement Division (ST AD)
2. Jigsaw
3. Group Investigation (GI)
4. Rotating Trio Exchange
5. Numbered Heads Together (NHT)
Salah satu teknik dalam cooperative learning yang diterapkan
dalam penelitian ini adalah Numbered Heads Together (NHT), yaitu teknik
cooperative learning yang secara khusus membantu peninjauan konsep
konsep yang diajarkan. Teknik ini hertujuan untuk memproses informasi,
komunikasi, mengembangkan pemikiran, tiajauan ulang dari materi dan
pengetahuan pemeriksaan. Teknik ini memiliki aplikasi di antaranya, yaitu:
!. Untuk melibatkan kelas yang utub dalam mempertimbangkan suatu
permasalahan .
. 2. Untuk meningkatkan tanggungjawab individu.
3. Untuk meningkatkan group teaching (kelompok mengajar),
sehingga semua anggota dari kelompok dilatib memilikinya.
4. Untuk meningkatkan semangat kelompok dan kepuasaan.
5. Untuk memberikan dukungan kepada semua siswa
memperhatikan suatu masalah. 11
10 Isjoni, op.cit., h. 51
dalam
16
Kelebihan dari penggunaan model cooperative learning teknik
numbered heads together dalam pembelajaran, yaitu setiap siswa memiliki
kesiapan untuk belajar, dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh,
dan siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.12
Akan tetapi, selain berbagai macam kelebihan yang diberikan
dalam cooperative leraning teknik numbered heads together, terdapat pula
pengaruh negatif atau kelemahan, yaitu tidak terlalu cocok untuk jumlah
siswa yang banyak, karena membutuhkan waktu yang lama dan
kemungkinan tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru. 13
Berikut ini adalah langkah-langkah yang dapat <lilakukan guru dalam
menerangkan cooperative learning teknik numbered heads together
sebagai berikut: 14
1. Langkah 1 - penomoran (numbering)
Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok atau tim
yang beranggotakan 3 hingga 5 orang dan memberi nomor,
sehingga tiap siswa dalam tim memiliki nomor yang berbeda.
2. Langkah 2 - pengajuan pertanyaan (questioning)
Guru mengajukan pertanyaan kepada para siswa. Pertanyaan ini
bervariasi dari yang bersifat spesifik hingga yang bersifat um um.
3. Langkah 3 - berpikir bersama (head together)
Para siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan
meyakinkan bahwa setiap anggota mengetahui jawaban tersebut.
4. Langkah 4 - pemberian jawaban (answering)
11 Anonim. http://mV\v.eazhull.org.uk/nlc/numbcred heads.htm. Accessed on June 10, 2008, 07 .50 pm
i2Kirana\vati, Nun1hered Heads Together, Tersedia:
hl!p_;/Lgurupkn.wordpress.com/2007/11/14/numbcred-heads-togelher/. Diakses: 8 Juli 2009, jam. 16.41 WIB
13 t-Iamsa, Numbered heads Together, Tersedia: http://alief-hamsa.blogsool.com/2009/05/numbered-heads-together-nhl.html. Diakses: 8 Juli 2009, jam. 16.41 wm
14 Anita Lie, Cooperative learning. Mempraktikan Cooperative learning di Ruang-ruang Kelas,(Jakarta: Grasindo, 2002), h. 60
17
Guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok
dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan
jawaban untuk seluruh kelas.
2. Pentingnya Nilai dalam Pembelajaran Sains
a. Konsep Nilai dalam Pcm belajaran Sains
Pembelajaran nilai di dalam sains adalah bert~juan untuk
mengembangkan kualitas afektif peserta didik dalam memahami
pembelajaran secara lebih mendalam, bermakna dan dapat bertahan lama
serta membekas di dalam diri peserta didik mengenai kandungan dasar
pembelajaran daripada hanya melakukan pembelajaran berdasarkan
pengetahuan konsep saja yang mudah hilang dan tidak membekas di
dalam diri peserta didik.
Hakikat sains dalam penjelasan Trihastuti dan Remy diartikan
sebagai berikut: 15
1. Sains merupakan kumpulan pengetahuan ilmiah yang disusun secara
logis dan sistematis.
2. Sains diperoleh melalui proses ilmiah. Proses ilmiah, yaitu berupa
langkah-langkah ilmiah berdasarkan metode ilmiah. Proses ilmiah
dapat berupa fisik dan mental dalam mencermati fenomena alam,
termasuk juga penerapannya.
3. Sains dapat mengembangkan sikap dan nilai-nilai.
Senada dengan ha! tersebut, Shambaeh Usman menambahkan dan
menyatakan bahwa program pembelajaran sains adalah bertujuan
membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang fungsional
tentang konsep dan prinsip secara ilmiah yang dihubungkan dengan situasi
kehidupan nyata peserta didik dan memperoleh kemampuan ilmu
15 Singgih Trihastuti dan Yoko Rimy, Filosofi Sains, Tersedia: Jpmpjogja.diknas.go.id. Diakses 21 Agustus 2008 jam. 15. IO WIB
18
pengetahuan, sikap, dan nilai yang dibutuhkan untuk menganalisa dan
memecahkan suatu permasalahan. 16
Maka, berdasarkan dengan hal tersebut menjelaskan bahwa
pembelajaran sains yang terkandung di dalamnya tidak hanya tertuju pada
produk IPTEK yang dihasilkan, akan tetapi terkandung pula aspek
pengetahuan lainnya yang lebih bermakna, misalnya kepribadian diri,
bertaqwa, berbudi pekerti luhur atau sikap mencintai kebenaran, sikap
toleran atau menghargai pendapat orang lain, sikap ketelitian, dan sikap
tidak putus asa, sehingga tujuan-tujuan pembelajaran sains dapat
diwujudkan secara nyata, yaitu menata kehidupan sekitar menjadi lebih
baik.
Hal tersebut juga dinyatakan secara tegas oleh Levinson dan
Turner dalam Ratcliffe bahwa pembelajaran sains sesungguhnya
mengandung implikasi yang berhubungan dengan masalah sosial dan
etika. 17 Dalam konteks demikian, pembelajaran yang seharusnya diberikan
kepada peserta didik adalah membangun pemahaman dan pengetahuan
mengenai keterjalinan pembelajaran sains dengan nilai-nilai sosial dan
etika yang ada di lingkungan sekitarnya.
Pemahaman tentang nilai yang terkandung dalam sains ini
menunjukkan pada kriteria untuk menentukan tingkat kebaikan, harga,
atau keindahan yang relatif konstan tentang suatu perilaku. Seseorang
yang melakukan tindakan terhadap suatu obyek dipengaruhi oleh
seperangkat nilai-nilai yang telah dimiliki, dipelihara, dan diyakininya itu
dengan memberikan suatu pedoman atau acuan bagi dirinya dalam
memberikan sikap, menentukan keputusan, menghubungkan pikiran dan
perasaan dengan tindakan yang ditampilkannya.
16 Shambaeh Usman, Integrating Value in Science Education: A Philippine Experience, The International Seminar on Mathematics and Science Education. Faculty of Tarbiya and Theacher's Training U!N Jakarta, Oktober 28, 2008. p. 2
17 Mary Ratcliffe, Values in The Classroom-The 'Enacted' Curricu!utn, Available at: http://www.fremtidensnaturfag.dk/web2006/artikler/MR Values chap nov 05.pdf. Accessed on Nov 12, 2008, 1.30 pm, p. l
19
Konsep nilai menurut J.R. Fraenkel dalam Lamijan, nilai adalah
gagasan atau suatu konsep tentang apa yang dipikirkan seseorang yang
penting dalam kehidupan. Pengertian ini menunjukkan bahwa, hubungan
antara subjek dengan objek memiliki arti yang penting dalam kehidupan
subjek. Sebagai contoh, segenggam garam di masyarakat Dayak lebih
berarti dari segumpal emas, karena garam sangat berarti bagi hidup dan
matinya orang Dayak; sedangkan bagi masyarakat Y ogyakarta sekarung
garam tidak ada artinya bila dibandingkan dengan dengan satu ons emas,
karena emas memiliki arti yang lebih penting dalam kehidupan orang
kota. 18
Selanjutnya, Hill menyatakan bahwa nilai adalah suatu keyakinan
seseorang tentang sesuatu yang sangat berharga atau memiliki prioritas
utama dalam kehidupannya. 19 Keyakinan seseorang mengenai hal tersebut,
akan membawa seseorang untuk tetap menjaga dan memelihara serta
berupaya untuk mendapatkan ni lai terse but. Misalnya, sebagai umat
Muslim diperintahkan untuk melaksanakan dan menunaikan kewajiban
puasa di bulan ramadhan yang penuh keberkahan, maka secara naluriah
berdasarkan pedoman nilai dalam diri seseorang tersebut, akan
melaksanakan ibadah puasa dengan mengiatkan diri untuk selalu
beribadah deng:m harapan mendapatkan pahala dan kebaikan yang berlipat
gan<la.
BP-7 (1993) dalam Maman Rachman menyatakan bahwa nilai
adalah suatu pensifatan yang digunakan untuk memberikan penghargaan
terhadap barang atau benda.20 Pensifatan yang diberikan terhadap nilai
tersebut berhubungan erat dengan manusia/seseorang sebagai subyek
pemberi pengertian nilai yang dianggapnya pantas untuk dikejar dan
18 Lamijan, Metoda dan Teknik Pendidikan Nilai. Dalam Jurnal lnkoma, Tahun 13, Nomor I, Februari 2002, h. 15.
19 Scah dan Bishop, Values in 1\;fa1hen1atics Textbooks: A f''ieu 1 Through T1v0Australasian Regions, Presented at 8l 5
t Annual Meeting of The American Educational Research Assosiation, New Orleans, LA, 2000, p. 4
20 Maman Rachman, Reposisi, Reevaluasi, dan Redefinisi Pendidikan Nilai Bagi Generasi Muda Bangsa, dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 028, Tahun ke-7, Maret 2001, h. 3
20
dimiliki. Nilai berkaitan dengan baik-buruk, benar-salah, boleh-tidak
boleh, indah-tidak indah suatu perilaku atau pernyataan yang berlaku
dalam kehidupan suatu kelompok masyarakat. Oleh karena itu, nilai
mendasari pengetahuan, sikap dan perilaku seseorang dalam kehidupannya
di masyarakat.
Tan berpendapat bahwa nilai merupakan refleksi interaksi antara
individu dan masyarakat. Nilai akan muncul dalam bentuk konseptual atau
pedoman dan emosional untuk mengevaluasi sesuatu yang sangat berharga
dalam tindakan atau tujuan. Nilai memiliki aspek moral yang didasarkan
pada perbuatan dan tingkah laku manusia yang baik atau buruk dan
menjadi panduan bagi seseorang dan masyarakat dalam melakukan
perbuatan dan menentukan sikap terhadap lingkungan yang lebih luas.21
Menurut Sjarkawi dalam Koesoema menyatakan bahwa nilai
merupakan kualitas suatu hal yang menjadikan ha! itu dapat disukai,
diinginkan, berguna, dan dihargai sehingga dapat menjadi semacam objek
bagi kepentingan tertentu. Nilai juga merupakan sesuatu yang memberi
makna dalam hidup, yang memberikan dalam hidup ini titik tolak, isi dan
tujuan.22
Konsep nilai terhadap diri seseorang dan masyarakat memberikan
prioritas terhadap keyakinan tertentu, pengalaman, dan tujuan, dalam
menyimpulkan bagaimana masa depan mereka, dan apa saja yang mereka
miliki. Dalarn pengertian ini, ditegaskan bahwa nilai rnemiliki arti manfaat
bagi seseorang yang telah menghayati, mengarnalkan, dan rnemeliharanya
dalarn kehidupan yang dialaminya, sehingga seseorang tersebut merniliki
standar acuan dalarn bagairnana rnenentukan sikapnya terhadap
problernatika yang ada dihadapannya, serta rnerniliki keyakinan terhadap
nilai yang dianutnya tersebut ada kebahagiaan yang cukup besar di
kehidupan kini dan rnasa depannya.
21 Seah dan Bishop, Joe. cit, p. 4 22 Doni Koesoema, Pendidikan Karakter, Strategi Mendidik Anak di Zan1an Global,
(Jakarta: Grasindo, 2007), h. 199
21
Nik Azis menambahkan dan menerangkan lebih lanjut mengenai
pengertian nilai ini bukan saja melibatkan aspek kepercayaan tetapi juga
aspek pemahaman, perasaan, dan tingkah laku manusia. Definisi bagi
istilah nilai adalah sejumlah ha! yang dianggap penting, berharga, berguna
atau mustahak. Secara lebih abstrak nilai seringkali merujuk pada prinsip,
standar, atau pegangan yang melibatkan ha! yang dianggap penting atau
berharga. 23
Oleh karena itu, terkait mengenai kandungan nilai dalam
pembelajaran sains membutuhkan suatu proses pembelajaran yang harus
melibatkan pengalaman-pengalaman dari keduah belah pihak, yaitu guru
sebagai pendidik perlu menempatkan diri sebagai fasilitator dengan
menyediakan suatu wadah bagi peserta didik dalam memberikan gagasan
atau ide yang dimilikinya terkait dengan proses pembelajaran yang
berhubungan dengan situasi kehidupan nyata pese1ia didik, sehingga
peserta didik dapat merealisasikan pembelajaran sains dengan memiliki
ilmu pengetahuan, sikap, dan nilai dalam memahami dan memecahkan
suatu pe1masalahan secara positif dan menghargai lingkungan alam secara
arif dan bijaksana serta memiliki rasa keyakinan dan kesadaran yang
tinggi mengenai kebesaran dan kekuasaan Allah swt.
Berdasarkan uraian para ahli di atas dapat diartikan dan
dikembangkan bahwa nilai dalam pembelajaran sains merupakan pedoman
yang dimiliki oleh seseorang atau masyarakat dalam menentukan tingkat
kebaikan, harga, dan keindahan ierhadap sesuatu yang penting bagi
kehidupannya berdasarkan aspek pengetahuan dan perasaan yang
dimilikinya dan terealisasi dalam tindakan yang memiliki manfaat. Nilai
dalam pembelajaran sains bertujuan untuk menata kehidupan menjadi
lebih baik, yaitu dengan mengembangkan pemahaman tentang gejala alam,
konsep dan prinsip sains yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Sehingga akan membangun dan meningkatkan
23 Nik Azis Nik Pa, Pengen1bangan Nilai dala1n Pendidikan Matematika: Caharan dan Keperluan, International Seminar on Development of Values in Mathematics and Science Education, 3-4 August 2007, Universiti of Malaya, hal. 4.
22
kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan
melestarikan Iingkungan serta sumber daya alam serta keyakinan terhadap
kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan
keteraturan alam ciptaan-Nya
b. Tahapan Proses Pembentukkan Nilai
Nilai-nilai yang telah dimiliki, dipelihara dan diamalkan oleh
peserta didik/seseorang secara konsinten dan berkelanjutan terus-menerus
akan sangat bisa mempengaruhi Iingkungan yang berada di sekitamya. Hal
ini disebabkan bahwa nilai berfungsi sebagai pedoman yang
memungkinkan peserta didik menentukan setiap perilaku yang benar dan
menentukan setiap penyimpangan yang terjadi.
Pembentukkan dan penghayatan nilai-nilai dalam pribadi seseorang
tidak terjadi begitu saja, melainkan memerlukan proses yang tidak mudah
dan waktu yang singkat. Proses ini bisa terjadi setelah peserta didik
menghadapi suatu konflik atau peristiwa yang mengandung nilai dan
dengan pengetahuan yang dimilikinya terjadi pemahaman yang mungkin
saja membekas di dalam dirinya.
Menurut krathwohl dalam Lamijan, proses pembentukkan nilai
pada anak dapat dikelompokkan dalam 5 tahap, yakni:24
l. Tahapan reciving (menyimak). Pada tahap ini seseorang secara aktif
dan selektif dalam memilih fenomena. Pada tahap ini nilai belum
terbentuk melainkan baru menerima adanya nilai-nilai yang berada di
luar dirinya dan rnernilih rnana yang paling rnenarik bagi dirinya.
2. Tahapan responding (menanggapi). Pada tahap ini seseorang selain
sedia rnenerima stimulus secara aktif, j uga rnelakukan tanggapan
secara aktif rangsangan yang berada di luar dirinya dalarn bentuk
respon yang nyata.
3. Tahapan valuing (rnemberi nilai). Pada tahap ini seseorang sudah
mampu rnenangkap stimulus atas dasar nilai-nilai yang terkandung di
24 Lamijan, op. cit, h. 19
23
dalamnya. Ia mulai mampu menyusun persepsi tentang obyek. Dalam
ha! ini terdiri dari tiga tahapan, yakni percaya terhadap nilai yang ia
terima; merasa terikat dengan nilai yang dipercayainya (dipilihnya);
dan memiliki keterikatan batin (commitment) untuk memperjuangkan
nilai-nilai yang diterima dan diyakininya itu.
4. Tahapan organization (mengorganisasikan nilai). Pada tahap ini,
seseorang mulai mengatur sistem nilai yang ia terima dari luar untuk
ditata dalam dirinya, sehingga sistem nilai itu menjadi bagian yang
tidak terpisahkan dalam dirinya. Pada tahap ini terdiri dari dua tahapan
untuk mengorganisasikan nilai, yaitu mengkonsepsikan nilai dalam
dirinya; dan mengorganisasikan nilai dalam dirinya seperti cara hidup
dan tata perilakunya sudah didasarkan atas nilai-nilai yang
diyakininya.
5. Tahapan karakterisasi nilai. Pada tahap ini, seseorang telah mampu
mengorganisir sistem nilai yang diyakininya dalam hidup secara
mapan, ajeg dan konsisten.
Senada dengan ha! tersebut, Bukhori dalam Lubis menyatakan
bahwa proses pembentukkan nilai belangsung secara bertahap. Ada lima
fase yang barns dilalui peserta didik, yakni:25
1. Knowing, yaitu mengetahui nilai-nilai
2. Comprehending, yaitu memahami nilai-nilai
3. Accepting, yaitu menerima nilai-nilai
4. Internalizing, yaitu menjadikan nilai sebagai sikap dan keyakinan
5. Implementing, yaitu mengamalkan nilai-nilai
c. Prinsip-prinsip Pembelajaran Nilai Dalam Sains
Model pembelajaran yang menggunakan kegiatan mated pelajaran
yang ketat dan monoton serta didominasi oleh guru (teacher's centered)
dirasakan tidak memberikan pola pembelajaran yang bermakna bagi siswa
25 Mawardi Lubis, Evaluasi Pendidikan Nilai-Perke1nbangan Moral Keagan1aan Mahasiswa PTAIN. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), h. xi
24
dalam proses pembelajaran. Siswa di dalam perkembangannya di zaman
global menuntut adanya pengalaman-pengalaman yang bersifat konkrit
dan dapat diterapkan olehnya sebagai interaksi pribadi dan masyarakat di
dalam lingkungannya.
Menurut Ratcliffe, lima dimensi pembelajaran yang dapat
dikembangkan dalam pembelajaran sains yang bermua.tan nilai sebagai
upaya untuk memfasilitasi siswa mengalami, memilih, mengahayati, dan
mengamalkan suatu niiai-nilai adalah sebagai berikut:26
1. Guru memiliki dan memahami pengetahuan yang memadai tentang
sains secara percaya diri di dalam pembelajaran.
2. Guru bukan hanya mentransfer dan memberikan ilmu pengetahuan,
akan tetapi sebagai fasilitator siswa dalam pembelajaran.
3. Guru memiliki sikap keterbukaan dan bermusyawarah terhadap siswa.
4. Guru memberikan pengetahuan seluas-luasnya kepada siswa dengan
mengembangkan kemampuan berpikirnya.
5. Siswa mengalami aktivitas pembelajarannya.
Prinsip pembelajaran sains yang terintegrasi nilai sebagaimana
dijelaskan oleh Ratcliffe memmjukkan bahwa pola pembelajaran yang
efektif adalah siswa mengalami pembelajaran secara aktif di dalam kelas
dan guru memfasilitasi siswa dan lingkungan kelas yang kondusif
sehingga siswa dapat menyatakan minat/ketertarikan, keterbukaan dan
perhatian serta dapat menentukan pilihan/sikap dalam proses
pembelajaran. Selain itu, guru juga harus mampu mendengarkan pendapat
siswa dalam menyampaikan sikap dengan rasa hormat dan dukungan.
d. Macam-macam Nilai dalam Pembelajaran Sains
Pembelajaran sains selama ini belum dipahami secara keseluruhan
memiliki kandungan nilai-nilai sains yang terkait dengan kehidupan. Hal
ini disebabkan pola-pola pembelajaran sains yang diterapkan masih
menggunakan taraf pembelajaran fakta dan konsep S(\ja, sehingga nilai-
26 Mary Ratcliffe, op. cit, p. 7
25
nilai dasar yang terkandung di dalamnya tidak memiliki kebermaknaan
yang mendalam untuk dipahami oleh peserta didik dan aplikasi nilai-nilai
ini menjadi nihil diterapkan oleh peserta didik sebagai warga negara yang
memiliki kecerdasaan dan keberagamaan.
Menurut Bukhari menyatakan bahwa setiap pelajaran tidak hanya
mengandung substansi pelajaran yang bersifat kognitif, namun dibalik hal
hal yang bersifat kognitif terdapat sejumlah nilai dasar yang harus
diketahui oleh siswa.27 Sebagai contoh, yaitu dalam pembelajaran kimia
mengajarkan kecermatan, ketelitian, dan kejujuran dalam perhitungan dan
pengamatan.
Menurut Herlanti menjelaskan bahwa nilai-nilai yang harus
diintegrasikan dalam pembelajaran sains adalah sebagai berikut: 28
1. Nilai ilmiah/intelektual, yaitu berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,
menyelidiki (inkuiri).
2. Nilai sosial, yaitu memecahkan masalah, kemanusiaan (humanis),
kemampuan berkomunikasi, kemampuan bekerja sama, dan
kemampuan berkompetisi.
3. Nilai religius, yaitu keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha
Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaaan
Nya. Kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara dan menjaga
dan melestarikan lingkungan alam dan segala keteraturannya sebagai
salah satu ciptaan Tuhan.
Einstein sebagaimana dikutip Yudianto menyatakan bahwa
kandungan nilai-nilai instrinsik di dalam sains adalah nilai praktis, nilai
27 Mawardi Lubis, op. cit, h. xxi 28 Yanti Herlanti, Developntent of Value Education Though Stories Based on Sciemce:
Hou' To Integrate Value a11d Science Jn Basic Sshool?, The International Seminar on Mathematics and Science Education. Faculty of Tarbiya and Thcacher's Training UIN Jakarta, Oktober 28-29, 2008. p. 128
26
intelektual, nilai sosial-politik-ekonomi, nilai sains dalam pendidikan, dan
nilai keagamaan, dengan penjelasan sebagai berikut: 29
I. Nilai Praktis
Nilai praktis berhubungan dengan aspek-aspek manfaat sains
bagi kehidupan manusia. Sains telah membuka jalan ke arah penemuan
penemuan yang manfaatnya langsung dapat digunakan manusia dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. Aplikasi sains dalam bidang ini adalah
teknologi.
2. Nilai Intelektual
Nilai intelektual mengajarkan kecerdasan seseorang agar
menggunakan akalnya untuk memahami sesuatu. Pemahaman akan hal ini,
menyebabkan seseorang untuk mengembangkan sikap ilmiah dalam
menemukan, menjawab, dan memahami sesuatu sehingga tidak
menimbulkan kerancuan makna terhadap sesuatu obyek yang sedang
dipermasalahkan yang mengakibatkan kerugian atau kemudharatan umat.
3. Nilai Sosial-politik-ekonomi
Kita harus menyadari bahwa IP A dan teknologinya hanyalah
suatu alat yang sangat tergantung dari manusia yang mengembangkan dan
menggunakannya. Terkait hal tersebut sains mengandung nilai sosial
politik dan ekonomi yang dapat dimanfaatkan menuju cita-cita
kemanusiaan yang luhur untuk kemaslahatan umat manusia atau keadaan
sebaliknya yang menimbulkan tindakan immoral yang memberikan efek
yang buruk atau merngikan dan membawa bencana serta kesengsaraan
bagi umat manusia dengan adanya ekploitasi IPA yang
salah/mcnyimpang.
Oleh karena itu, perlu sekali ditanamkan suatu nilai sosial
politik-ekonomi yang sehat dan dapat memberikan kontribusi atau
manfaat bagi umat manusia.
29 Suroso Adi Yudianto, Pembe/qjaran Sains Biologi Bernuansa Pendidikan Bio/ogi untuk Pemberadaban Manusia, Dalam Seminar IPA "Nilai dalam Pembelajaran IPA (Value in Science Education) VIN Jakarta I9 Juni 2008
27
4. Nilai Pendidikan
Nilai pendidikan mencakup banyak ha!, antara lain sikap
mencintai kebenaran, sikap tidak buruk sangka, sikap murah hati dan tidak
sombong, sikap toleran atau menghargai pendapat orang lain, sikap tidak
mudah putus asa, sikap teliti dan hati-hati, sikap untuk mengembangkan
rasa ingin tahu.
5. Nilai Keagamaan
Nilai religius berorientasi kepada nilai keimanan sebagai dasar
segala pemikiran dan tindakan yang berhubungan kepada kesadaran akan
kekuasaan Tuhan YME dengan segala sifat asmaul husna lainnya.
Menurut pandangan Einstein bahwa nilai religius sains adalah nilai yang
dapat membangkitkan kesadaran akan keberadaan Tuhan di alam sebagai
Sang Maha Pencipta dan sifat-sifat Tuhan lainnya.
Macam-macam nilai yang dikembangkan Bishop terhadap
kandungan nilai di dalam pembelajaran sains adalah30
1. Rationalism, yaitu berkaitan dengan suatu penjelasan hipotesis, teori
dan logika yang dapat diterima dengan aka! pikiran atau pemikiran
terhadap sesuatu secara deduk1:if-logis.
2. Objectism, yaitu berdasarkan data empirik, berpikir analogis terhadap
data yang tepat dan dapat diukur, memiliki hubungan dengan
keakuratan atau ketepatan serta mengidentifikasi permasalahan secara
spesifik.
3. Control, yaitu berkaitan dengan kemampuan untuk menguasai,
merencanakan dan memprediksi berbagai macam permasalahan. Nilai
control ini menunjukkan bahwa pembelajaran sains dapat diaplikasikan
serta dapat dimanfaatkan sebagai solusi penyelesaian masalah-masalah
sosial.3t
30 Alan J. Bishop, Values in Mathematics and Science Educalion: Sirniliraties and Differences. The Montana Mathematics Enthusiast, ISSN 1551-3440, vol. 5, no. I, p. 51
31 Seah dan Bishop, op. cit, p. 7
28
FEll!l"llST At<AAN UT AMA U!N SY•·· iAKARTA
······ ·-·----
4. Progress, yaitu berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan
pengetahuan secara terus-menerus dan pemahaman secara mendalam
terhadap ilmu pengetahuan.
5. Openness, yaitu berkaitan dengan kemampuan mengartikulasikan
permasalahan dengan sikap keterbukaan secara bersama-sama dalam
membangun rasa kemanusiaan. Nilai oppeness ini menunjukkan
kemampuan untuk berdiskusi dan menganalisa teori, ide, basil dan • 32 argumentas1.
6. A1ystery, yaitu berkaitan dengan rasa ingin tahu, rasa terpesona, dan
dugaan terhadap sesuatu berdasarkan intuisi (gerak hati).
e. Integrasi Nilai-nilai Sains yang Terkandung dalam Konsep Reaksi
Reduksi-Oksidasi
Kimia merupakan bidang studi yang memberikan banyak
kesempatan untuk mengklarifikasi atau mengungkapkan nilai-nilai, sebab
kimia menyentnh banyak segi kehidupan mannsia. Oleh karena itu, proses
pembelajaran kimia dalam upaya mengungkapkan nilai-nilai tergantung
pada pengetahuan tentang fakta-fakta dan konsep-konsep yang dikuasai
siswa, yang kemudian saling terhubung sehingga didapatkan nilai-nilai
yang terkandung di dalam pembelajaran kimia.
Dalam Seminar Intemasional bertajuk "Integrating Value and
Local Wisdom: New Perpective Teaching and Learning in Mathematics
and Science Education" di UIN Jakarta 28-29 Oktober 2008, Usman
Menjelaskan bahwa integrasi nilai melibatkan pengembangan sistem nilai
dari siswa sebagai bagian dari keseluruhan pendidikan siswa. Proses
pembelajaran tidak hanya memberikan pembelajaran pada kemampuan
konsep dan keterampilan saja akan tetapi harus pula disertai dengan nilai.33
32 ibid, 33 Shambaeh Usman, op. cit. p. 2
29
Sependapat dengan ha! tersebut, Harmin, dkk (1976) dalam Drost
menekankan pentingnya tiga tahapan seseorang memahami nilai, yaitu
taraf fakta, taraf konsep, dan taraf nilai. 34
Dalam taraf fakta, proses pembelajarannya disampaikan informasi,
data, peristiwa, dan fakta-fakta yang terjadi di lingkungan sekitamya.
Metode yang digunakan adalah hafalan, pengulangan materi-materi yang
sudah diajarkan guru secara lisan dan tertulis.
Selanjutnya dalam taraf konsep. Pendidik mengajak peserta didik
untuk mencari, mengungkapkan, dan memahami konsep-konsep tertentu
dari fakta yang diketahui dengan melakukan generalisasi data, membuat
analisa data, dan membuat tafsiran yang mungkin terkandung di balik data
fakta yang dimiliki. Pada taraf ini ditekankan keterampilan intelektual atau
berpikir dan keterampilan memecahkan masalah.
Lalu, dilanjutkan dengan taraf nilai dimana pendidik membimbing
peserta didik untuk menemukan makna nilai yang bermanfaat dan
terkandung di dalam fakta dan konsep-konsep yang sudah dihubungkan.
Peserta didik akan dibimbing untuk melihat hubungan antara bahan yang
dipelajari dengan minat, perasaan, sikap, pendapat, dan tingkah lakunya
sendiri. Di sinilah tahapan pembelajaran yang harus dilakukan agar
pembelajaran menjadi lebih bermakna dan membentuk pribadi
pembelajaran yang bukan hanya cerdas dan terampil, tetapi juga
memahami dan memiliki sikap atau afeksi, karena dapat dipahami bahwa
pendidikan dalam pembelajaran tidak hanya menyentuk ranah kognitif dan
psikomotorik, melainkan juga ranah afektif.
Nilai-nilai sains yang terkandung dalam pembelajaran kimia
penting untuk diungkap atau diklarifikasi dan dinternalisasikan kepada
kepribadian peserta didik dalam mempelajari dan memahami
pembelajaran kimia dengan pembelajaran yang diintegrasikan pada nilai.
34 J. Oros~ Transforn1asi Pendidikan A1en1asuki Mi/eniutn Ketiga. (Yogyakarta: Kanisius, 2000), h. 87
30
sehingga menimbulkan pengetahuan yang dimiliki siswa memberikan efek
korelasi yang positifterhadap sikap dan perilaku seseorang.
Oleh karena itu, untuk membangun nilai penting kehidupan yang
dapat dipelajari dalam pembelajaran kimia, memberikan konsekuensi
kepada para pendidik untuk dapat mengembangkan pembelajaran kimia
sebagai salah satu media dalam membentuk pribadi siswa. Dalam ha! ini,
siswa diajak menelaah serta mempelajari nilai-nilai sains yang berguna
dalam kehidupan bermasyarakat.
Berikut ini, berdasarkan nilai-nilai sains yang dikembangkan oleh
Yanti Herlanti35 dan Yudianto36, maka dalam penelitian ini dibatasi
dengan integrasi nilai-nilai sains dalam pembelajaran kimia konsep
redoks, yaitu nilai intelektual, nilai sosial, nilai religius, dan nilai praktis.
Pengembangan integrasi kebermaknaan nilai-nilai sains yang
terb,.,<lung dalam pembelajaran kimia konsep reaksi reduksi-oksidasi
berdasarkan pengikatan dan pelepasan oksigen, pelepasan dan penerimaan
elektron, perubahan bilangan oksidasi, dan tata nama senyawa di dalam
penelitian ini meliputi indikator-indikator sebagai berikut:
a. Nilai Religius
Sains sebagai sebuah produk mengandung nilai-nilai religius.
Pengembangan sains harus dilandasi dengan religi (nilai agama) yang kuat
sehingga produk-produk sains yang tercipta memberikan manfaat bukan
kepada kemudharatan yang merugikan. Nilai-nilai religi yang terkandung
dalam pembelajaran kimia konsep reaksi reduksi-oksidasi juga akan
menambah keyakinan dan rasa syukur terhadap kebesaran Tuhan Yang
Maha Esa berdasarkan keteraturan dan keindahan makhluk ciptaan-Nya
dengan kesadaran untuk berperan serta dalam menjaga dan melestarikan
lingkungan alam. Dalam Standar lsi dan tujuan pendidikan nasional
dijelaskan bahwa salah satu tujuan mata pelajaran IPA/ sains adalah
35 Yanti 1-lerlanti, foe.cit 36 Suroso Adi Yudianto, foe.cit
31
meningkatkan kesadaran untuk memelihara dan melestarikan lingkungan
serta meningkatkan keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.
Hal ini menegaskan bahwa dalam pembelajaran sains haruslah dilandasi
dan dintegrasikan dengan nilai-nilai agama.
Nilai religius yang terkandung dalam konsep Reaksi Reduksi
Oksidasi (Redo ks) adalah
(I) Kesadaran untuk bersyukur atas nikmat Allah swt
Berdasarkan konsep reaksi redoks berdasarkan pelepasan dan
pengikatan dengan oksigen memberikan suatu kandungan nilai yang
dapat dipahami melalui pembelajaran, di antaranya, yaitu penggunaan
dan peranan vital 0 2 dalam sistem respirasi/pernapasan makhluk hidup
mengingatkan pentingnya oksigen scbagai sumber pernafasan makhluk
hidup, khususnya manusia, menuntut kita sudah selayaknya bersyukur
dan n:~2yandarkan diri kepada sifat Ar-Rahman dan Ar-Rahim Allah
swt atas segala nikmat dan karunia yang diberikan. Sehingga dengan
rasa syukur tersebut akan membawa siswa untuk secara sadar menjaga
lingkungan sekitar agar kandungan oksigen tidak tercemar, seperti
tidak membuang sampah sembarangan dan sebagainya.
(2) Menyadari keteraturan dan keseimbangan ciptaan Allah swt
Nilai religius mengenai penjelasan keteraturan dan
keseimbangan ciptaan Allah swt adalah konsep redoks berdasarkan
adanya zat yang melepaskan elektron sebagai reaksi oksidasi dan
adanya zat yang menerima elektron sebagai reaksi reduksi
menunjukkan bahwa Allah swt menciptakan makhluk hidup untuk
saling berpasangan, sesama jenisnya untuk kita dapat memikirkan hal
tersebut sebagai sebuah anugerah.
(3) Menyadari keagungan Allah dan kelemahan makhluk
Nilai religius yang terkandung dalam konsep Reaksi Reduksi
Oksidasi (Redoks) berdasarkan kenaikan dan penurunan bilangan
oksidasi ini adalah mengenai keagungan Allah dan kelemahan
makhluk-Nya, yaitu pemahaman dalam kehidupan kita sebagai
32
makhluk Allah, mengingatkan kita pada fluktuatifnya keimanan
seseorang. Keimanan seseorang kepada Allah swt terkadang
bertambah (naik) dan berkurang (turun). Oleh karena itu, Allah
senantiasa mengingatkan kita untuk selalu meminta ampun atas segala
dosa yang diperbuatan, karena sabda Nabi mengatakan bahwa
"sesungguhnya anak cucu Adam (manusia) adalah bersalah dan
berdosa dan sebaik-baiknya orang yang bersalah adalah orang meminta
ampun".
Selain itu, nilai religius ini ditunjukkan dengan adanya ketidak
berdaya makhluk dengan membutuhkan oksigen sebagai sumber
respirasi dan juga kebutuhan untuk bersosialisasi dan berinteraksi
dengan orang lain. Oleh karena itu hendaknya senantiasa kita
menyandarkan diri kepada Allah swt, sebagaimana termaktub dalam
Al-Quran y?ng menyatakan bahwa " katakanlah bahwa Allah itu
satu/esa, dan Allah adalah tempat bersandar dan meminta pertolongan"
(QS: Al Ikhlas l-2).
b. Nilai Intelektual
Nilai intelektual dipahami sebagai kemampuan pemahaman siswa
terhadap pembelajaran kimia untuk mengaplikasikan dalam kehidupannya
dan memahami sesuatu. Nilai intelektual merupakan manifestasi dari
hakikat sains sebagai hasil kreatifitas manusia Nilai ini dapat dilihat dari
pola sikap ilmiah, seperti berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu yang
tinggi dan kemampuan untuk menyelidiki (inkuiri) yang ditunjukkan
terhadap sesuatu obyek yang menjadi masalah.
Nilai intelektual yang terkandung dalam konsep Reaksi Reduksi
Oksidasi (Redoks) adalah
(l) Memahami akan adanya perkembangan konsep redoks
Konsep reduksi-oksidasi mengalami perkembangan sejalan
dengan adanya penemuan-penemuan yang dilakukan oleh para
ilmuwan. Konsep reduksi-oksidasi pertama kali dipahami sebagai
33
konsep penggabungan dan pelepasan okigen, yang kemudian
berkembang konsep redoks berdasarkan serah terima elektron, dan
dewasa ini konsep redoks dipahami berdasarkan perubahan bilangan
oksidasi suatu unsur dalam senyawa.
(2) Mengidentifikasi akan adanya reaksi penggabungan dan pelepasan
oksigen
Konsep redoks yang dihubungkan dengan oksigen memberikan
definisi bahwa reaksi reduksi adalah reaksi pelepasan oksigen, dan
reaksi oksidasi adalah reaksi penggabungan oksigen.
(3) Mengidentifikasi terjadinya reaksi serah terima elektron
Konsep redoks mengalami perkembangan dengan suatu
penemuan bahwa tidak selalu suatu reaksi itu selalu berkaitan dengan
oksigen, sehingga konsep redoks berkembang menjadi konsep yang
dihubungkan bercbsar adanya serah terima elektron dan memberikan
definisi baru, yaitu reaksi reduksi adalah reaksi penerimaan elektron,
sedangkan reaksi oksidasi adalah reaksi pelepasan elektron.
(4) Mengidentifikasi penerapan aturan biloks
Konsep redoks mengalami puncak perkembangannya yang
menyatakan bahwa reaksi reduksi adalah reaksi dimana suatu unsur
dalam senyawa mengalami penurunan bilangan oksidasi, sedangkan
reaksi oksidasi adalah reaksi dimana suatu unsur dalam senyawa
mengalami kenaikan bilangan oksidasi.
c. Nilai Sosial
Pengembangan nilai sosial dalam pembelajaran sains diadopsi dari
sains sebagai sebuah proses, karena sains sebagai sebuah proses
mengajarkan kepada kita untuk menghormati dan menghargai hasil
temuan sebelumya baik yang relevan dengan perkembangan sekarang ini
maupun yang tidak relevan. Selain itu, dalam perkembangan sains sebagai
sebuah proses harus ditanamkan rasa kemanusiaan, kemampuan
34
berkomunikasi, kemampuan bekerja sama dan kemampuan berkompetisi
sehat dalam mengembangkan sains dengan prinsip jujur, cermat dan teliti.
Nilai Sosial yang terkandung dalam konsep Reaksi Reduksi
Oksidasi (Redoks) adalah
( 1) Kesadaran untuk bekerja sama
Y aitu kesediaan dan kerelaan hati untuk menyumbangkan ide
atau gagasan serta rasa penerimaan yang baik terhadap kerja sama
yang dilakukan. Misalnya, reaksi Pembentukkan NaCl atau senyawa
lainnya dalam serah ter!ma elektron menunjukkan satu kesatuan
senyawa yang bermanfaat dan kuat, ha! ini menunjukkan bahwa untnk
menjadi bangsa yang kuat sesama WN kita harus saling membangun
bersama dengan bersama-sama memelihara lingkungan yang sehat,
bersih dan kaya kandungan 02 melalui pelestarian tumbuhan dan
hutan, seperti tidak me.l 0 trnkan pembalakan liar hutan secara ilegal dan
membabi buta serta pembakaran hutan untuk membuka lahan tanam
baru, menegur dan mengajak teman untuk membuang sampah pada
tempatnya merupakan tanggung jawab kita sesama makhluk hidup
yang bemegara, sehingga dapat mengurangi dan menghilangkan
bcncana banjir yang kerapkali terjadi.
(2) Kesadaran untuk berkomunikasi
yaitu kemampuan untuk mengartikulasi dan mengaplikasikan
pesan yang terkandung dalam konsep redoks. Misalnya, seandainya
ada teman yang perokok berat, merasa peduli untuk menasehatinya
untuk tidak mengkonsumsi rokok. Mengingatkan untuk tidak
membuang sampah sembarang dengan cara yang baik dan benar,
seperti memberikan contoh teladan.
(3) Kesadaran untuk memiliki sikap kemanusiaan (humanisme)
yaitn melakukan tindakan secara bertanggung jawab dengan
memperhatikan kepentingan orang banyak. Misalnya, pemahaman
konsep redoks serah terima elektron terhadap pembusukan sampah
dapat memberikan kita kemauan untuk tidak membuang sampah
35
sembarang yang dapat mengakibatkan bau yang tidak sedap dan
bencana banjir, kemauan dan keikhlasan memberikan bantuan kepada
orang lain yang membutuhkan dan menjalin silahturahmi yang kokoh
sebagai bagian pemahaman konsep redoks serah terima elektron dalam
pembentukan senyawa yang saling melengkapi dan menghilangkan
sifat racun sebelum bersenyawa. Contohnya, unsur Na bersifat
eksplosif atau mudah meledak apabila bereaksi dengan air dan
merupakan suatu logam, unsur Cl bersifat gas yang mengandung
racun. Kemudian bersenyawa membent.ik NaCl yang dapat
dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah tangga sebagai garam dapur.
d. Nilai Praktis
Yaitu kemampuan kita untuk menterjemahkan konsep redoks yang
dapat dimanfaatkan untuk kehjdupan sehari-hari. Misalnya, reaksi
pembakaran oksigen dapat dimanfaatkan untuk memasak, penggunaan cat
dan sejenisnya untuk menghindari dan mengurai perkaratan besi/logam,
olahraga sebagai salah satu upaya seseorang untuk menjaga kesehatannya,
karena dapat memperlancar pensuplai 0 2 ke da!am tubuh menjadi efektif
dan efisien, pemahaman bahwa tumbuhan berfotosintesis pada siang hari
yang menghasilkan 0 2, sehingga akan terasa sejuk, apabila kita berteduh
di bawah pohon yang rindang. Oleh karena itu menuntut kemampuan
intelektual kita untuk terus mengcmbangkan ilmu pengetahuan yang dapat
memelihara dan melestarikan, yaitu dengan pemberian pupuk, kultur
jaringan, reboisasi, mencangkok, okulasi dan sebagainya.
Nilai praktis dalam memahami konsep redoks adalah secara sadar
menggunakan energi bumi dengan mengurangi penggunaan AC yang
dapat meningkatkan panas bumi dan rusaknya lapisan ozon, sehingga
mengurangi kandungan oksigen dalam udara, pembakaran gas 0 2 pada
kendaraan bermotor akan menghasilkan gas CO atau C02 yang beracun
bagi pemapasan manusia, karena mengikat haemoglobin di dalam darah.
Oleh karena itu kita harus sadar dengan melakukan perawatan secara
36
intensif dan mencari upaya penemuan bahan bakar altematif yang lebih
aman, seperti biodiesel.
Pengembangan konsep yang bermanfaat dalam kehidupan sehari
hari, yaitu pemanfaatan konsep redoks serah terima elektron dalam
pembuatan tape dari bahan singkong dengan ditambahkan ragi yang
merupakan proses fermentasi terjadi serah terima elektron, pembusukkan
sampah organik dan kotoran temak merupakan proses serah terima
elektron yang dapat dimanfaatkan untuk pupuk kandang dalam pertanian
dan sumber bahan bakar gas metan (C~) yang bisa menjadi sumber
pendapatan negara (devisa), pengolahan sampah hams dilakukan dengan
arif, baik dan benar agar tidak membahayakan dan merugikan lingkungan
sekitar.
3. Hasil Belajar Siswa
a. Konsep Belajar
Setiap saat dalam kehidupan terjadi proses belajar mengajar,
karena belajar merupakan kegiatan yang wajib dilakukan oleh setiap orang,
mulai dari buaian sampai liang \ahat (long live education) tidak terkecuali
pria dan wanita.
Proses belajar-mengajar yang berlangsung di dalam ruang-ruang
kelas setidaknya meletakkan orientasinya pada siswa untuk belajar atau
mengalami sehingga dapat membangun keaktifan siswa untuk memahami
pembelajaran secara lebih bermakna atau bukan hanya dalam taraf
pengetahuan saja melainkan dapat membentuk sikap siswa terhadap
pembelajarannya. Dengan demikian, diperlukan peran guru sebagai
fasilitator untuk mendorong siswa memiliki kemauan untuk
mengembangkan kemampuan atau potensi yang berada dalam dirinya untuk
diwujudkan dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan tingkah lakunya
terhadap suatu obyek/permasalahan.
Menurut Gagne yang dikutip oleh Ibrahim menyebutkan bahwa
belajar merupakan suatu perubahan dalam disposisi atau kapabilitas
37
manusia. Perubahan dan penunjukkan kinerja berarti belajar itu menentukan
semua keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai yang diperoleh individu.
Dalam belajar dihasilkan berbagai macam tingkah laku yang berlainan,
seperti pengetahuan, sikap keterampilan, kemampuan, informasi dan nilai.
Berbagai macam tingkah laku yang berlainan ini, kemudian disebut
kapabilitas sebagai hasil belajar.37 Tingkah laku atau kinerja yang
ditunjukkan oleh peserta didik ini, akan tampak dalam proses belajar
mengajar dan setelah proses belajar-mengajar telah mereka alami.
Menurut Thursan Hakim dalam bukunya "Belajar Secara Efektif',
mengartikan belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian
manusia dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan
kualitas dan kuantitas tingkah laku, seperti peningkatan kecakapan,
pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya fikir dan
l ·1·k 38 am- am emampuannya.
Sedangkan, menurut Departemen Pendidikan Nasional makna
belajar diartikan sebagai proses membangun makna/pemahaman terhadap
informasi dan atau pengalaman. Proses membangun makna tersebut dapat
dilakukan sendiri oleh siswa atau bersama orang lain dan disaring dengan
persepsi, pikiran (pengetahuan awal), dan perasaan siswa itu sendiri.39 Hal
ini menyatakan bahwa belajar merupakan suatu wadah yang membawa
seseorang mengalami perubahan pengetahuan, sikap dan tingkah laku
berdasarkan pemahaman seseorang melalui informasi dan pengalaman
me1eka sendiri atau bersama-sama dengan orang lain.
Sependapat dengan ha! tersebut, belajar dalam kaitannya dengan
proses belajar mengajar yang terjadi di sekolah merupakan proses aktif
siswa untuk mempelajari dan memahami konsep-konsep yang
37 Nurdin Ibrahim, Hasil Be/ajar Fisika Siswa SLTP Terbuka Tanjungsari Sunzedang Jawa Baral. Jumal Pcndidikan dan Kebudayaan, No. 031, Tahun kc-7, September 2001, h. 487
38 Pupuh Fathurrohman dan Sobry Sutikno, Strategi Be/ajar Mengajar - Strategi Mew1ljudkan Pembelajaran Bermakna Me/alui Penanan1an Konsep Umum dan Konsep Islarni. (Bandun~ : PT Refika Aditama, 2007), h. 6
9 Depdiknas, Pe/ayanan Profesional Kurikulum 2004-Kegiatan Be/ajar Mengajar Yang Efektif, (Jakarta: Puskur, Balitbang Dcpdiknas, 2003), h. 8
38
dikembangkan dalam kegiatan belajar-mengajar, baik individual maupun
kelompok, baik mandiri maupun dibimbing.40
Oleh karena itu, kegiatan belajar mengajar perlu menempatkan
siswa sebagai subyek belajar dan membekali siswa dengan keterampilan
belajar yang meliputi pengembangan rasa percaya diri, keingintahuan,
kemampuan memahami orang lain, kemampuan berkomunikasi dan bekerja
sama.
Dari uraian berbagai ahli dapat disimpulkan bahwa belajar ada!ah
aktivitas aktif dalam membangun pemahaman terhadap infonnasi dan
pengalaman yang dilakukan secara sadar dan tertuj u untuk mendapatkan
sejumlah kesan yang lebih baik dari keadaaan sebelumya. Hasil dari
aktivitas belajar adalah terjadi perubahan dalam diri invidu menjadi lebih
baik. Hal ini ditampakkan melalui peningkatan kecakapan, pengetahuan,
sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, d0 ya pikir dan lain-lain
kemampuannya.
b. Faktor-faktor yang Mempengarubi Belajar
Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam
mencapai basil belajar. Syah secara umum menggolongkan faktor-faktor
h. b 1 . . 41 yang mempengaru 1 e l\)ar, ya1tu:
I. Faktor internal, meliputi aspek fisiologis dan aspek psikologis, yaitu:
a. Aspck Fisiologis, yakni aspek yang berhubungan dengan fisik
seseorang, seperti kondisi umum jasmanai dan tegangan otot yang
menandai tingkat kebugaran organ tubuh dan sendinya dapat
mempengaruhi semangat dan instensitas peserta didik dalam
mengikuti pembelajaran.
b. Aspek Psikologis, yakni aspek yang berhubungan dengan struktur
kejiwaan peserta didik. Aspek ini terdidi dari 5 faktor, yaitu
40 Mulyati Arifin, dkk, Common Textbook: Strategi Be/ajar Mengajar Kirnia - Prinsip dan Aplikasinya Memiju PembelajaranYang Efektif, (Bandung: JICA- Jurusan Pendidikan Kimia Fak. MlPA, UPI, 2000), h. 8
41 Muhibbin Syah, Psikologi be/ajar, (Jakarta: Logos Wacana llmu, 2001), cet.3, h. 130
39
I. Inteligensi, yaitu kemampuan psiko-fisik untuk memberikan reaksi
terhadap rangsangan dan menyesuaikan diri dengan lingkungan
melalui cara yang tepat.
2. Sikap, yaitu gejala internal yang berdimensi afektif, berupa
kecenderungan untuk merespon dengan cara yang relatif tetap
terhadap objek orang, barang dan sebagainya, baik secara positif
maupun negatif.
3. Baka!, yaitu kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk
mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.
4. Minat, berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau
keinginan yang besar terhadap sesuatu.
5. Motivasi, yaitu keadaan internal organisme baik manusia maupun
hewan yang mendorong untuk berbuat sesuatu.
2. Faktor ekstemal, terdiri atas du" macam, yaitu:
a. Lingkungan sosial, seperti lingkungan keluarga, lingkungan sekolah,
dan lingkungan masyarakat.
b. Lingkungan non sosial, yaitu gedung sekolah dan letaknya. Letak
rumah tinggal keluarga siswa, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan
waktu belajar yang digunakan siswa yang dapat mempengaruhi
tingkat keberhasilan siswa.
3. Faktor pendekatan belajar, yaitu jenis upaya belajar siswa meliputi
strategi dan metode yang digunakan untuk melakukan kegiatan belajar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi basil belajar siswa yang disoroti
dalam penelitian ini adalah faktor pendekatan belajar, yaitu dengan
mengembangkan model cooperative learning teknik numbered heads
together sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa secara
keseluruhan, yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Pengembangkan model pembelajaran ini menggunakan pembelajaran
kelompok aktif yang mendorong setiap anggota kelompok untuk
memahami pembelajaran dengan baik. Selain itu, model pembelajaran ini
memberikan penghargaan terhadap setiap anggota kelompok, dikarenakan
40
setiap anggota kelompok memiliki kontribusi yang sama dalam
memajukan kelompoknya. Sehingga dapat membantu dan menjangkau
seluruh siswa dalam meningkatkan pemahamannya terhadap
pembelajaran, minat dan motivasi yang baik dalam mengikuti
pembelajaran, serta meningkatakan kemampuan siswa dalam berinteraksi
sosial dengan teman sebayanya.
c. Konsep Hasil Belajar
Hasil Belajar merupakan realisasi dari kecakapan-kecakapan
potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. 42 Penguasaan hasil be la jar
oleh seseorang dapat dilihat melalui perilakunya, baik perilaku dalam
bentuk penggunaan pengetahuan, keterampilan berpikir, memberikan atau
menyatakan sikap maupun keterampilan motorik.
Perolehan hasil belajar ini dkl~patkan berdasarkan proses belajar
yang telah dialami oleh seseorang dengan melakukan organisasi dalam
struktur kognitifoya sehingga seseorang dapat memahami dan mencapai
pemahaman pengetahuan konsep pembelajaran. Hal ini sesuai dan
ditegaskan oleh Sudjana, yang menyatakan bahwa kemampuan-kemampuan
yang diperoleh siswa, setelah ia mengalami pengalaman belajar adalah hasil
be la jar.
Hasil belajar yang dicapai siswa melalui proses pembelajaran yang
optimal cenderung mewujudkan hasil yang berciri sebagai berikut:
I. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar
instrinsik pada diri siswa.
2. Menambah keyakinan akan kemampuan dirinya.
3. Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya.
4. Hasil belajar diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif)
42 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), h. 102
41
5. Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan
dirinya, terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai
dan mengendalikan proses dan usaha belajamya.43
Dengan demikian, hasil belajar merupakan kualitas kemampuan
yang dihasilkan melalui proses akktivitas aktif dalam membangun
pemahaman informasi dalam bentuk kemampuan kognitif, afektif dan
psikomotorik.
d. Pengukuran Hasil Belajar
Efektivitas pengalaman proses belajar mengajar yang dilakukan
oleh siswa dalam mencapai hasil belajar diharapkan adalah memiliki
lcemampuan lulusan yang utuh dan mencalcup lcemampuan lcognitif,
psilcomotorilc, dan afektif atau perilalcu. Kemampuan kognitif adalah
lcemampuan berpilcir secara hierarlcis y~·15 terdiri dari pengetahuan,
pemahaman, aplilcasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kemampuan
psilcomotor berlcaitan dengan lcemampuan geralc dan banyalc terdapat dalam
kegiatan praktek. Kemampuan afektif berkaitan dengan perilaku sosial,
sikap, minat, disiplin dan s'<ienisnya. Oleh karena itu, untuk mengetahui
ketercapaian hasil belajar ini diperlukan indikator hasit belajar yang dapat
mengungkapkan kualiias pemahaman yang dimiliki oleh siswa, yakni
ketercapaian aspek kognitif, afektif dan psikomotorik adalah berupa
penilaian.
Penilaian dalam pembelajaran berorientasi pada pencapaian tujuan
pembelajaran. Penilaian ini berfungsi untuk mengetahui kemajuan belajar
siswa, mendiagnosis kesulitan belajar, memberikan umpan balik,
melakukan perbaikan, memotivasi guru dan siswa agar melaksanakan
pembelajaran dengan lebih baik dan bermakna. Penilaian untuk mengukur
hasil belajar ini adalah dapat menggunakan suatu alat ulcur yang berbentuk
tes atau non tes. Tes adalah kumpulan pertanyaan atau soal yang harus
" Nana Sudjana, Penilaian Hasi/ Proses Be/ajar Mengajar, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 200 I), h. 56-57
42
dijawab oleh siswa dengan menggunakan pengetahuan-pengetahuan seJ(a
kemampuan penalarannya. Sedangkan, alat ukur yang berbentuk non tes
mencakup angket, skala sikap dan sebagainya.44
Penilaian terhadap hasil belajar penguasaan materi (kognitit)
bertujt1an untuk rnengukur penguasaan dan pemiliha. konsep dasar keilmuan
berupa materi-materi esensial sebagai konsep kunci dan prinsip utama.
Penilaian l.lntuk mengukur hasil belajar dalam ranab kognitif ini adalab
berbentuk tes, yang dapat mengukur kemampuan hierarkis berupa
pengetahuan, .pemahaman, .aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.
Penilaian terhadap basil belajar afektif. Hasil belajar afektif adalah
berkaitan dengan aspek sikap, minat, disiplin .dan nilai. Oleh karena itu,
pengukuran basil belajar afektif ini lebih tepat dan sesuai bila menggunakan
pengukuran basil belajar berupa non tes, misalnya angket, skala sikap,
kuisioner dan observasi.
Penilaan terhadap basil belajar psikomotorik. Hasil belajar
psikomotorik adalah berhubungan dengan kemampuan dan keterampilan
seseorang dalam bertindak. Simpson dalam .Sofyan menyatakan bahwa
basil belajar psikomotorik ini akan tampak dalam bentuk keterampilan dan
kemampuan bertindak invidu.45 Untukmengukur basil belajar psikomotorik
ini dapat menggunakan instrumen tes kine~ja atau non tes dengan pedoman
observasi.
4. Hubungan Model Cooperative Learning Teknik Numbered Heads
Together dengan Hasil Belajar
Dalam pembelajaran kooperatif peserta didik akan mengalami dan
mengkonstruksi pemabaman belajar mereka dalam bentuk kerja sama
dalam kelompok kecil untuk memutuskan kesimpulan penyelesaian
masalab yang diajukan. Pembelajaran kooperatif dalam bentuk kelompok
pembelajaran yang beterogen dapat membantu anggota kelompok yang
44 Ahmad Sofyan, dkk, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN Press, 2006), h. 53
45 ibid., h. 23
!
43
lain untuk memahami pembelajaran secara lebih efektif dan bermakna,
karena masing-masing anggota kelompok memiliki kontribusi yang sama
dalam membangun kesuksesan kelompok. Dalam ha! demikian, anggota
kelompok yang lebih memahami pembelajaran akan mentransfer
pemahaman mereka kepada anggota lain yang belum memahami
pembelajaran dengan baik. Selain itu dalam pemutusan basil kesimpulan
juga didapatkan adanya rasa penghargaan kelompok atas pendapat yang
diajukan dalam diskusi pembelajaran kooperatif sehingga melalui model
cooperative learning dapat memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
akademik atau kemampuan belajar dan pengembangan keterampilan sosial
pese11a didik.
Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah teknik Numbered
Head~ Together (NHT) yang mempakan teknik pembelajaran terstruktur
dengan anggota kelompok mendapat nomor sebagai b"gian tugas mereka
yang kemudian mereka bekerja dan berpikir bersama dalam memutuskan
penyelesaian terhadap permasalahan yang ada. Dalam pembelajaran
kooperatif teknik NHT ini dapat mengembangkan pengolahan informasi,
komunikasi, pengembangan kemampuan berpikir, menjawab pertanyaan,
dan membangun kesimpulan pembelajaran yang tepat dalam kelompok.
Pembelajaran Kooperatif Teknik NHT ini dapat menunjukkan
aktivitas total masing-masing anggota kelompok, dikarenakan setiap
anggota kelompok mendapatkan tanggung jawab permasalahan, sehingga
<lapat meningkatkan kesadaran anggota kelompok untuk ikut berpartisipasi
dalam kelompoknya.
. Menurut Shacar dan Sharan menyatakan bahwa dalam
pembelajaran kooperatif, peserta didik menemukan bagaimana cara untuk
bekerja sama dan mengalami kesuksesan bersama-sama. Kesuksesan
tersebut adalah meningkatnya motivasi belajar peserta didik dan
44
kepercayaan serta penghargaan diri yang tinggi baik dalam bidang
pendidikan maupun kehidupan mereka di luar sekolah.46
Menurut Johnson, Johnson dan Smith (2000) dalam Messier
menunjukkan bahwa suatu pembelajaran yang menggunakan model
cooperative learning dapat memberikan proses pembelajaran yang efisien
dan efektif, meningkatkan prestasi, hubungan yang harmonis dan positif di
antara peserta didik serta menyebabkan terjadinya pertukaran informasi
yang efektif.47
Pembelajaran kooperatif teknik NHT memberikan peserta didik
banyak kesempatan untuk dapat memberikan dan meningkatkan
kemampuan mereka dalam mendemonstrasikan permasalahan dan
penyusunan serta pengaturan dalam penentuan suatu kesimpulan. Anggota
kelompok dalam pembelajaran kooperatif memegang peranan yang sama
dalam memajukan kelompoknya mencapai basil yang diinginkan. Dengan
pembelajaran kooperatifteknik ini, motivasi peserta didik dapat diperbaiki,
merasa mendapatkan penghargaan, merasakan bahwa mereka tidak ingin
mengecewakan teman satu kelompoknya, mereka mengakui dan
menghargai bahwa komunikasi dan penerimaan teman kelompok dapat
diperbaiki selama pembahasan masalah dalam cooperative learning.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah Penelitian
yang dilakukan oleh lka Nurhikmawati, program studi pendidikan fisika,
jurusan Jlmu Pengetahuan Alam Universitas ls lam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta tahun 2008 dengan judul "Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Metode
Numbered Head Together (NHT) Terhadap Penguasaan Konsep Energi dan
Daya Listrik". Kesimpulan yang didapatkan dalam skripsi tersebut
menghasilkan bahwa adanya perbedaan yang signifikan terhadap penguasaan
konsep siswa mengenai energi dan daya listrik dengan nilai pre test tertinggi
46 Ali Fathi-Ashtiani, et.al, op.cit, p. 138 47 WilliamP. Messier, op.cit, p. l
45
kelas eksperimen 60 dan terendah 20, nilai rata-rata sebesar 38,58 dan
mengalami peningkatan setelah mengalami perlakuan pembelajaran kooperatif
Teknik NHT menjadi nilai tertinggi post test sebesar 80 dan terendah
mendapatkan nilai 45 dengan nilai rata-rata sebesar 61,25.48
Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah Penelitian
yang dilakukan oleh Heri Damhudi, program studi pendidikan biologi, jurusan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
tahun 2007 dengan judul "Pengaruh Metode Numbered Head Together
Terhadap Hasil Belajar Biologi Pada Konsep Ekosistem". Kesimpulan yang
didapatkan dalam skripsi tersebut menghasilkan bahwa adanya pengaruh yang
signifikan antara metode numbered heads together terhadap basil belajar
biologi pada konsep ekosistem dengan nilai post test tertinggi kelas
eksperimen 100 dan terendah 45, nilai rata-rata 77,55 dan memenuhi uji
hipotesis dengan t1ii1> !tab (3,202 > 1,667) yang berarti menolak H0.49
.
Hasil penelitian lain yang relevan yaitu penelitian yang dilakukan oleh
Ali Fathi Ashtiani et.al, Baqiyatallah University of Medical Sciences, Teheran,
Iran dengan judul " A Comparison of the Cooperative Learning Model and
Traditional Learning Model on Academic Achievement" menyatakan bahwa
cooperative learning memiliki pengaruh yang cukup berarti terhadap basil
belajar peserta didik. Hal tersebut ditunjukkan dengan peserta didik merasa
mengalami umpan batik yang positif dalam proses berpikir, memecahkan
masalah, dan interaksi dalam kelompok. Dalam penelitian ini juga
menjelaskan bahwa keterlibatan peserta didik dalam belajar semakin tinggi
dan memiliki kemampuan untuk mengintegrasikan dan melakukan sintesis
pembelajaran dengan baik. 50
48 Ika Nurhikrnawati, "Pengaruh Pembelajarau Kooperatif Metode Nutnbered Head Together (NHT! Terhadap Penguasaan Konsep Energi dan Daya listrik''. Skripsi UIN Syarif l-lidayatullah Jakarta, (Jakarta: Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 67, t.d.
49 Heri Damhudi, "Pengaruh Metode Teknik Numbered Head Together Terhadap Hasi/ Be/ajar Bio/ogi Pada Konsep Ekosislem ", Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta: Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007), h. 59, t.d.
50 Ali Fathi-Ashtiani, et.al, op.cit, p. 138-139
46
C. Kerangka Berpikir
Kimia merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA/sains) yang memiliki konsep yang abstrak dan sulit untuk dipahami
siswa. Reaksi reduksi-oksidasi adalah salah satu materi dalam pembelajaran
kimia yang memiliki konsep yang abstrak serta sulit dipahami oleh siswa,
karena konsep reaksi reduksi-oksidasi metibatkan reaksi-reaksi yang sulit
untuk diamati. Selain itu, pengembangan pembelajaran juga masih didapatkan
kurangnya melibatkan siswa mengalami pembelajaran secara konstruktif,
dengan guru sebagai satu-satunya sumber belajar siswa dan juga kurang
mengaitkan adanya hubungan antara konsep pembelajaran dengan aplikasi dan
pengalaman yang terintegrasi dengan nilai-nilai di dalam kehidupan sehari
hari. Sehingga mengakibatkan hasil belajar yang didapatkan oleh siswa
menjadi kurang optimal.
Hasil belajar merupakan kuatitas kemampuan seseorang/siswa )'."'.'lg
dihasilkan melalui proses akktivitas aktif dalam membangun pemahaman
informasi dalam bentuk kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Hasil
belajar yang dicapai siswa melalui proses pembelajaran yang optimal
cenderung mewitjudkan hasil yang menyeluruh, yaitu siswa bukan hanya
dituntut untuk memahami dan menguasai pembelajaran secara akademik,
sehingga mempunyai keahlian, keterampilan dan kemampuan intelektual,
tetapi juga mempunyai integritas moral yang baik.
Sebagai usaha untuk memperoleh suatu ha'sil belajar yang optimal.
Maka, diperlukan suatu penerapan model pembelajaran yang bukan hanya
sekedar menyampaikan informasi kepada siswa berupa fakta dan konsep, tapi
membutuhkan keterlibatan aktif siswa secara mental maupun fisik untuk
membelajarkan nilai-nilai sains yang terkandung di dalam pembelajaran kimia
konsep reaksi reduksi-oksidasi.
Salah satu alternatif model pembelajaran efektif untuk membangun
pemahaman konsep dan siswa lebih aktif dan mengalami dalam kegiatan
belajar-mengajar serta dapat membangun dan menghayati nilai-nilai yang
terkandung dalam pembelajaran kimia konsep redoks adalah pembelajaran
47
kooperatif (cooperative learning). Cooperative learning merupakan suatu
pembelajaran yang berorientasi pada kerja kelompok untuk secara bersama
sama mendiskusikan, memecahkan masalah, dan menentukan solusi yang
tepat berdasarkan basil kesepakatan bersama.
Dalam cooperative learning, siswa diberi kesempatan untuk
berkomunikasi dan berinteraksi sosial dengan temannya untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Karena pembelajaran ini menggunakan pengelompokkan
dengan teman sebagai pemberi informasi, maka siswa yang kurang dapat
memahami materi, tidak merasa ragu-ragu untuk bertanya dan menemukan
jawaban, dibandingkan kepada guru, yang mungkin memiliki kekhawatiran
seperti takut salah dan sebagainya.
Model cooperative learning mempunyai banyak varian teknik, salah
satunya adalah numbered heads together. Teknik ini mencoba menawarkan
tujuan dan juga pola pembelajaran yang diharapkan peserta didik merasa
nyaman dalam proses belajar, sehingga berimplikasi pada basil belajar yang
optimal baik dari segi akademik maupun segi sosial.
Berdasarkan ha! tersebut diasumsikan bahwa model pembelajaran
kooperatif teknik Numbered Heads Together dapat memberikan pengaruh
yang signifikan tehadap basil belajar siswa pada konsep reaksi reduksi
oksidasi yang terintegrasi nilai.
D. Perumusan Hipotesis
Berdasark1in kajian teoretis dan kerangka berpikir yang telah
diuraikan, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
Ho : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan Model Cooperative
Learning teknik Numbered Heads Together terhadap basil bclajar.
Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan Model Cooperative
Learning teknik Nun; be red Heads Together terhadap hasil belajar.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dau Tempat Peuelitian
Penelitian dilaksanakan pada 17 Februari - 7 Maret 2008 semester
genap tahun pelajaran 2008/2009, yang bertempat di MA Jam'iyah Islamiyah,
Tangerang, Banten.
B. Metode dan Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi
experimental research, yaitu metode penelitian yang tidak memungkinkan
adanya penempatan kelompok mana yang mendapatkan perlakuan dan
kelompok mana yang merupakan pengendali secara random. Di dalam model
desain ini ada dua macam perlakuan. Kelas pertama menggunakan model
cooperative learning teknik numbered heads together (XE) dan kelas kedua
menggunakan model pembelajaran ceramah (XK)· Perlakuan yang diberikan
berbentuk pra tes dan pasca tes dengan desain penelitian Pretest-Pastiest
Nonequivalent-Group, karena dalam desain penelitian ini randomisasi tidak
rnungkin untuk dilakukan. 1
Desain ini digambarkan sebagai berikut:
01 x 02
o, c Keterangan:
X Kelas Eksperimen
C Kelas Kontrol
0 1 Prates (pretest)
0 2 Pasca tes (pastiest)
1 Ronny Kountur, Metode Penelitian untuk Penulisan Skirpsi dan Tesis, Seri Umum No. 5 (Jakarta: Penerbit PPM, 2003), h. 129
C. Populasi dan Sampel
I. Populasi dan Sampel
49
Populasi target adalah seluruh siswa MA Jam'iyah Islamiyah,
sedangkan populasi terjangkau adalah seluruh siswa kelas X MA Jam'iyah
Islamiyah. Dalam penelitian ini sampel adalah seluruh siswa kelas X MA
Jam 'iyah lslamiyah semester genap tahun pelajaran 2008/2009.
2. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik
purposive sampling yaitu pengambilan sampel secara sengaja
menyesuaikan dengan tujuan penelitian. Adapun sampel yang diambil
adalah siswa kelas X MA Jam 'iyah Islamiyah. Maka, diperoleh kelas X-A
sebagai kelas eksperimen yang menggunakan model cooperative learning
teknik numbered heads together dan kelas X-B sebagai kelas kontrol yang
menggunakan model pembelajaran ceramah.
D. Prosedur Penelitian
1. Memilih Model Pembelajaran
Model pembelajaran yang diterapkan dalam penelitian ini adalah
model cooperative learning teknik numbered heads together (NHT)
sebagai upaya untuk mentransformasikan pengetahuan dan menanamkan
nilai-nilai sains yang terkandung di dalam pembelajaran.
2. Memilih Materi
Materi yang dipilih pada penelitia11 ini adalah pada pokok bahasan
Reaksi Reduksi-Oksidasi yang merupakan salah satu materi pembelajaran
kimia yang banyak menyentuh aspek-aspek kemanusian dan aplikasi di
dalam kehidupan.
3. Merencanakan Waktu dan Tempat
Peneliti mengalokasikan pembagian waktu dan merencanakan
penggunaan ruang untuk kegiatan pembelajaran yang ditulis dalam
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
51
memaksimalkan kemampuan belajamya.
Numbered Heads Together (NHT) yang merupakan teknik pembelajaran
terstruktur dengan anggota kelompok mendapat nomor sebagai bagian
tugas mereka yang kemudian mereka bekerja dan berpikir bersama dalam
memutuskan penyelesaian terhadap permasalahan yang ada. Dalam
pembelajaran kooperatif teknik NHT ini dapat mengembangkan
pengolahan informasi, komunikasi, pengembangan kemampuan berpikir,
menjawab pertanyaan, dan membangun kesimpulan pembelajaran yang
tepat dalam kelompok.
b. Definisi Operasional
Pembelajaran cooperative learning teknik numbered heads together
merupakan suatu strategi pembelajaran kooperatif dalam kelompok kecil
dengan anggota sebanyak ± 4 -· 6 orang. Cooperative learning Teknik
NHT ini dapat menunjukkan aktivitas total masing-masing anggota
kelompok, mendapatkan tanggung jawab permasalahan, sehingga dapat
meningkatkan kesadaran anggota kelompok untuk ikut berpartisipasi
dalam kelompoknya.
Tahapan Pembelajaran teknik NHT, yaitu: penomoran (numbering),
Pengajuan pertanyaan (questioning), berpikir bersama (heads together),
pemberian jawaban atau kesimpulan (answering).
2. Hasil Belajar
a. Definisi Konseptual
Belajar adalah aktivitas aktif dalam membangun pernahaman terhadap
informasi dan pengalaman yang dilakukan secara sadar dan tertuju untuk
mendapatkan sejumlah kesan yang lebih baik dari keadaaan sebelumya
Hasil belajar merupakan kualitas kemampuan yang dihasilkan melalui
proses akktivitas aktif dalam membangun pemahaman informasi dalam
bentuk kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik.
52
b. Definisi Operasional
Hasil belajar didapatkan berdasarkan proses belajar yang telah dialami
oleh seseorang dengan melakukan organisasi dalam struktur kognitifnya
sehingga seseorang dapat memahami dan mencapai pemahaman
pengetahuan konsep pembelajaran. Hasil belajar siswa tersebut dapat
diukur melalui sebuah tes yang meliputi: pengetahuan/hafalan (Cl),
pemahaman (C2), aplikasi (C3), dan analisis (C4) pada pokok bahasan
konsep reduksi-oksidasi.
c. Kisi-kisi lnstrumen
Kisi-kisi instrumen tes basil belajar siswa pada konsep reduksi-oksidasi,
dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 2. Kisi-kisi Hasil Belajar Siswa
Jenian!! Ko!!nitif Indikator I:
Cl CZ C3 C4
Menyebutkan pengertian 2, 31 2 - - -
konsep redoks
Membedakan I, 10, 14,25,
pcrkembangan konsep - - - 5 32
reaksi reduksi-oksidasi
Menganalisis hubungan 3, 5, 23~ - - - 4
1 konsep redoks 28
Menentukan bilangan 7, 8, 9, l l,
oksidasi - - 12, 13, 17, - 9
24,29
Mcncntukan reduktor 33 -
dan oksidator 15,16, 18, 19 - 5
JUMLAH 3 5 13 4 25
d. Kaliberasi lnstrumen
lnstrumen yang telah disusun berdasarkan konsep teori yang
melandasinya, selartjutnya diujicobakan secara random kepada siswa. Uji
coba dilakukan untuk mengetahui validitas soal, reliabilitas soal, taraf
kesukaran, dan daya pembeda. Sebagai berikut:
53
!) Validitas Instrumen Penelitian
Validitas instrumen basil belajar yang digunakan dalam penelitian ini
adalab validitas butir soal yang diuji dengan menggunakan rumus korelasi
biserial sebagai berikut2:
Ypbi= MpsiMt [f Keterangan:
Ypbi = koefisien korelasi biserial
Mp = rerata skor dari subjek yang me1tjawab benar untuk item yang
dicari validitasnya
M1 rerata skor total
S, standar deviasi dari skor total
p = proporsi siswa yang menjawab benar
( = banyaknya siswa yang menjawab benar )
p jumlab seluruh siswa
q = proporsi siswa yang me1tjawab salah ( q = 1 - p )
Instrumen tersebut diujikan kepada siswa kelas X-C sebagai kelompok uji
coba. Berdasarkan perbitungan barga r-bitung dibandingkan dengan r-tabel
dan N = 45 diperoleb r-tabel = 0,294 pada taraf signifikansi (a= 0,05),
maka terdapat 25 soal yang valid dan 10 soal yang tidak valid.3
2) Reliabilitas
Reliabilitas instrumen tes basil belajar yang digunakan dalam penelitian
ini, yaitu dengan menggunakan rumus K-R 20: 4
-( n )(s'-2:pq) · r11 - -- , n-1 s-
2 Suharsirni Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), Edisi Revisi, eel. ke-3, h. 79
3 Lampiran I, h. 82 4 Suharsimi Arikunto) op.cit, h. 100
54
Keterangan:
r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan
p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah
I:pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q
N = banyaknya item
S = standar deviasi dari tes
Apabila diperoleh r hitung > r tabel maka instrumen tes yang digunakan
reliabel.
Tabet 3. Kriteria reliabilitas
Koefisien r Klasifikasi
0,91 - 1,00 Sangat tinggi
0,71- 0,90 Tinggi
0,41-0,70 Cukup
0,21-0,40 Rendah
Negatif - 0,20 Sangat rendah
Dari hasil perhitungan diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,843, dan
tergolong dalam klasifikasi tinggi.5
3) Tarafkesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu
sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk
mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar
akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai
semangat mencoba lagi karena di luar jangkauannya.6 Pengujian taraf
kesukaran dapat menggunakan rumus sebagai berikut:
5 Lampiran 2, h. 86 6 ibid, h. 207
B P=-
JS
Keterangan:
P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
JS = jumlah seluruh siswa peserta tes
Klasifikasi indeks kesukaran soal sebagai berikut:7
0,00 - 0,30 adalah soal sukar
0,31 - 0, 70 adalah soal sedang
0, 71 - 1,00 adalah soal mudah
55
Dari hasil perhitungan 35 soal uji coba konsep reaksi reduksi-oksidasi
C:.peroleh 9 butir soal termasuk dalam kategori soal mudah, 21 butir soal
dalam kategori soal sedang, dan 5 butir soal dalam kategori soal sukar. 8
4) Daya pembeda
Analisis daya pembeda mengkaji butir-butir soal dengan tujuan untuk
mengetahui kesanggupan soal dalam membedakan siswa yang tergolong
mampu (tinggi prestasinya) dengan siswa yang tergolong kurang mampu
(lemah prestasinya). Cara perhitungan daya pembeda adalah dengan
menggunakan rumus sebagai berikut9:
D - BA - Ba - P - p - - A B
JA JB
Keterangan:
D = Daya pembeda soal
PA = Proporsi kelas atas yang menjawab benar
P8 = Proporsi kelas bawah yang menjawab benar
7 ibid, h. 210 8 Lampiran 3, h. 91 9 ibid, h. 213
56
BA = Banyak siswa kelas atas yang menjawab benar untuk setiap butir
so al
B8 = Banyak siswa kelas bawah yang menjawab benar untuk setiap
butir
so al
h = Jumlah siswa kelas atas
J8 = Jumlah siswa kelas bawah
Klasifikasi daya pembeda soal: 10
D : 0,00 - 0,20 = jelek
D : 0,20 - 0,40 = cukup
D: 0,40- 0,70 = baik
D: 0, 70 - 1,00 = baik sekali
D : negatir, semuanya tidak baik, jadi semua butir soal yang mempunyai
nilai D negatif sebaiknya dibuang saja.
Dari basil perhitungan 35 soal uji coba konsep reaksi reduksi-oksidasi
diperoleh 8 butir soal dalam kategori daya pembeda soal jelek, 15 butir
soal dalam kategori daya pembeda soal cukup, 8 butir soal dalam kategori
daya pembeda soal baik, I butir soal dalam kategori daya pembeda soal
yang baik sekali, dan 3 butir soal dalam kategori daya pembeda soal yang
tidak baik. 11
F. lnstrumen Penelitian
lnstrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data
penelitian ini adalah tes pengetabuan. Tes pengetahuan kognitif berupa tes
objektif pilihan ganda dengan lima altematif jawaban yang terdiri dari 35 butir
soal untuk memperoleh data tentang pengetahuan siswa terhadap materi yang
diajarkan, yaitu reaksi reduksi-oksidasi. Selain itu, untuk mengetahui besar
IO ibid, h. 218 11 Lan1piran 4, h. 97
57
pemahaman siswa terhadap kandungan nilai-nilai sains dalam konsep reaksi
reduksi-oksidasi digunakan instrumen angket sebanyak 45 butir pemyataan
dengan lima altematifjawaban dengan skala likert.
G. Teknik Pengnmpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
tes sebagai instrumen penelitian. Tes tersebut diberikan sebelum dan setelah
siswa mendapat perlakuan dalam pembelajaran dengan menggunakan model
cooperative learning teknik numbered heads together terintegrasi nilai dan
model pembelajaran ccramah
Adapun urutan pengumpulan data dilakukan sebagai berikut:
I. Sebelum pada tahap tes, penulis melakukan observasi menentukan kelas
yang akan dijadikan objek penelitian serta menentukan kelas yang
menggunakan modei cooperative learning numbered heads together
terintegrasi nilai dan kelas yang menggunakan model pembelajaran
ceramah.
2. Memberikan perlakuan yaitu menggunakan menggunakan model
cooperative learning teknik numbered heads together terintegrasi nilai
pada kelas eksperimen dan menggunakan model pembelajaran ceramah
pada kelas kontrol dalam pembelajaran kimia konsep reaksi reduksi
oksidasi.
3. Memberikan tes pada kedua kelas tersebut dengan soal-soal yang sama.
4. Menilai hasil tes pada kedua kelas tersebut, selanjutnya dilakukan analisis
data mempersiapkan laporan penelitian.
H. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji-t
yakni tes statistik yang dapat dipakai untuk menguji perbedaan atau kesamaan
dua kondisi atau perlakuan atau dua kelompok yang berbeda dengan prinsip
58
membandingkan rata-rata (mean) kedua kelompok itu 12• Sebelum dilakukan
uji-t, analisis data diawali dengan pengujian persyaratan analisis data.
1. Pengu j ian Prasyarat Pene Ii ti an
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui normal atau tidaknya
distribusi sampel yang diteliti. Uji normalitas yang digunakan adalah
uji Liliefors dengan Jangkah-langkah sebagai berikut:
1) Urutkan data sampel dari yang terkecil hingga yang terbesar.
2) Tentukan nilai Zi dari tiap-tiap data dengan persamaan:
Zi X-Xi s
Keterangan:
Zi = Skor baku
X = Nilai rata-rata
Xi = Skor data
S = Simpangan baku 3) Tentukan besar peluang untuk masing-masing nilai Zi berdasarkan
tabel Zi sebutkan dengan F(Zi) dengan aturan jika Zi > 0, maka
F(Zi) = 0,5 = nilai tabel, namun jika Zi < 0, maka F(Zi) = I - (0,5
= nilai tabel).
4) Selanjutnya hitung proporsi Zi, Z2 ••• Zn yang lebih kecil atau sama
dengan Zi. Jika dinyatakan oleh S(Zi), maka:
S(Zi) = Banyaknya Z1, Z,, ... yang,,:; Zn n
5) Hitung selisih F (Zi) - S (Zi), kemudian tentukan harga mutlak.
6) Ambil nilai terbesar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut,
nilai ini dinamakan Lo.
7) Memberikan interpretasi Lo dibandingkan dengan Lt (harga yang
diambil dari tabel harga kritis uji liliefors).
12 Subana dan Sudrajat, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2001), Cet kc-1, h. 158
59
8) Mengambil kesimpulan berdasarkan harga Lo dan Lt yang telah
didapat, apabila Lo < Lt maka sampel yang diuji berdistribusi
normal.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui kesamaan antar
dua keadaan atau populasi. Pengujian homogenitas dilakukan dengan
uji homogenitas dua varians, rumus uji homogenitas yang digunakan
adalah uji Fisher13, yaitu:
2
F=~ s 2 2
Keterangan:
n L:X2 -(L:X)2
n (n -1)
F = Homogenitas
812
= Varians terbesar atau data pertama
Sz2 = Varians terkecil atau data kedua
Fhirung < Fiabel = Sam pet homogen
Fhit"ng > Fiabel = Sampel tidak homogen
2. Pengujian Hipotesis dengan Uji-t
Setelah diketahui hasil uji syarat analisis, maka dapat dilakukan
pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t dengan rumus sebagai
berikut: 14
Dimana:
dsg = (n, -l)V1 + (n 2 -l)V2
n 1 +n 2 -2
13 Riduwan, Be/ajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyau1an dan Peneliti Pe1nula, (Bandunf Alfabeta, 2007), cet. ke-4, h. 120
4 Subana dan Sudrajat, op.cit., h. 162
60
Keterangan :
X1 = rata-rata data kelompok I
X2 = rata-rata data kelompok 2
n1 = banyak data kelompok I
n2 = banyak data kelompok 2
V1 = varians data kelompok 1 (Sd1)2
V2 = varians data kelompok 2 (Sd2)2
t = hasil hitung distribusi
dsg = nilai deviasi standar gabungan
Untuk pengujian hipotesis pada dua kelompok yang homogen, ada
beberapa tahap yang harus ditempuh, antara lain:
a. Mencari standar deviasi gabungan
b. Menentukan harga t hitung
c. Menentukan derajat kebebasan dengan rumus: db= n1 + n2- 2
d. Menentukan t tabel
e. Pengujian hipotesis:
Jika t hitung > t tabel, maka tolak Ho
J ika t hitung < t tabel, maka terima Ho
3. Anal is is Angket
Anget adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain yang
memberikan respons sesuai dengan permintaan pengguna. 15 Angket yang
digunakan dalam penelitian ini adalah berbetuk skala sikap dengan skala
liker! yang digunl!kan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang terhadap sesuatu16. Hasil pengolahan ini akan dijabarkan dalam
bentuk persentase dengan rumusan sebagai berikut:
L:Xi % = x !00%
skor ideal
15 Riduv1an, op.cit., h. 71 16 ibid, h. 87
Ket:
L,:Xi = jumlah skor item ke-i
Skor ideal = skor tertinggi x banyak responden
Lalu, hasil perhitungan akan dirujuk pada kriteria sebagai berikut: 17
0 - 20 % : sangat lemah
21-40% :lemah
41 - 60 % : cukup
61 - 80 % : Kuat/Baik
81 - 100 % : Sangat kuat/sangat baik
17 ibid., h. 89
PERPUSTAKMN UTAMA UIN SYit.HID JAKAl'!TA
61
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Berdasarkan data yang telah terkumpul meliputi data skor pre test dan
skor post test dari 58 siswa yang terdiri dari kelompok eksperimen 28 siswa
dan kelompok kontrol 30 siswa diperoleh hasil penelitian sebagai berikut:
1. Data Hasil Belajar
a. Pre test Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Berdasarkan hasil tes awal (pre test) pengolahan data penelitian mengenai
hasil belajar siswa pada konsep reaksi reduksi-oksidasi untuk kelas
ekperimen (n = 28) didapatkan perolehan nilai rata-rata siswa 36,86, nilai
tertinggi 52, nilai terendah 24, modus 38,5, median 42,05, dan simpangan
baku 5,99 (Jampiran 5). Sedangkan untuk kelas kontrol (n = 30) didapatkan
perolehan nilai rata-rata siswa 35,46, nilai tertinggi dan terendah 64 dan 20,
modus 35,5, median 35,5 dan simpangan baku 12,33 (lampiran 6). Dalam
tes awal (pre test) ini didapatkan kesimpulan bahwa perolehan nilai rata
rata kelas eksperimen lebih besar dibandingkan dengan perolehan nilai
rata-rata kelas kontrol.
Tabcl 4. Deskripsi Data Mean Skor Pre Test Kclompok Eksperimen dan Kclompok Kontrol
No Data Kelompok Kelompok
Eksperimen kontrol
I N 28 30
2 Mean 36,86 35,46
3 SD 5,99 12,33
63
b. Post test Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Berdasarkan hasil tes akhir (post test) pengolahan data penelitian mengenai
hasil belajar siswa pada konsep reaksi reduksi-oksidasi untuk kelas
ekperimen (n = 28) didapatkan perolehan nilai rata-rata siswa 60 dengan
nilai tertinggi 88 dan nilai terendah 36, modus 76,45 median 76,9, dan
simpangan baku 17,21 (lampiran 5). Sedangkan untuk kelas kontrol (n =
30) didapatkan perolehan nilai rata-rata siswa 50,8 dengan nilai tertinggi
dan terendah 72 dan 32, modus 48, 72 median 49,35 dan simpangan baku
12,83 (lampiran 6). Dalam tes akhir (post test) ini didapatkan kesimpulan
bahwa perolehan nilai kelas eksperimen juga lebih besar dibandingkan
dengan perolehan nilai kelas kontrol.
No
I
2
3
Tabel 5. Deskripsi Data Mean Post test Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Data Kelompok Kelompok Eksperimen Kontrol
N 28 30
Mean 60 50,8
SD 17,21 12,83
c. Perbandingan Mean Pre test dan Post test
Peningkatan hasil belajar siswa diam bi I dari rata-rata pre test dan post test
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tampak dalam tabel berikut
ini:
Tabel 6. Deskripsi Data Mean Pre test dan Post test Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Eksperimen Kontrol No Data
Pretest Post/est Pretest Postles/
1 N 28 28 30 30
2 Mean 36,86 60 35,46 50,8
64
Tabel di atas menunjukkan bahwa ada peningkatan basil belajar siswa dari
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Peningkatan hasil belajar
siswa kelompok eksperimen lebih tinggi, yaitu dengan kenaikan 23, 14 poin
atau 62, 77%. Sedangkan untuk kelas kontrol mengalami kenaikan sebesar
15,34 poin atau 43,26%.
B. Pengnjian Prasyarat Analisis
Sebelum dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji t untuk
melihat adanya pengaruh dari perlakuan yang diberikan, maka diperlukan
pengujian persyaratan analisis dengan menggunakan analisis parametrik,
sebagai berikut:
1. Hasil Uji Normalitas
Dalam Penelitian ini, uji normalitas yang digunakan adalah uji liliefors.
Hasil uji normalitas skor pre test dan post test pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol adalah sebagai berikut:
a. Pre test Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Setelah dilakukan pengolahan data diperoleh normalitas pre test untuk
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah sebagai berikut:
Tabel 7. Hasil Uji Normalitas Data Skor Pre Test Kelompok Eksperimen dan Keiompok Kontrol
Statistik Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
N 28 30
x 36,86 35,46
s 5,99 12,33
L11it 0, 12713 0, 15067
ltab 0, 161 0, 161
Kesimpulan Distribusi Normal Distribusi Normal
Berdasarkan data tabel di atas, didapat L1tit skor pre test siswa kelas
eksperimen adalah sebesar 0,12713 dan Liab (n= 28) adalah 0,161
65
menunjukkan bahwa data kelas ekperimen berdistribusi normal, karena
memenuhi kriteria Lhit < Ltab (0,12713 < 0,161). Dan untuk kelas kontrol
didapatkan L1iit adalah sebesar 0,15067 dengan Ltab (n = 30) adalah 0, 161
menunjukkan bahwa data kelas kontrol juga berdistribusi normal, karena
memenuhi kriteria L1iit < Ltab (0,15067 < 0,161). Dengan demikian, kedua
sampel penelitian pada skor pre test dari kelas eksperimen dan kontrol
memenuhi kriteria hipotesis no! diterima, yang artinya data berdistribusi
normal. Hasil perhitungan uji normalitas skor pretest kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol disajikan dalam lampiran 7.
b. Post test Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Setelah dilakukan pengolahan data diperoleh normalitas post test untuk
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah sebagai berikut:
Tabet 8. Hasil Uji Normalitas Data Skor Post Test Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Statistik Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
N 28 30
x 60 50,8
s 17,21 12,83
L11it 0,09627 0, 10823
Ltab 0, 161 0, 161
Kesimpulan Distribusi Normal Distribusi Normal
I
Berdasarkan data tabel di atas, didapat L1iit skor posl 1es1 siswa kelas
eksperimen adalah sebesar 0,09627dan Ltab (n= 28) adalah 0,161
menunjukkan bahwa data kelas ekperimen berdistribusi normal, karena
memenuhi kriteria L 11 1t < Ltab (0,09627 < 0,161). Dan untuk kelas kontrol
didapatkan L1,,,adalah sebesar 0,10823 dengan Ltab (n = 30) adalah 0,161
menunjukkan bahwa data kelas kontrol juga berdistribusi normal, karena
memenuhi kriteria L111, < Ltab (0,10823 < 0,161). Dengan demikian, kedua
66
sampel penelitian pada skor post test dari kelas eksperimen dan kontrol
memenuhi kriteria hipotesis no! diterima, yang artinya data berdistribusi
normal. Hasil perhitungan uji normalitas skor posttest kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol disajikan dalam lampiran 8.
2. Uji Homogenitas
Setelah kedua kelompok sampel penelitian dinyatakan berdistribusi normal,
maka selanjutnya adalah mencari nilai homogenitas dari kedua kelompok
penelitian. Hasil uj i homogenitas kedua sampel penelitian dapat dilihat
berikut ini:
a. Pre test Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Setelah kedua sampel penelitian tersebut dinyatakan berdistribusi normal.
Selanjutnya dicari nilai homogenitasnya dengan menggunakan uji fisher.
Kriteria pengujian yang digunakan pada tingkat kepercayaan tertentu.
Sampel dinyatakan homogen apabila F hitung ::; F tabel· Untuk lebih jelasnya
perhatikan tabel berikut ini.
Tabet 9. Hasil Uji Homogenitas Skor Pre Test Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Statistik
N Eksperimen 28
N Kontrol 30
S1' 35,978
S/ 151,98
Fhitung 4,22
F tabel 1,85
Kesimpulan Varians kedna kelompok tidak homogen
Berdasarkan tabel di atas, didapatkan F1rn = 4,22 dengan n = 58 pada taraf
kepercayaan 95 % (u = 0,05) diperoleh Fiab = 1,85. Maka kedua kelompok
penelitian dinyatakan bersifat tidak homogen, karena memenuhi kriteria Fhit
67
=:: Ftab (4,22 =:: 1,85) (lampiran 9). Karena kedua varians sampel setelah
dilakukan uji homogenitas dan diperoleh kesimpulan bahwa kedua sampel
tidak homogen, maka analisis komparatif untuk pengujian hipotesis dapat
dilanjutkan dengan rumus, sebagai berikut1:
X1 -X2 !=-,======
V1 V2 -+nl n2
Keterangan:
X1 dan X2
V1 dan V2
n1 dan n2
= rata-rata hitung data kelompok I dan 2
= varians data kelompok I dan 2
= jumlah sampel kelompok I dan 2
b. Post test Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
~~telah kedua sampel penelitian tersebut dinyatakan berdistribusi normal.
Selanjutnya dicari nilai homogenitasnya dengan menggunakan uji Fisher.
Kriteria pengujian yang digunakan pada tingkat kepercayaan tertentu.
Sampel dinyatakan homogen apabila Fhitung '.O Ftabel. Untuk lebih jelasnya
perhatikan tabel berikut.
Tabel 10. Hasil Uji Homogenitas Skor Post Test Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Statistik
N Eksperimen 28
NKontrol 30
S1" 296,296
S2" 164,579
Fhitung 1,80
F tabel 1,85
Kesimpulan Varians kedua kelompok homogen
I
1 Subana dan Sudrajat, Dasar-dasar Penelitian Iln1iah, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2001), cet. ke-1, h. 164
68
Berdasarkan tabel di atas, didapatkan F11it = 1,80 dengan n = 58 pada taraf
kepercayaan 95 % (a= 0,05) diperoleh Ftab = 1,85. Maka kedua kelompok
penelitian dinyatakan bersifat homogen, karena memenuhi kriteria Fhit'.S Ftab
(1,80 :S 1,85) (lampiran 10). Maka, analisis komparatif dapat dilanjutkan
untuk pengujian hipotesis.
C. Pengnjian Hipotesis
Pengujian hipotesis ini dilakukan setelah dilakukan uji normalitas dan
uji homogenitas. Uji hipotesis ini menggunakan uji t ("t" test) untuk menguji
hipotesis nihil (Ho) yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh pembelajaran
model cooperative learning teknik numbered heads together terhadap hasil
belajar. Kriteria hasil kesimpulan uji t adalah sebagai berikut:
t hit < t tab = Ho diterima
t hit > t tab= Ho ditolak
1. Pre test Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Pengolahan data selanjutnya adalah uji t yaitu untuk pengujian hipotesis
dan dilakukan setelah uji normalitas dan uji homogenitas. Pengolahan data
skor pre test diperoleh kesimpulan bahwa sebaran data berdistribusi
normal, tetapi kedua variansnya tidak homogen, maka pengujian hipotesis
ini dapat dilanjutkan dengan uji t untuk menguji hipotesis nihil (Ho) yang
mengatakan bahwa tidak ada pengaruh pembelajaran yang menggunakan
model cooperative learning teknik numbered head~ together terhadap hasil
belajar siswa dengan rumus, sebagai berikut:
Kemudian hasil t hitung dibandingkan kepada nilai kritis tabel. Rumusnya
sebagai berikut:
69
Adapun hasil perhitungan uji hipotesis dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 11. Uji t Hasil Belajar Siswa Skor Pre Test
Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Jumlah nK, tabel Kesimpulan Variabel Sampel t hitung (a) Data
n1 =28 Menerima dann2 = Hodan
Hasil belajar Siswa 30 0,049 2,042 menolak Ha
Berdasarkan tabel di atas diperoleh hasil perhitungan t1hitung sebesar
0,049, dengan nKttabeI pada taraf signifikansi a= 0,05 adalah sebesar 2,042.
Maka dapat disimpulkan bahwa t1hitung < nKttabeI (0,049 < 2,042), hipotesis
no! (Ho) diterima, dan Hipotesis altematif (Ha) ditolak, yang berarti bahwa
tidak terdapat perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol. Karena kedua kelompok belum mendapatkan perlakuan. Hasil
perhitungan uji hipotesis data skor pre test disajikan dalam lampiran 11.
2. Post test Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Pengolahan data selanjutnya adalah uji t, yaitu pengujian hipotesis ini
dilakukan setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas yang
menunjukkan hasil kedua sampel penelitian adalah berdistribusi normal dan
bersifat homogen. Uji hipotesis ini menggunakan uji t ("t" test) untuk
menguji hipotesis nihil (H0) yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh
pembelajaran model cooperative learning teknik numbered heads together
terhadap hasil belajar. Kriteria hasil kesimpulan uji t adalah sebagai berikut:
t hit < t tab = Ho diterima
t hit > t tab= Ho ditolak
70
Adapun taraf kepercayaan dan signifikansi uji t yang digunakan dalam
penelitian ini adalah 95 % (u = 0,05) dengan derajat kebebasan (d£'db = 28
+ 30- 2 = 56), maka diperoleh t tab= 2,000.
Hasil pengujian hipotesis dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Variabel
Hasil belajar
siswa
Tabel 12. uji t Hasil Belajar Siswa Skor Post Test Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Jumlah t tab
sampel t hit
(a= 0.05)
58 2,318 2,000
Kesimpulan
data
MenolakHo
dan menerima
Ha
Berdasarkan tabel di atas, didapatkan t11;t = 2,318 dengan taraf signifikansi a
= 0,05 dan derajat kebebasan (df/db = 28.' 30 - 2 = 56), maka diperoleh t
tab = 2,000, maka t hit > t tab (2,318 > 2,000) adalah menolak Ho dan
menerima Ha. Dengan demikian penelitian ini dapat menguji kebenaran
hipotesis, yaitu model cooperative learning teknik numbered heads
together memberikan pengaruh yang signifikan terhadap basil belajar. Hasil
perhitungan uji hipotesis data skor post test disajikan dalam lampiran 12.
D. Hasil Analisis Angket Integrasi Nilai-nilai Sains
Hasil Analisis nilai-nilai sains yang terkandung dalam pembelajaran
kimia konsep reaksi reduksi-oksidasi ini dinyatakan secara deskriptif dengan
menunjukkan perolehan persentase nilai-nilai sains, yaitu nilai religius, nilai
intelektual dan nilai sosial serta nilai praktis yang ditandai dengan indikator
indikator yang digunakan.
Hasil analisis nilai-nilai sains ini hanya diberikan kepada kelas
eksperimen yang mendapatkan perlakuan model cooperative learning teknik
numbered heads together setelah siswa mengalami pembelajaran kimia konsep
reaksi reduksi-oksidasi yang dintegrasikan dengan nilai-nilai sains. Hasil
perolehan nilai-nilai sains dapat dilihat pada tabel berikut ini:
No
1 '
2.
3.
4.
71
Tabel 13. Hasil Perolehan Nilai-nilai Sains Siswa Dalam Pembelajaran Kimia Konsep Reaksi Reduksi-Oksidasi Kelompok Eksperimen
Aspek Indikator (%) Kriteria
Nilai Religius • Kesadaran untuk bersyukur atas 72,38 Baik
nikmat Allah swt
• Menyadari akan keteraturan dan 80,36 Sangat baik
keseimbangan ciptaan Allah swt
• Menyadari keagungan Allah swt
dan kelemahan makhluk 72,86 Baik
Nilai • Memahami akan adanya 70,71 Baik
Intelektual perkembangan konsep redoks
• Mengidentifikasi akan adanya reaksi 75,71 Baik
penggabungan dan pelepasan oksigen di
sekitar kita
. Mengidentifikasi terjadinya reaksi 70 Baik
redo ks berdasarkan serah terima
elektron
• Mengidentifikasi penerapan a tu ran 76,79 Baik
biloks dalam konsep redo ks suatu
unsur/senyawa
Nilai Sosial • Kesadaran untuk bekerja sama 87,14 Sangat baik ~-
• Kesadaran untuk berkomunikasi 83,39 Sangat baik
. Kesadaran untuk memiliki sikap 76,43 Baik
kemanusiaan (humanisme)
Nilai Praktis . Mengaplikasikan manfaat konsep 79,07 Baik
pengetahuan redo ks dalam kehidupan
sehari-hari
72
E. Pembahasan
1. Pengetahuan Siswa Terhadap Konsep Reaksi Reduksi-Oksidasi
Perbedaan rata-rata hasil belajar siswa dengan kelas eksperimen yang
menggunakan model cooperative learning teknik numbered heads together
lebih tinggi, yaitu sebesar 60 dibandingkan dengan nilai rata-rata skor akhir
siswa pada kelas kontrol, yaitu sebesar 50,8 menunjukkan bahwa kelas
eksperimen yang menerapkan pembelajaran cooperative learning teknik
numbered heads together dapat meningkatkan pengetahuan siswa terhadap
pembelajaran secara optimal.
Hal ini sependapat dengan Johnson, Johnson dan Smith (2000) dalam
Messier yang menjelaskan bahwa suatu pembelajaran yang menggunakan
model cooperative teaming dapat memberikan proses pembelajaran yang
efisien dan efektif, meningkatkan prestasi, hubungan yang harmonis dan
positif di antara siswa serta menyebabkan terjadinya pertukaran informasL,
yang efektif2 Hal tersebut ditunjukkan dengan siswa merasa mengalami
umpan balik yang positif dalam proses berpikir, memecahkan masalah, dan
interaksi dalam kelompok, sehingga keterlibatan siswa dalam belajar
semakin tinggi dan memiliki kemampuan untuk mengintegrasikan dan
melakukan sintesis pembelajaran dengan baik,
Selanjutnya, berdasarkan hasil dari pengolahan data dan pengujian
hipotesis yang dilakukan, maka didapatkan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan atas model cooperative learning teknik numbered heads together
(X) terhadap hasil belajar (Y) dengan t hit > t tab (2,318 > 2,000) dengan
tarafkepercayaan dan taraf signifikansi 95 % (a =0,05),
Dengan demikian, model pembelajaran kooperatif teknik numbered heads
together (NHT) merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat
membantu siswa memahami kandungan pembelajaran secara utuh,
dikarenakan Pembelajaran KooperatifTeknik NHT ini dapat menunjukkan
2 William P. Messier, The Influence of Cooperative Learning on the Academic Achievement of Chinese Middle School Students, available at: http://v.i-ww.netwebelitesolutions.com/Whitepapers/netwebcoopchinese.pdf. Accessed on Nov 16, 2008, 09-19 pm, P- I
73
aktivitas total masing-masing anggota kelompok dan setiap anggota
kelompok mendapatkan tanggung jawab permasalahan, sehingga dapat
meningkatkan kesadaran anggota kelompok untuk ikut berpartisipasi dalam
kelompoknya.3
2. Pengetahnan Siswa Terhadap Nilai-nilai Sains dalam Konsep Reaksi
Reduksi-Oksidasi
Nilai merupakan pedoman yang dimiliki oleh seseorang atau masyarakat
dalam menentukan tingkat kebaikan, harga, dan keindahan terhadap sesuatu
yang penting bagi kehidupannya berdasarkan aspek pengetahuan dan
perasaan yang dimilikinya dan terealisasi dalam tindakan yang memiliki
manfaat.
Kandungan nilai-nilai dalam pembelajaran kimia harus dikembangkan
dengan melibatkan siswa untuk menjadi bagian dari keseluruhan
pendidikan dalam pembelajaran. Proses pembelajaran untuk
mengklarifikasi nilai dalam pembelajaran kimia adalah dengan tidak hanya
memberikan pembelajaran pada kemampuan konsep dan keterampilan saja
akan tetapi harus pula disertai dengan nilai. 4
Pengetahuan siswa terhadap nilai sains dalam pembelajaran kimia konsep
redoks ini, ditunjukkan pada hasil analisis secara deskriptif yang
digambarkan sebagai berikut:
I. Nilai religius, yaitu keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha
Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaaan
Nya. Kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara dan menjaga
dan melestarikan lingkungan alam dan segala keteraturannya sebagai
salah satu ciptaan Tuhan. perolehan persentase rata-rata Nilai Religius
siswa adalah sebesar 75,2 % dengan kriteria baik
3 Anonim, http://www.eazhull.org.uk/nlc/numbered heads.htn1. Accessed on June 10, 2008, 07.50 pm
4 Shan1baeh Usman, Jntegraling Value in Science Education : A Philippine Experience, The International Seminar on Mathematics and Science Education. Faculty of Tarbiya and Theacher's Training UfN Jakarta, Oktober 28, 2008. p. 2
74
2. Nilai Intelektual, yaitu mengajarkan kecerdasan seseorang agar
menggunakan akalnya untuk memahami sesuatu. Pemahaman akan ha!
ini, menyebabkan seseorang untuk mengembangkan sikap ilmiah dalam
menemukan, menjawab, dan memahami sesuatu sehingga tidak
menimbulkan kerancuan makna terhadap sesuatu obyek yang sedang
dipermasalahkan yang mengakibatkan kerugian atau kemudharatan
umat. Nilai intelektual dalam penelitian ini dinyatakan dengan
persentase rata-rata sebesar 72,59% dengan kriteria baik
3. Nilai sosial, yaitu mengajarkan kemauan untuk menghargai dan
menghormati pendapat orang lain dengan lapang dada dan jiwa
humanisme yang baik dalam merefleksikan pengetahuannya yang
dimilikinya. Perolehan persentase rata-rata nilai sosial siswa dalam
penelitian ini adalah sebesar 82,3 % dengan kriteria sangat baik
4. Nilai Praktis, yaitu kemampuan kita untuk menterjemahkan konsep
redoks yang dapat dimanfaatkan untuk kehidupan sehari-hari. Perolehan
persentase rata-rata nilai praktis siswa dalam penelitian ini adalah
79,07% dengan kriteria baik.
A. Kesimpulan
BABV
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan analisis dan interpretasi data dari hasil penelitian, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
I. Tes hasil belajar pada kelas eksperimen diperoleh skor mean pre test 36,86
dan post test 60 dan pada kelas kontrol diperoleh skor mean pre test 35,46
dan post test 50,8. Dari hasil tersebut membuktikan bahwa siswa yang
diajarkan dengan menggunakan model cooperative learning teknik
numbered heads together lebih tinggi dari siswa yang diajarkan dengan
menggunakan model pembelajaran ceramah.
2. Hasil perhitungan hipotesis post test dengan melalui uji-t pada taraf
signifikansi 0,05 yaitu didapat hasil lhitung > ltabel yaitu 2,318 > 2,000 dari
hasil tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa uji hipotesis menolak Ho.
Dan hasil perhitungan ini membuktikan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan model cooperative learning teknik numbered heads together
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar
3. Basil angket integrasi nilai-nilai sains dalam pembelajaran kimia konsep
reaksi reduksi-oksidasi diperoleh persentase untuk integrasi nilai intelektual
siswa terhadap konsep reduksi-oksidasi 72,59% atau dengan kriteria baik,
integrasi nilai sosial siswa terhadap konsep reduksi-oksidasi diperoleh
persentase 82,3% atau dengan kriteria sangat baik, integrasi nilai religius
siswa terhadap konsep reduksi-oksidasi diperoleh persentase 75,2% atau
dengan kriteria baik dan nilai praktis siswa terhadap konsep reduksi-oksidasi
diperoleh persentase 79,07% atau dengan kriteria baik.
76
B. Saran
Dari kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, maka dapat diajukan
saran-saran agar proses pembelajaran dapat berhasil dengan baik sebagai
berikut:
I. Diharapkan guru bidang studi khususnya kimia dapat menerapkan
pembelajaran yang mengikutsertakan siswa aktifmengalami pembelajaran,
khususnya dengan menggunakan model cooperative learning teknik
numbered heads together dan juga membangun nilai-nilai kehidupan yang
terkandung dalam pembelajaran.
2. Mengingat hasil penelitian ini masih sangat sederhana, maka apa yang
didapat dari hasil penelitian ini bukan merupakan hasil akhir. Adanya
keterbatasan dalam penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk diadakannya
penelitian lebih lanjut dengan menambahkan variabel lain.
3. Bagi peneliti lain, diharapkan penelitian ini bisa dijadikan penelitian awal
untuk mengetahui pengaruh atau hubungan model cooperative learning
teknik numbered heads together terhadap hasil belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, http://www.eazhull.org.uk/nlc/numbered heads.htm. Diakses: 25 September 2008, jam: 14.00 wib
Arifin, Mulyati, dkk. 2000. Strategi Be/ajar Mengajar Kimia - Prinsip dan Aplikasinya Menuju Pembelajaran Yang Efektif. Bandung: JICA- Jurusan Pendidikan Kimia Fak. MIPA, UPI
Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Edisi Revisi, Cet.ke-3. Jakarta: Bumi Aksara.
Ashtiani, Ali Fathi et.al. 2007. A Comparison of Cooperative Learning Model and Traditional Learning Model on Achademic Acievement, Journal of Applied Sciences 7 (!): 137-140,ISSN 1812-5654. Asian Network for Scientific Information. Available at: http://www.ansijournals.com/jas/2007/l 37-
. 140.pdf. Accesed on Nov 16, 2008, 09.19 pm
Bishop, Alan J dan Seah. 2000. Values in Mathematics Textbooks: A View Through Two Australasian Regions, Presented at 81 st Annual Meeting of The American Educational Research Assosiation, New Orleans, LA
Bishop, Alan J. 2002. Values in Mathematics and Science Education: Similiraties and Differences. The Montana Mathematics Enthusiast, ISSN 1551-3440, vol. 5, no. 1
Damhudi, Heri. 2007. "Pengaruh Metode Teknik Numbered Head Together Terhadap Hasil Belajar Biologi Pada Konsep Ekosistem". dalam Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta: Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, t.d.
Depdiknas. 2003. Pelayanan Profesional Kurikulum 2004-Kegiatan Be/ajar Mengajar Yang Efektif. Jakarta: Puskur, Balitbang Depdiknas
Drost, J. 2000. Transformasi Pendidikan Memasuki Milenium Ketiga. Y ogyakarta: Kanisius
Fathurrohman, Pupuh dan Sobry Sutikno. 2007. Strategi .Be/ajar Mengajar -Strategi Mew1!fudkan Pembelajaran Bermakna Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Jslami. Bandung : PT Refika Aditama
78
Hamsa, Numbered heads Together, Tersedia: http://alief-hamsa.blogspot.com/2009/05/numbered-heads-together-nht.html. Diakses: 8 Juli 2009, jam. 16.41 WIB
Herlanti, Yanti. 2008. Development of Value Education Though Stories Based on Science: How To Integrate Value and Science In Basic Sshool?, The International Seminar on Mathematics and Science Education. Faculty of Tarbiya and Theacher's Training UIN Jakarta
Ibrahim, Nurdin. 2001. Hasil Be/ajar Fisika Siswa SLTP Terbuka Tanjungsari Sumedang Jawa Baral. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 031, Tahun ke-7.
lsjoni. 2007. Cooperative Learning: Mengembangkan Kemampuan Be/ajar Berkelompok, Bandung: ALF ABET A
Kiranawati, Numbered Heads Together, Tersedia: http://gurupkn.wordpress.com/2007 /I I 114/numbered-heads-tog~. Diakses: 8 Juli 2009, jam. 16.41 WIB
Koesoema, Doni. 2007. Pendidikan Karakter, Strategi Mendidik Anak Di Zaman Global. Jakarta: Grasindo
Koster, Wayan. 2000. Keefektifan Sekolah: Survai di SLTP Negeri Jakarta, Parameter, No. 6 Januari tahun XVIII
Kountur, Ronny. 2003. Metode Penelitian untuk Penulisan Skirpsi dan Tesis. Seri Umum No. 5. Jakarta: Penerbit PPM
Lamijan. 2002. Metoda dan Teknik Pendidikan Nilai. Jurnal Inkoma, Tahun 13, Nomor l
Latif, Nurwahyuni. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT, Tersedia: pendidikanmatematika.files.wordpress.com Diakses: 6 Agustus 2009, jam 16.00 WIB
Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning. Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang-ruang Ke/as, Jakarta: Grasindo
Lubis, Mawardi. 2008. Evaluasi Pendidikan Ni/ai,Perkembangan }lforal Keagamaan Mahasiswa PTAIN Y ogyakarta: Pustaka Pelajar
Messier, William P. The Influence of Cooperative Learning on the Academic Achievement of Chinese Middle School Students, available at: http://www.netwebelitesolutions.com/Whitepapers/netwebcoopchinese.pdf. Accessed on Nov 16, 2008, 09.19 pm
79
Nik Pa, Nik Azis. 2007. Pengembangan Nilai dalam Pendidikan Matematika: Cabaran dan Keperluan. International Seminar on Development of Values in Mathematics and Science Education, Universiti of Malaya.
Nurhikmawati, Ika. 2008. "Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Metode Numbered Head Together (NHT) Terhadap Penguasaan Konsep Energi dan Daya Listrik", dalam Skripsi UJN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta: Perpustakaan Utama UJN SyarifHidayatullah Jakarta, t.d.
Rachman, Maman. 2001. Reposisi, Reevaluasi, dan Redefinisi Pendidikan Nilai Bagi Generasi Muda Bangsa. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 028, Tahun ke-7
Ransdell, Mary dan Deborah A. Moberly. A Journey into Cooperative Learning with Teacher Education Students, available at: http://www.usca.edu/essays/vol62003/ransdall.pdf Accessed on Nov 16, 2008, 09.19 pm
Ratcliffe, Mary. Values in The Classroom-The 'Enacted' Curriculum, Available at: http://\vww.fremtidensnaturfag.dk/web2006/artikler/MR Values chap nov 05.pdt: Accesed on Nov 12, 2008, 1.30 pm
Riduwan. 2007. Be/ajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula. Cet. Ke-4, Bandung: Alfabeta
Sofyan, Ahmad, dkk. 2006. Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi. Jakarta: UIN Press
Suasti, Yurni dkk. 2003. "Upaya Peningkatan Kreativitas Siswa SMU Pembangunan UNP Melalui Modifikasi Cooperative Learning Model Jigsaw'', dalam Jurnal Pembelajaran, volume 26, Nomor 04, Universitas Negeri Padang
Subana dan Sudrajat. 200 I. Dasar-dasar Penelitian Jlmiah. Cet.Ke-1, Bandung: CV. Pustaka Seti a
Sudjana, Nana. 200 l. Penilaian Hasil Proses Be/ajar Mengajar.Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2003. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Sumaji, dkk. 2003. Pendidikan Sains yang Humanistis. Yogyakarta: Penerbit Kanisius
80
Syah, Muhibbin. 2001. Psikologi Belajar. Cet. 3 Jakarta: PT Logos Wacana Jlmu
Trihastuti, Singgih dan Yoko Rimy. Filosofi Sains. Tersedia: lpmpjogja.diknas.go.id. Diakses 21Agustus2008jam. 15.10 WIB
Usman, Shambaeh. 2008. Integrating Value in Science Education : A Philippine Experience, The International Seminar on Mathematics and Science Education. Faculty ofTarbiya and Theacher's Training UIN Jakarta.
Yudianto, Suroso Adi . 2008. Pembelajaran Sains Biologi Bernuansa Pendidikan Biologi untuk Pemberadaban Manusia, Dalam Seminar IPA "Nilai dalam Pembelajaran IPA (Value in Science Education) UIN Jakarta
Yumetti, "Pembelajaran Kooperatif Sebagai Model Alternatif dalam Pembelajaran Fisika ", dalam Jurnal Fisika Himpunan Fisika Indonesia, Volume BS tahun 2002, 0561, h.l. Tersedia: http://hfi.fisika.net. Diakses: 25 September 2008,jam 14.05 wib
Zakaria, Effandi dan Zanaton Iksan. 2007. Promoting Cooperative Learning in Science and Mathematics Education : A Malaysian Perspective, in Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, ·Vol. 3, No. 1, ISSN: 1305-8223. Available at: http://www.ejmste.cmn/v3nl/EJMSTEv3nl Zakaria&Iksan.pdf. Accessed on Nov 16, 2008, 09.l 9 pm
LAMP IRAN
iran 1
u H Ki Nam a No. Butir Soa!
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 A 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 B 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 c 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 < 1 0 ' D 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 E 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 F 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 G 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 H 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 I 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 J 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 K 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 L 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 M 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 N 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 p 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 Q 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 R 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 s 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 T 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 u 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 v 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 w 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 x 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 y 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 z 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1
AB 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 AC 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 AD 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 AE 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 AF 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 AG 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 AH 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0
d
14 15 16 17 18 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0
19 20 21 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0
22 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0
23 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0
00 N
Jama No. Butir soal
24 25 26 27 28 29 30
A 1 o 1 o 1 1 1
B 1 o 1 1 1 1 o c o o 1 1 o 1 1
D 1 o 1 0 1 1 1
E 1 o 1 0 0 1 0 F 1 1 1 1 1 1 1
G 1 o 1 o o o o H 1 o o 0 o o o I 1 o 1 0 1 1 1
J 1 1 1 0 1 1 0 K 1 0 0 0 0 1 1
L 0 0 1 1 0 0 0 M 0 0 1 0 0 1 1
N 1 1 1 0 0 1 0
0 1 0 1 o 1 o 0 p o 1 1 o 0 1 0 Q o 0 0 0 o 0 0
R 0 o 1 0 1 1 1 s 0 o 1 0 1 1 1
T 0 0 1 0 1 1 1
u 0 0 1 0 1 1 0 v 0 0 1 0 0 0 0 w 1 1 1 1 1 1 0 x 1 o 1 1 1 1 1 y 1 o o 0 0 0 1
z 1 0 0 0 o o 1
AB o o 1 o o 1 1 AC 0 0 1 1 1 0 0 AD 1 0 1 0 0 0 0 AE 1 0 0 1 1 1 1 AF 1 1 0 1 1 1 0 AG 1 1 0 1 1 1 0 AH 0 0 0 0 1 0 1
31 32 33 34 o 1 1 1 o o 1 1 o 1 o 1 o 1 1 1
0 0 1 1 1 0 1 1 o 1 1 1 o o o 0 o 1 0 1 o 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1
o 1 1 1 0 1 1 1
0 1 I 0 0 0 o 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 o 1 o 1 0 1 0 0 o 1 o o o 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0
35 I,Y
0 24 0 26
0 17 1 23 1 15
1 29
0 17
0 10
0 20 0 21
0 23 0 9 0 16 0 20
o 26 o 19 1 14
1 18 1 21 1 24 1 24 1 19
0 23 1 24 1 18 1 19 1 20
0 13 1 13 0 26 0 27 0 29 0 4
l,Y'
576 676 289 529 225 841 289 100
400 441 529 81
256 400 676 361 196 324 441 576 576 361 529 576 324 361 400 169 169 676 729 841
I 16
00 w
Al o o 1 o o 1 0 1 o o 0 o l\J 0 o 1 1 1 1 o 1 1 1 1 1 ~K o o 1 1 1 1 o 1 1 1 1 1 l\L o o 1 1 1 o 1 ~ 1 1 1 1
'M o 1 1 1 1 0 1 1 o 1 1 0 ~N 1 1 1 1 o 1 1 1 1 1 1 1 ~o o 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 l\P 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 o 1 ~Q 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 o 1 l\R 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 l\S 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 l\T 1 0 1 o 0 1 1 1 1 1 o 1
13 11 35 24 27 28 31 38 40 29 37 33
0.289 0.244 0.778 0.533 0.6 0.622 0.689 0.844 0.889 0.644 0.822 0.733
0.711 0.756 0.222 0.467 0.4 0.378 0.311 0.156 0.111 0.356 0.178 0.267
1 0.637 0.569 1.871 1.069 1.225 1.283 1.488 2.33 2.828 1.346 2.151 1.658
24.15 24.91 22.31 22.21 22.52 21.68 21.97 22.16 21.88 22.03 21.65 23.03
20.64 20.64 20.64 20.64 20.64 20.64 20.64 20.64 20.64 20.64 20.64 20.64
5.934 5.934 5.934 5.934 5.934 5.934 5.934 5.934 5.934 5.934 5.934 5.934
0.377 0.409 0.526 0.282 0.387 0.224 0.332 0.594 0.587 0.315 0.364 0.667 ) 0.294 0.294 0.294 0.294 0.294 0.294 0.294 0.294 0.294 0.294 0.294 0.294
IS valid valid valid invalid valid invalid valid valid valid valid valid valid
0 o 1 1 o 1 1 1 1
1 1 1
31
0.689
0.311
1.488
22.81
20.64
5.934
0.542
0.294
valid
0 0 1 1 1 1 1 1
o 1 1 1
1 1 1 1 1 1
1 1
1 1
1 1
28 25
0.622 0.556
0.378 0.444
1.283 1.118
22.54 23.76
20.64 20.64
5.934 5.934
0.409 0.587
0.294 0.294
valid valid
" I:: m i ;g (fl c -< Cf) )> -i I )>
- "' ~~ > i: ;i;;_
.l> -Jl .~ -l JI> >i
0 0 0 1 1 1
1 1 1
1 1 1
o o 0 1 1 1
1 1 0 1 1 1 1 o 0 1 1 1
1 1 1
1 1 1
32 27 33
0.711 0.6 0.733
0.289 0.4 0.267
1.569 1.225 1.658
22.63 23.81 22.18
20.64 20.64 20.64
5.934 5.934 5.934
0.524 0.654 0.43
0.294 0.294 0.294
valid valid valid
0 1 o 1 1 1 o o o 1 1 o o 0 1 o o 0 o 1 1 o 1 1 1 1 o 1 o 1 o 0 0 1 1 1 o 1 1 1 o o o 1 1 1 o 1 1 1 1 o 1 1 1 1 1 1 o o
31 23 23 23 32
0.689 0.511 0.511 0.511 0.711
0.311 0.489 0.489 0.489 0.289
1.488 1.022 1.022 1.022 1.569
22.03 19.91 22.17 22.3 22.56
20.64 20.64 20.64 20.64 20.64
5.934 5.934 5.934 5.934 5.934
0.348 -0.13 0.264 0.286 0.507
0.294 0.294 0.294 0.294 0.294
valid invalid invalid invalid valid
~
Al 0 0 1 0 0 AJ 0 0 0 1 1 AK 0 0 0 1 1 AL 0 0 0 1 1 AM 0 0 1 0 0 AN 1 0 0 0 0 AO 0 0 1 0 1 AP 1 1 1 0 1 AQ 1 1 1 0 1 AR 1 1 1 0 1 AS 1 1 1 0 1 AT 0 0 0 0 1
,X 25 11 31 13 27
' 0.556 0.244 0.689 0.289 0.6
~ 0.444 0.756 0.311 0.711 0.4 liq 1.116 0.569 1.488 0.637 1.225 Ip 22.8 25.36 20.61 22.69 23.33 ~t 20.64 20.64 20.64 20.64 20.64 dt 5.934 5.934 5.934 5.934 5.934 lit 0.406 0.452 -0.01 0.22 0.555 ab 0.294 0.294 0.294 0.294 0.294 1tus valid valid invalid invalid valid
0 0 0 0
1 1 0 1
1 1 1 1
1 1 1 1
0 0 0 1
,, 0 1 1 1
0 1 0 1
1 0 0 1 1 0 0 1
1 0 0 1
1 0 0 1
1 0 0 1
30 21 7 37
0.667 0.467 0.156 0.822
0.333 0.533 0.644 0.178
1.414 0.935 0.429 2.151
23.13 21.29 26.57 21.89
20.64 20,64 20.64 20.64
5.934 5.934 5.934 5.934
0.593 0.101 0.429 0.452
0.294 0.294 0.294 0.294
valid invalid valid valid
0 0
1 0
1 0
1 0
1 0
1 0
1 0
0 0
1 0
1 0
1 0 1 0
26 22
0.576 0.469
0.422 0.511
1. 17 0.978
22.27 20.86
20.64 20.64
5.934 5.934
0.32 0.036
0.294 0.294
valid invalid
1 1
1
1
0 1
1
1
1
1
1
1
25
0.556
0.444
1. 118
21.72
20.64
5.934
0.203
0.294
invalid
8 23 25 24 16
26 23 28 25 29 29 22
929
64
529
6~5
576
256
676
529
784
625
841
841
484
20763
00
"'
2
Vii Reliabil l ama No. Butir Soa!
1 2 3 5 7 8 9 10 11 I 12 13 14 15 A 0 0 1 0 1 1 1 0 1 I 1 1 1 1 B 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 c 1 0 0 0 1 1 1 1 1 I 1 0 0 0 D 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 E 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 F 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 G 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 H 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 I 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 J 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 K 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 L 0 0 0 0 0 0 I 1 0 1 0 0 1 0 M 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 N 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 p 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 Q 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 R 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 s 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 T 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 u 0 0 1 1 1 1 1 I 0 1 1 1 1 0 v 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 w 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 I 0 0 x 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 y 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 z 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0
AB 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 AC 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 AD 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 AE 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 AF 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 AG 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 AH 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 o~ 1
Tes Hasil Belaiar K1 Redo ks
16 17 18 19 23 24 25 28 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1
29 31 32 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0
33 )Y
1 18 1 18 0 12 1 18 1 11 1 21 1 11 0 6 0 13 0 18 1 20 0 4 0 11 0 17 1 20 1 14 0 11 1 12 1 15 0 18 1 17 1 12 0 18 0 17 0 13 0 14 0 18 1 8 1 9 0 20 1 21 0 23 0 3
>Y' 324 324 144 324 121 441 121
36 169 324 400
16 121 289 400 196 121 144 225 324 289 144 324 289 169 196 225
64 81
400 441 529
9
00
°'
0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 I 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1
13 11 35 27 31 38 I 40 29 37 33 31 28 25 0.289 0.244 0.778 0.6 0.689 0.844 0.889 0.644 0.822 0.'/33 0.689 0.622 0.556
0.711 0.756 0.222 0.4 0.311 0.156 0.111 0.356 0.178 0.267 0.311 0.378 0.444 0.20$ 0.185 0.173 0.24 0.214 0.131 0.099 0.229 0.146 0.196 0.214 0.235 0.247
0 0 0 0 1 0 0
1 1 1 1 1 0 0
1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0
0 0 0 1 1 0 0
1 1 1 1 1 1 0
1 1 0 0 1 0 0
1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 0 0 0
32 27 33 31 32 25 11 0. 711 0.6 0.733 0.689 0.711 0.556 0.244
0.289 0.4 0.267 0.311 0.289 0.444 0.756 0.205 0.24 0.196 0.214 0.205 0.247 0.185
0 0 0
1 1 0
1 1 1
1 1 1
0 0 0
0 0 1
1 0 0
1 1 0
1 1 0
1 1 0
1 1 0
1 1 0
27 30 7
0.6 0.667 0.156
0.4 0.333 0.844
0.24 0.222 0.131
0 0
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 0 1 1
1 1
1 1 1 1
37 26 0.822 0.578
0.178 0.422 0.146 0.244
3
18 20
20 12
21 17
22 20
23
24 18
696
4.991
9
324 400
400 144
441
289 484 400
529
576
324 12044
00 -..!
PERHITUNGAN UJI V ALIDITAS (Contoh: Soal tes Hasil Belajar Kimia No. 1)
'Ypbi = Mp-Mt /P
St ~q
l. Mencari proporsi menjawab benar (p) setiap butir soal (no. 1)
EX p=-
n
13 p = 45
= 0,289
2. Mencari q setiap butir soal (no. 1) q = 1 - p
= 1 - 0,289 = 0,711
3. Mencari rerata skor peserta tes (Mp) setiap butir soal (no. 1)
M _ jumlah skor total peserta tes yang menjawab benar
p - jumlah peserta tes yang menjawab benar
Mp = 314 13
= 24, 15
4. Mencat mean total (Mt)
Mt = 92?!_ 45
= 20,64
5. Mencari standar deviasi total (SDt)
Sdt = E~t2 - ( z::t )1
Sdt = J 20763 ( 929 y
88
Sdt = ,1461,4 - 426,19
Sdt = ,135,21
Sdt = 5,934
6. Mencari korelasi point biserial
Mp-Mt J p Ypbi =
Sdt q
24, 15 _ 20,6v 0,289
5,934 0,711
= 0,377
7. Menentukan validitas soal (No. I) Diketahui : r hitung adalah 0,377
r tabel untuk banyak sampel 45 adalah 0,294
maka, karena r hitung > r label, maka soal dinyatakan valid
89
90
Perhitungan Uji Reliabilitas
Mencari standar deviasi total (Sdt)
Sdt = IXt' ( IXt )2
--- -n n
Sdt = 12044 _ (696)2
45 45
Sdt = ,J267,644 - 239,2i7
Sdt = .J28,43
Sdt = 5,332
Kemudian, nilai dimasukkan ke dalam Rumus K-R. 20
-( n )(S' -Ipq) f11- --n-1 S2
= (~)((5,332)2 -4,991)
45-1 5 3322
'
1 023 x 28,43 - 4,991 , 28,43
= 1,023 x 0,8244
0,843
Maka, koefisien reliabilitas adalah 0,843 atau dalam kriteria tinggi
91
Lampiran3
Pengujian Tingkat Kesukaran Soal Instrumen Ujicoba
Butir Soal B JS p Kriteria
1 13 45 0,29 Sukar
2 11 45 0,24 Sukar
3 35 45 0,78 Mudah
4 24 45 0,53 Sedang
5 27 45 0,60 Sedang
6 28 45 0,62 Sedang
7 31 45 0,69 Sedang r--"
8 38 45 0,84 Mud ah
9 40 45 0,89 Mud ah
10 29 45 0,64 Sedang
11 37 45 0,82 Mudah
12 33 45 0,73 Mudah
13 31 45 0,69 Sedang
14 28 45 0,62 Sedang
15 25 45 0,56 Sedang
16 32 45 0,71 Mudah
17 27 45 0,60 Sedang
18 33 45 0,73 Mudah
19 31 45 0,69 Sedang
20 23 45 0,51 Sedang
21 23 45 0,51 Sedang
22 23 45 0,51 Sedang
23 32 45 0,71 Mudah
24 25 45 0,56 Sedang
25 11 45 0,24 Sukar
26 31 45 0,69 Se dang
27 13 45 0,29
28 27 45 0,60
29 30 45 0,67
30 21 45 0,47
31 7 45 0,16
32 37 45 0,82
33 26 45 0,58
34 22 45 0,49
35 25 45 0,56
Rumus lndeks Kesukaran Soal:
B p =
JS
Keterangan: P = Indeks Kesukaran B = Banyaknya siswa yang menjawab benar JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes
Klasifikasi indeks kesukaran soal, sebagai berikut: 0,00 - 0,30 = soal sukar 0,31 - 0, 70 = soal sedang 0,71-1,00 = soal mudah
92
Sukar
Sedang
Sedang
Sedang
Sukar
Mudah
Sedang
Sedang
Sedang
u -- bed No. Butir Soal
' 1 2 3 4 ! 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
0 0 1 0 ' 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 I 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1
0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1
0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0
1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1
0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1
0 0 1 0 1 1 1 1 I 1 1 1 1 1 1
0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0
0 I 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1
1 0 1 0 ! 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1
1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0 1 0 0 I 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0
0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
9 9 21 15 17 16 17 22 22 16 20 21 20 18
0.41 0.41 0.95 0.68 0.77 0.73 0.77 1 1 0.73 0.91 0.95 0.91 0.82
- - K
15 16 17 16 19 20
1 1 1 1 1 0
1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 0
1 1 1 1 1 0
1 1 1 1 1 0
1 1 1 1 1 1
1 1 0 1 1 1
1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 0 1
1 1 1 1 1 0
1 1 1 1 1 0
1 1 0 0 0 0
1 ·1 0 1 1 1
1 0 1 1 1 0
0 1 1 1 0 0
1 1 1 1 1 1
I 1 1 1 1 0 0
1 0 1 1 1 0
1 1 1 1 1 1
0 1 1 1 0 1
1 1 1 1 1 0
1 1 1 . 0 0 0
20 20 19 20 16 9
0.91 0.91 0.86 0.91 0.73 0.41
21 22 23 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1
13 14 21
0.59 0.64 0.95
24
1 1
1
1
1 1
1 1
1 1
0
1 1
0 0
1 0
1 1
1 0
0
16
0.73
25
1 1
1
1
1 1 0
0 0
0
0 1
0 0
0 0
0 0
0 1
0 0
6
0.36
'Ci w
No. Butlr Seal -,
' ~ 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 29
0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 29
1 0 1 1 o 0 1 1 ' o 1 29 1 o 1 I 1 o o 1 1 o 1 29 1 o 1 1 o 0 1 0 o 1 28
o 1 1 1 0 1 1 1 0 o 27 1 1 1 1 o o c 1 1 0 26
1 0 1 o 0 o 1 1 1 0 2• 0 1 1 1 1 1 1 o o o 26 0 o o o 1 1 1 1 0 ' 26
o 1 1 1 1 1 1 1 o 1 26 1 o 1 1 0 o 1 1 0 1 25 1 o 1 1 1 0 1 1 1 o 24 1 0 1 1 1 o 1 o 1 1 24
1 o 1 1 0 o 1 1 1 1 24 1 1 1 1 1 0 1 o 1 1 24 o 1 1 1 1 1 1 1 o 1 24 1 o 1 1 1 o 1 1 1 1 23 o o 0 1 1 o 1 1 0 o 23 1 1 1 1 o 0 1 0 1 o 23
o 1 1 1 1 o 1 1 0 1 23 1 0 1 0 1 o 1 1 0 1 23
14 10 20 19 12 7 20 16 9 14
0.64 0.45 0.91 0.86 0.55 0.32 0.91 0.73 0.41 0.64
:e.
UiiD
' 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1
0 0 1 0 1 ' 1 1 1 1 1
0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1
0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1
0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1
0 0 1 0 1 1 0 0 I 1 1 1
0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1
1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1
0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1
1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1
0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1
0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1
0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 ' 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
3 2 13 9 10 11 13 15 17 12 17 0.14 0.09 0.59 0.41 0.45 0.5 0.59 0.68 0.77 0.55 0.77
Pembeda Soal Kel ---- -kKclas B No. Butir Soal
12 13 14 15 16 17 18 19
1 0 1 0 1 1 1 1
1 0 1 0 0 0 0 1
1 1 0 0 0 1 0 0
1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1
1 1 0 1 0 1 1 0
0 1 0 0 1 1 1 1
0 1 1 0 1 0 1 1
1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1
0 1 0 0 1 0 0 1
1 1 0 0 0 0 1 0
0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1
0 0 0 0 1 0 1 1
0 0 0 0 1 0 1 1
0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 11 10 9 4 11 7 12 14
0.5 0.45 0.41 0.18 0.5 0.32 0.55 0.64
h
20 21 22
1 0 0
1 0 0 0 1 1
0 0 1 0 0 0
1 1 0 1 1 0
1 0 1
1 0 0
1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0
1 0 1 0 0 0 13 9 9
0.59 0.41 0.41
23 24
1 1
1 0
1 1
0 1
1 0
0 0
0 0
1 1
0 0
1 1
0 0
0 1
1 0
1 0
0 1
1 0
1 0
0 1
0 1
0 0
1 0
0 0
11 9
0.5 0.41
25
1 0
0
1 0
1 0 0
0
0 0
0 0
0 0
0 0 0
0
0
0 0
3 0.14
"' v.
; 2s 27 28 29
1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 -1 0 0 ' 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 17 3 6 10
0.77 0.14 0.27 0.45
No. Butir Saa!
30 31 I 32 33
0 o I 1 0
1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0
1 0 1 0
0 0 1 1
0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1
1 0 1 0
1 0 1 0
0 0 1 1
1 0 1 0
0 0 1 1
0 0 0 1 0 0 1 0
0 0 1 1
0 0 1 1
0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0
1 0 0 0
9 0 16 9
0.41 0 0.73 0.41
34 35
1 0
1 1 1 0 1 0 1 1
1 0
1 1
0 1 1 1
0 1 1 0
1 0
1 0
0 0
1 1
0 1
0 0 1 1
0 0
0 0
0 1
0 0 13 10
0.59 0.45
i;v
21
21 20 20
20 19 19
19 18
18 17
17 16
16 16 14
13 13 10
• 8 4
"' °'
97
Lampiran4
Pengujian Daya Pembeda Soal
No BA JA BB JB PA PB D Kriteria 1 9 22 3 22 0,41 0,14 0,27 Cukup
- -·-2 9 22 2 22 0,41 0,09 0,32 Cukuo 3 21 22 13 22 0,95 0,59 0,36 Cukup 4 15 22 9 22 0,68 0,41 0,27 Cukuo 5 17 22 10 22 0,77 0,45 0,32 Cukup 6 16 22 11 22 0,73 0,50 0,23 Cukup 7 17 22 13 22 0,77 0,59 0,18 Jelek 8 22 22 15 22 1 0,68 0,32 Cukup 9 22 22 17 22 1 0,77 0,23 Cukup 10 16 22 12 22 0,73 0,55 0,18 Jelek 11 20 22 17 22 0,91 0,77 0,14 Jelek 12 21 22 11 22 0,95 0,50 0,45 Baik 13 20 22 10 22 0,91 0,45 0,46 Baik 14 18 22 9 22 0,82 0,41 0,41 Baik
15 20 22 4 22 0,91 0,18 0,73 Baik sekali
16 20 22 I I 22 0,91 0,50 0,41 Baik 17 19 22 7 22 0,86 0,32 0,54 Baik 18 20 22 12 22 0,91 0,55 0,36 Cukuo 19 16 22 14 22 0,73 0,64 0,09 Jelek
20 9 22 l~- 22 0,41 0,59 -0,18 Tidak baik
21 13 22 9 22 0,59 0,41 0,18 Jelek 22 14 22 9 22 0,64 0,41 0,23 Cukup 23 21 22 I I 22 0,95 0,50 0,45 Baik 24 16 22 9 22 0,73 0,41 0,32 Cukuo 25 8 22 3 22 0,36 0,14 0,22 Cukup
26 14 22 17 22 0,64 0,77 -0, 13 Tidak baik
27 10 22 3 22 0,45 0,14 0,31 Cukuo 28 20 22 6 22 0,91 0,27 0,64 Baik 29 19 22 10 22 0,86 0,45 0,41 Baik 30 12 22 9 22 0,55 0,41 0, 14 Jelek 31 7 22 0 22 0,32 0 0,32 Cukuo 32 20 22 16 22 0,91 0,73 0,18 Jelek 33 16 22 9 22 0,73 0,41 0,32 Cukup
34 9 22 13 22 0,41 0,59 -0, 18 Tidak baik
35 14 22 10 22 0,64 0,45 0, 19 Jelek
Rumus mencari Daya Pembeda Soal (Discriminating Power) adalah:
BB ---=PA-PB
JB
Keterangan:
D = Daya pembeda soal
PA = Proporsi kelas atas yang menjawab benar
Pa = Proporsi kelas bawah yang menjawab benar
98
BA = Banyak siswa kelas atas yang menjawab benar untuk setiap butir
so al
Ba = Banyak siswa kelas bawah yang menjawab benar untuk setiap
butir soal
h = Jumlah siswa kelas atas
J8 = Jumlah siswa kelas bawah
Klasifikasi daya pembeda soal:
D : 0,00 - 0,20 = jelek (poor)
D : 0,20 - 0,40 = cukup (satisfactory)
D : 0,40 - 0, 70 = baik (good)
D : 0, 70-1,00 = baik sckali (excellent)
D : negatif, semuanya tidak baik. Jadi butir soal yang mempunyai nilai D negatif, sebaiknya dibuang.
Lampiran 5
Persiapan Tabel Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa
Kelompok Eksperimen Dengan Model Cooperative Learning
Tcknik Numbered Heads Together
A. Pre Test
99
Diketahui data skor hasil belajar pada kelompok eksperimen adalah sebagai berikut:
24 28 28 32 32 32 32 32 32 36
36 36 36 36 36 36 40 40 40 40
40 40 40 44 44 44 44 52
I. Rentang Kelas (R)
2. Jumlah Kelas Interval (K)
3. Panjang Kelas (P)
4. Menyusun Interval Kelas
= Nilai terbesar - Nilai terkecil
= 52-24
=28
= I + 3,3 . log n
= I + 3,3 . log 28
= I+ (3,3 . 1,447)
= l + 4,77
= 5, 77 dibulatkan menjadi 6
=_IL
K = 28
6 = 4,67 dibulatkan menjadi 5
Tabel. Distribusi Frekueusi Pcnyusunan Interval Kelas
No Kclas Interval Frckuensi Frekuensi Kumulatif (%)
I 24-28 3 10,71 %
2 29-33 6 21,43 %
3 34-38 7 25%
4 39-43 7 25 %
5 44-48 4 14,29 %
6 49-53 l 3,57%
Jumlah 28 100%
100
5. Menghitung Rata-rata (X), Modus (Mo), Median (Me), dan Simpangan Baku
(S2) Kelompok Eksperimen
Tabet. Distribusi Frekuensi Kelompok Eksperimen
Xi Fi Fk Xi2 Fi.Xi Fi.Xi' 24 I I 576 24 576 28 2 3 784 56 1568 32 6 9 1024 192 6144 36 7 16 1296 252 9072 40 7 23 1600 280 11200 44 4 27 1936 176 7744 52 I 28 2704 52 2704 y 28 1032 39008
a. Rata-rata (X) = L Fi. Xi . n
= 1032 28
= 36,86
b. Modus (Mo) =b + P[-bi ] . b1 + b2
= 33,5 + 5 [-1-
l+O J = 33,5 + 5 (I)
= 38,5
[ Y2n-FJ c. Median (Me) =b + p --f
[ 14-9 J =33,5 + 5 -7-
=33,5 +5 (0,71)
= 38,5 + 3,55
= 42,05
l 0 l
d. Simpangan Bairn (S2) = fi. Y Fi. Xi2 - l?; Fi.Xi)2
n (n-1)
B. Post Test
= 28 (39008)- (1032)2
28 (28-1)
1092224 - 1065024 28 (27)
27200 756
s2 = 35,978
= v 35,978
s = 5,99
Diketahui data skor hasil belajar pada kelompok eksperimen adalah sebagai berikut:
36 36 36 36 36 40 44 48 48 52
52 56 56 56 60 60 68 68 76 76
76 76 76 76 80 84 84 88
I. Rentang Kelas (R)
2. Jumlah Kelas Interval (K)
3. Panjang Kelas (P)
= Nilai terbesar - Nilai terkecil
= 88-36
= 52
= 1 + 3,3 . log n
= 1 + 3,3 . log 28
= 1 + (3,3 . 1,447)
=1+4,77
= 5, 77 dibulatkan menjadi 6
_R_
K 52 6
= 8,67 dibulatkan menjadi 9
102
4. Mertyusurt Interval Kelas
Tabel. Distribusi Frekuensi Penyusnnan Interval Kelas
No Kelas Interval Frekuensi Frekuensi Kumulatif (%)
1 36-44 7 25%
2 45-53 4 14.29%
3 54-62 5 17,86%
4 63-71 2 7,14 %
5 72-80 7 25% ---····- "" --·---· .. " ------···-·-··""'
6 81-89 3 10,71 %
Jumlah 28 100 %
5. Menghitung Rata-rata (X), Modus (Mo), Median (Me), dan Simpangan Baku
(S2) Kelompok Eksperimen
Tabel. Distribusi Frckuensi Kelompok Eksperimen
Xi Fi 36 5 40 I 44 I 48 2 52 2 56 3 60 2 68 2 76 6 80 1 84 2 88 1 ) 28
a. Rata-rata (X)
b. Modus (Mo)
Fk 5 6 7 9 11 14 16 18 24 25 27 28
= J: Fi. Xi n
= 1680 28
=60
Xi" Fi.Xi Fi.Xi" 1296 180 6480 1600 40 1600 1936 44 1936 2304 96 4608 2704 104 5408 3136 168 9408 3600 120 7200 4624 136 9248 5776 456 34656 6400 80 6400 7056 168 14112 7744 88 7744
1680 108800
c. Median (Me)
=71,5 + 9 [-
5
] 5+4
= 71,5 + 9 (0,55)
= 76,45
=b + p [ y,,;-F]
~ 71,5 + 9 [ 14 : 11 ]
= 71,5 + 9 (0,6)
= 71,5 + 5,4
= 76,9
d. Simpangan Baku (82) = n. I Fi. Xi2
- II Fi.Xi)2 n (n - 1)
= 28 (108800)-(1680)2
28(28-1)
= 3046400 - 2822400 28 (27)
224000 756
82 296,296
= v296, 296
s 17,21
103
Lampiran 6
Persiapan Tabet Distribusi Frekuensi Basil Belajar Siswa
Kelompok Kontrol Dengan Model Pembelajaran Ceramah
A.Pre Test
Diketahui data skor basil belajar pada kelompok kontrol adalah sebagai berikut:
20 20 20 20 24 24 24 28 28 28
28 28 32 32 32 36 36 36 36 36
40 40 40 44 44 52 56 56 60 64
1. Rentang Kelas (R)
2. Jumlah Kelas Interval (K)
3. Panjang Kelas (P)
4. Menyusun Interval Kelas
= Nilai terbesar - Nilai terkecil
=64-20
=44
= I + 3,3 . log n
= I + 3,3 . log 30
= l + (3,3. 1,477)
=I + 4,87
= 5,87 dibulatkan menjadi 6
= __.R_
K = 44
6 = 7.33 dibulatkan menjadi 8
Tabel. Distribusi Frekuensi Penynsunan Interval Kelas
No Kelas Interval Frekuensi Frekuensi Kumulatif (%)
I 20-27 7 23,33 %
2 28-35 8 26,67 %
3 36-43 8 26,67 %
4 44-51 2 6,67%
5 52-59 3 10%
6 60-67 2 6,67%
Jumlab 30 100 %
104
d. Simpangan Baku (S2)
s2
s
B. Post Test
= n. Y Fi. Xi2 - <Y Fi.Xi)2
n (n - 1)
30(42144) -:c0064)2 30 (30-1)
= 1264320 - 1132096 30 (29)
= 132224 870
151,98
= v 151,9_8_
12,33
Diketahui data skor basil belajar pada kelompok kontrol adalah sebagai berikut:
32 32 32 32 36
48 48 48 48 48
56 60 64 64 64
I. Rentang Kelas (R)
2. Jumlah Kelas Interval (K)
3. Panjang Kelas (P)
36 36 40 44 44
52 52 52 52 56
68 68 68 72 72
= Nilai terbesar - Nilai terkecil
=72-32
=40
= I + 3,3 . log n
= I + 3,3 . log 30
= I + (3,3 . 1,477)
=I + 4,87
= 5,87 dibulatkan menjadi 6
_.R_
K = 40
6 = 6,67 dibulatkan menjadi 7
106
107
4. Menyusun Interval Kelas
Tabet. Distribnsi Freknensi Penynsnnan Interval Kelas
No Kelas Interval Freknensi Freknensi Knmulatif (%)
I 32-38 7 23,33 %
2 39-45 3 10%
3 46-52 9 30%
4 53-59 2 6,67 %
5 60-66 4 13,33 %
6 67-73 5 16,67 %
Jnmlah 30 100%
5. Menghitung Rata-rata (X), Modus (Mo), Median (Me), dan Simpangan Baku
(82) Kelompok Kontrol
Tabet. Distribnsi Freknensi Kelompok Eksperimen
Xi 32 36 40 44 48 52 56 60 64 68 72 I
a. Rata-rata (X)
b. Modus (Mo)
Fi Fk 4 4 ' 7 J
l 8 2 IO 5 15 4 19 2 21 1 22 3 25 3 28 2 30 30
= J: Fi. Xi n
= 1524 30
= 50,8
Xi' Fi.Xi 1024 128 1296 108 1600 40 1936 88 2304 240 2704 208 3136 112 3600 60 4096 192 4624 204 5184 144
1524
=45,5+7 [-
6
J 6+7
Fi.Xi' 4096 3888 1600 3872 11520 10816 6272 3600 12288 13872 10368 82192
c. Median (Me)
= 45,5 + 7 (0,46)
= 48,72
[ Vin-F]
"'b + p --/
=45,5+7 [15:10]
= 45,5 + 7 (0,55)
=45,5 + 3,85
=49,35
d. Simpangan Baku (S2) = n.TELXi2:c-Jh Ei.Xi)2
n (n-1)
= 30 (82192)-(1524)2 30 (30-1)
= 2465760 - 2322576 30 (29)
143184 870
s2 = 164,579
= v 164,579
s = 12,83
108
109
Lampiran 7
Perhitungan Uji Normalitas Data Skor Pre test
Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
A. Normalitas Kelompok Eksperimen
Tabet • Hasil Perhitungan Normalitas Skor Pre Test
Xi Fi Fk xi2 Fi.Xi Fi.Xi2 Zi FIZi\ SIZi\ I FIZi\ - SIZi\ I 24 l l 576 24 576 -2.14 0.0162 0.035714 0.01951 28 2 3 784 56 1568 -1.47 0.0708 0.107143 0.03634
n 6 .. J .... JQ24 .. .. J.2:? .. 6H4 .......... c!l&L .. .. Q,2Q9 J!.3V4;t9_ .......... O.JH.4.3 ........ 36 7 16 1296 252 9072 -0.14 0.4443 0.571429 0.12713 40 7 23 1600 280 11200 0.52 0.6985 0.821429 0.12293 44 4 27 1936 176 7744 1.19 0.883 0.964286 0.08129
._1L 1 28 2704 52 2704 2.52 0.9941 l 0.0059 '\' 28 1032 39008
X , . ,L.FLXL = 1032 = 36,86 sz -· 2'..F' x·2 0:: F Xi}2 - ll.= .I. Le-: =· .I. . ..
n 28 n (n-1)
28 (39008} - (I 032}2 28 (28-1)
= 1092224 - 1065024 28 (27)
= 27200 756
s2 = 35,973
= v 35,978
s 5,99
Dari perhitungan di atas diperoleh Lo hitung sebesar 0, 12713 sedangkan harga
Ltab pada taraf signifikansi (u = 0,05) n = 28 adalah sebesar 0, 161. Karena Lo hit
< Ltab ( 0,12713 < 0,161), maka dapat disimpulkan bahwa data populasi sampel
penelitian adalah berdistribusi normal.
110
B. Normalitas Kelompok Kontrol
Tabel . Hasil Perhitungan Normalitas Skor Pre Test
Xi Fi Fk Xi' Fi.Xi Fi. Xi2 Zi F(Zi) S(Zi) IF(Zi) - S(Zi)I 20 4 4 400 80 1600 -1.25 0.1056 0.133333 0.02773 24 3 7 576 72 1728 -0.92 0.1788 0.233333 0.05453
2~. 5 .... J.2. .... 7M ..... [40 ... }l)2Q . -0.60 .. Q.7.Z'R ... _QA . ....... QJ2~~ ····· . ...
32 3 15 1024 96 3072 -0.28 0.3897 0.5 0.1103 36 5 20 1296 180 6480 0.04 0.516 0.666667 0.15067 40 3 23 1600 120 4800 0.36 0.6406 0.766667 0.12607 44 2 25 1936 88 3872 0.69 0.7549 0.833333 0.07843 52 1 26 2704 52 2704 1.34 0.9099 0.866667 0.043233 56 2 28 3136 il2 6272 1.66 0.9515 0.933333 0.018167
60 l 29 3600 60 3600 1.99 0.9767 0.966667 0.010033 64 1 30 4096 64 4096 2.31 0.9896 1 0.0104 ., 30 1064 4.2144
X = L; Fi. Xi = 1064 = 35,46 s2 = n. L Fi. Xi2 - (L; Fi.Xi)2 n 30 n (n - I)
30 (42144}-(1064}2 30 (30- I)
1264320 - I 132096 30 (29)
= 132224 870
s2 - 151,98
= v 151,98
s = 12,33
Dari perhitungan di atas diproleh Lo hitung sebesar 0, 15067 sedangkan harga
Ltab pada tarafsignifikansi (a= 0,05) n = 30 adalah sebesar 0,161. Karena Lo hit
< Ltab ( 0, 15067 < 0, 16 I), maka dapat disimpulkan bahwa data populasi sampel
penelitian berdistribusi normal.
111
Lampiran 8
Perhitnngan Uji Normalitas Data Skor Posttest
Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
A. Normalitas Kelomok Eksperimen
Tabel . Hasil Perhitnngan Normalitas Skor Post Test
Xi Fi Fk Xi2 Fi.Xi 36 5 5 1296 180
40 1 6 1600 40
.. A± . ) .. .. ..7 .. J.9Jl1 ... 4'! .... 48 2 9 2304 96 52 2 11 2704 104 56 3 14 3136 168
60 2 16 3600 120 68 2 18 4624 136 76 6 24 5776 456
80 I 25 (-~00 80 84 2 27 7056 168
88 1 28 7744 88 ., 28 1680
X = LELXi = 1680 = 60 n 28
Fi.Xi' Zi FIZil SIZil I FIZil - SIZill 6480 -1.39 0.0823 0.17857 0.09627 1600 -1.16 0.123 0.21429 0.09129
J2J6 ........ '.0.·.9~ .... Qj]§2 ....... 9~2.~ ...... 0.0738 ___ .. _ . .,
4608 5408 9408 7200 9248
34656 6400 14112
7744 108800
-0.69 0.2451 0.32143 0.07633 -0.46 0.3228 0.39286 0.07006 -0.23 0.409 0.5 0.091
0 0.5 0.57143 0.07143 0.46 0.6772 0.64286 0.034343 0.93 0.8238 0.85714 0.03334 1.16 0.877 0.89286 0.01586 1.39 0.9177 0.96429 0.04659 1.62 0.9474 I 0.0526
S2 = ll.fi.Xi2=ffFi.Xil2
n (n-1)
28 (I 08800) - (1680)2
28 (28 - I)
= 3046400-2822400 28 (27)
224000 756
s2 296,296
V296. 296
s l 7,21
Dari perhitungan di atas diproleh Lo hitung sebesar 0,09627 sedangkan harga
Ltab pada taraf signifikansi (a= 0,05) n = 28 adalah sebesar 0, 161. Karena Lo hit
112
< Ltab ( 0,09627 < 0,161), maka dapat disimpulkan bahwa data populasi sampel
penelitian berdistribusi normal.
B. Normalitas Kelompok Kontrol
Tabel. Hasil Perbitungau Normalitas Skor Post Test
Xi Fi Fk Xi' Fi.Xi Fi.Xi' 32 4 4 1024 128 4096 36 3 7 1296 108 3888 40 1 8 1600 40 1600 44 2 10 1936 88 3872 48 5 15 2304 240 11520 52 4 19 2704 208 10816 56 2 2i 3136 112 6272 60 I 22 3600 60 3600 64 3 25 4096 192 12288 68 3 28 4624 204 13872 72 2 30 5184 144 .. 10368 y 30 1524' 82192
X = L:Fi.Xi = 1524 = 50,8 n 30
Zi F(Zi) SIZi) IFIZi) - SIZOI -1.46 0.0721 0.133333 0.06123 -1.15 0.1251 0.233333 0.10823 -0.84 0.2005 0.266667 0.06617 -0.53 -0.21 0.09 0.40 0.71 1.02 1.34 1.65
0.2981 0.333333 0.03523 0.4168 0.5 0.0832 0.5359 0.633333 0.09743 0.6554 0.7 0.0446 0.7612 0.733333 0.027867 0.8461 0.833333 0.012767 0.9099 0.933333 0.02343 0.9505 1 0.0495
S2 = n. 2:' Fi. Xi2 - (};:: Fi.Xi)2
n (n- I)
= 30 (82192) =(1524)2
30 (30-1)
= 2465760 - 2322576 30 (29)
= 143184 870
s2 164,579
v 164,579
s 12,83
Dari perhitungan di atas diproleh Lo hitung sebesar 0, I 0823 sedangkan harga
Ltab pada taraf signifikansi (a= 0,05) n = 30 adalah sebesar 0, 16 I. Karena Lo hit
< Ltab ( 0, 10823 < 0, 161), maka dapat disimpulkan bahwa data populasi sampel
penelitian berdistribnsi normal.
Lampiran 9
Perhitnngan Uji Homogenitas Data Skor Pre test
Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Perhitungan uji homogenitas dengan rumusan, sebagai berikut:
S12
F=---
Keterangan:
F = Homogenitas
S 12
= Varians terbesar
Sl = Varians terkecil
Fhitung :S Fiabel = Sampel homogen
Fhitung 2:: F1abe1 = Sampel tidak homogen
Maka, data skor pre test, yaitu
Diketahui:
S12 = 151,98
sl = 35,978
Jawab:
151,98 = 4 22 35,978 ,
113
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, didapatkan Fhit = 4,22 dengan n = 58 pada
taraf kepercayaan 95 % (cr = 0,05) diperoleh Fiab = 1,85. Maka kedua kelompok
penelitian dinyatakan bersifat tidak homogen, karena memenuhi kriteria Fhit 2:: Fiab
(4,222:: 1,85)
Lampiran 10
Perhitnngan Uji Homogenitas Data Skor Post te.~t
Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Perhitungan uji homogenitas dengan rumusan, sebagai berikut:
S12
F=---
s/
Keterangan:
F = Homogenitas
S 12 = Varians terbesar
sl = Varians terkecil
Fh1tung :S: Frabel = Sampel homogen
Fhitung ?:: Ftabel = Sampel tidak homogen
Maka, data skor post test, yaitu
Diketahui:
S12 = 296,296
S22 = 164,579
Jawab:
296,296 --- = l,80 164,579
114
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, didapatkan Fhit = 1,80 dengan n = 58 pada
taraf kepercayaan 95 % (a = 0,05) diperoleh F1ab = l,85. Maka kedua kelompok
penelitian dinyatakan bersifat homogen, karena memenuhi kriteria Fhit:S: Frab (1,80
s l,85).
Lampiran 11
PERPUSTAKAAN UTA.MA UIN SYAHlll JAKARTA
Perhitungan Pengujian Hipotesis (uji t) Data Skor Pre test
Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Kriteria pengujian hipotesis adalah, sebagai berikut:
115
Ho : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan Model Cooperative
Learning telrnik Numbered Heads Together terhadap hasil belajar.
Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan Model Cooperative
Learning telrnik Numbered Heads Together terhadap hasil belajar.
Dimana,
Jika t hitung > t tabel, maka tolak Ho dan Ha diterima
Jika t hitung < t tabel, maka terima Ho dan Ha ditolak
Diketahui:
Data skor pre test dalam uji normalitas mengalami sebaran data yang normal,
sedangkan dalam uji homogenitas data kedua sample adalah tidak homogen, maka
uji hipotesis (uji t) yang digunaka11 adalah:
I X 1 -X 2 t =
Ketera11ga11:
X1 da11X2
V1 da11 V2
111da11112
Jawab:
= rata-rata hitung data kelompok 1 dan 2
= varians data kelompok 1 da11 2
= jumlah sampel kelompok 1 da11 2
Dari data diperoleh:
= 36,86
= 35,46
V1 = 35,978
V2 = 151,98
Sehingga: t 1 adalah
ti = 36,86-35,46
35,9782 151,982
---+---28 30
ti = 1,4
1294,42 23097,92 --'--+---
28 30
ti = 1,4
~46,23 + 769,93
ti --;=1='4= = 0,049
~816,16
Kemudian dihitung nilai kritis tabel, yaitu:
v- w 1 t 1 +w 2 t 2 111\..t = ± ~~-~~
W 1 + W 2
Dimana: w 1 =~ 111
Sehingga diperoleh:
35,9782
= 46 23 W1 28 '
dan
Dengan a= 0,05, maka:
t1 = t 10.95)(28) = 2,048 dan
t1 = t (0,95)(30) = 2,042
v, w,=-
n,
151,98' = 769 93 w, 30 ,
nK = ± (46,23)(2,048) + (769,93)(2,042) = 2,042
t 46,93 + 7 69 ,93
116
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, diperoleh t 1hitung sebesar 0,049,
rlenQan nKt,ohet nada taraf signifikansi a = 0,05 adalah sebesar 2,042, maka
117
dapat disimpulkan bahwa t\itung < t tabel (0,049 < 2,042), hipotesis no! (Ho)
diterima, dan Hipotesis alternatif (Ha) ditolak, yang berarti bahwa tidak
terdapat perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Karena kedua belum mendapatkan perlakuan.
Lampiran 12
Perhitungan Pengujian Hipotesis (uji t) Data Skor Post test
Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Kriteria pengujian hipotesis adalah, sebagai berikut:
118
Ho : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan Model Cooperative
Learning teknik Numbered Heads Together terhadap hasil belajar.
Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan Model Cooperative
Learning telmik Numbered Heads Together terhadap basil belajar.
Dimana,
Jika t hitung > t tabel, maka tolak Ho dan Ha diterima
Jika t hitung < t tabel, maim terima Ho dan Ha ditolak
Diketahui:
Kedua sampel penelitian adalah berdistribusi normal dan bersifat homogen, maka
uji hipotesis (uji t), yaitu:
X 1-X2 t=-~====
dsg~ Dimana:
dsg =
Keterangan :
(n, -l)V1 + (n 2 -l)V,
nl +n2-2
X1 = rata-rata data kelompok 1
X2 = rata-rata data kelompok 2
n1 = banyak data kelompok 1
n2 = banyak data kelompok 2
V 1 = varians data kelompok 1 (Sd1)2
Jawab:
t = hasil hitung distribusi
dsg = nilai deviasi standar gabungan
dsg = (28-1) 296,296 + (30-1) 164,579
28+30-2
dsg = )228,05
= 15,10
t =
=
=
60-50,8
15,lOJH
9,2
15,10 x 0,2628
9,2
3,968
2,318
119
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, di dapatkan t hit = 2,318 dengan taraf
signifikansi a = 0,05 dan derajat kebebasan ( df/db = 28 + 30 - 2 = 56),
maka diperoleh t tab = 2,000, maka t hit > t tab (2,318 > 2,000) adalah
menolak Ho dan menerima Ha. Dengan demikian penelitian ini dapat
menguji kebenaran hipotesis, yaitu Model Cooperative Learning teknik
Numbered Heads Together memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
hasil belajar.
Lampiran 13
RENCANAPELAKSANAANPE~fBELAJARAN KELOMPOK EKSPERIMEN
Unit Sekolah
Mata Pelajaran
Kelas I Semester
Alokasi Waktu
Pertemuan ke-
A. STANDAR KOMPETENSI
: MA Jam'iyyah Islamiyyah
: Kimia
: X/2
: 2 X45 menit
: 1
120
Memahami sifat-sifat larutan non-elektrolit dan elektrolit, serta reaksi
oksidasi-reduksi
B. KOMPETENSI DASAR
Menjelaskan perkembangan konsep reaksi oksidasi-reduksi dan
hubungannya dengan tata nama senyawa serta penerapannya.
C. INDIKATOR
1. Membedakan konsep oksidasi reduksi ditinjau dari penggabungan dan
pelepasan oksigen, pelepasan dan penerimaan elektron, serta
peningkatan dan penurunan bilangan oksidasi.
2. Menggambarkan peranan konsep redoks berdasarkan pengikatan dan
pelepasan oksigen dan pelepasan dan penerimaan elektron dalam
kehidupan sehari-hari.
D. TUJUAN PEMBELAJARAN
I. Siswa dapat menjelaskan dan membedakan konsep oksidasi reduksi
ditinjau dari penggabungan dan pelepasan oksigen dan pelepasan dan
penerimaan elektron.
2. Siswa dapat menggambarkan peranan konsep redoks berdasarkan
pengikatan dan pelepasan oksigen dalam kehidupan sehari-hari.
3. Siswa dapat menggambarkan peranan konsep redoks berdasarkan
pelepasan dan penerimaan elektron dalam kehidupan sehari-hari.
121
4. Siswa dapat Melakukan kerja sama kelompok dengan kompak dan
mengembangkan kemampuan metode ilmiah.
E. MATERI PEMBELAJARAN
Perkembangan Reaksi Reduksi-Oksidasi
1. Konsep oksidasi dan reduksi ditinjau berdasarkan penggabungan dan
pelepasan oksigen.
Reaksi oksidasi adalah reaksi penggabungan oksigen oleh suatu zat
Reaksi reduksi adalah Reduksi adalah reaksi pelepasan oksigen oleh
suatu zat
Contoh reaksi oksidasi:
4 Fe+ 3 02 -7 2 Fe203 ( pengolahan bijih besi)
- C + 02-7C02
- CH4 + 2 0 2 -7 C02 + 2 H20 ( reaksi pembakaran)
- C6H1206 + 6 02 -7 6 C02 + 6 H20 (sistem respirasif.,-.~rnapasan)
Contoh reaksi reduksi:
C02 -7 C + 02
- 2H202 -7 2H20 + 02
6 C02 + 6 H20 -7 C6H1206 + 6 02 (fotosintesis tumbuhan)
Contoh dalam kehidupan sehari-hari adalah perkaratan besi,
fotosintesis tumbuhan, pernafasan makhluk hidup, pengolahan bijih
besi, proses pembakaran bahan bakar, dan reaksi buah ape! dan
kentang yang terkelupas berubah warna menjadi berwarna kecoklatan.
2. Konsep oksidasi dan reduksi ditinjau berdasarkan pelepasan dan
penerimaan elektron.
Reaksi oksidasi adalah reaksi yang berkaitan dengan pelepasan
elektron dari suatu zat.
Reaksi reduksi adalah reaksi yang berkaitan dengan penerimaan
elektron oleh suatu zat.
Contoh Reaksi oksidasi:
Na 7 Na++ e·
Ca 7 Ca2+ + 2 e·
Al 7 Al3+ + 3 e·
Pb 7 Pb2+ + 2 e·
122
Contoh reaksi reduksi:
- Ch + 2 e· -7 2 er - 02 + 2 e· 7 02-- Na++ e· 7 Na
- Au3+ + 3 e· 7 Au
Contoh konsep redoks yang berhubungan serah terima elektron adalah
Reaksi pembentukkan garam dapur (NaCl), Induksi elektromagnet
seperti penggaris mempunyai kekuatan magnet terhadap kertas setelah
digosokkan ke rambut, Pembusukan sampah dan Proses pengolahan
tape.
F. METODE PEMBELAJARAN
l. Model cooperative learning
2. Teknik numbered Head Together (NHT)
G. KEGIATAN PEMBELAJARAN
r--Tahapan Peranan Guru Peranan Siswa
Alokasi Kegiatan waktu
I Fase I : Mcnyampaikan tujuan dan i memotivasi siswa
• menciptakan lingkungan belajar, • Berdoadan 3' seperti berdoa dan salam menyiapkan alat
• Menjelaskan tujuan pembelajaran dan bahan-bahan yang dicapai dari materi yang akan pelajaran
Kegiatan dibahas • Siswa mencatat awol • Memotivasi siswa dengan sikap poin-poin penting 7'
keterbukaan dan sambutan yang yang harus baik terhadap siswa diketahui dalam
pembelajaran • Siap melakukan
proses pembelajaran
123
Kegiatnn Fase II : Menyajiknn informasi inti • Siswa menuliskan 30'
Menyediakan dan memberikan basil beberapa contoh reaksi reduksi- identifikasinya di oksidasi yang terjadi di lingkungan dalam ker'.as dan sekitar, yaitu besi (paku) atau logam menjawab dengan yang berkarat, kemudian menugaskan lantang apa yang siswa untuk mengidentifikasi ha! mereka tuliskan. tersebut.
• Memperhatikan dan menjelaskan materi pembelajaran mencatat hal-hal konsep redoks yang berhubungan penting yang dengan penggabungan dan pelepasan berkaitan dengan oksigen yang diintegrasikan dengan konsep nilai. pembelajaran dan Misatnya: paku yang berkarat integrasi merupakan basil reaksi antara logarn kandungan pada besi dengan oksigen yang ada di nilainya udara (nilai intelektual), kemudian bagaimana cara kita untuk menghindari dan mengharnbat terjadinya perkaratan (nilai praktis), serta membelajarkan nilai religius, yaitu paku yang berkarat menunjukkan bahwa setiap makhluk memiliki batasan usia, hingga dia lapuk dan rusak
• Bertanya atau mem berikan kesempatan kepada memberikan siswa untuk bertanya dan melakukan pendapat mengenai diskusi kelas hat- hat yang
berkaitan dengan menjelaskan materi pembetajaran pembelajaran konsep redoks yang bcrhubungan dengan penerimaan dan petepasan etektron yang diintegrasikan dengan nilai. Misatnya serah terima yang terjadi dalam konsep reaksi reduksi-oksidasi diumpamakan sebagai perbuatan tolong-menotong yang harus ditakukan agar kehidupan menjadi tebih baik (nitai sosiat) • Bertanya atau
memberikan memberikan kesempatan kepada pendapat mengenai siswa untuk bertanya dan melakukan hat- hat yang diskusi ketas berkai tan dengan
pembetajaran
Fase III: Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
Menerapkan pembelajaran kooperatif teknik NHT, yaitu: • Membagi siswa menjadi 5
kelompok (terdiri dari 5 - 6 orang) dan memberi nomor (numbering).
• Memberikan pertanyaan (questioning) dalarn bentuk Lembar Kerja Kelompok mengenai pembelajaran yang berhubungan dengan konsep redoks berdasarkan oksigen dan serah terima elektron:
C,H120, + 6 02 ~ 6 C02 + 6 H20 Termasuk reaksi apakah persamaan reaksi di atas? Adakah hubungan Konsep redoks ini dengan nilai-nilai religius, sosial, nilai keintelektualan dan nilai praktis dalarn kehidupan? Sebutkan dan jelaskan!
Fase IV: Mcrnbimbing kelompok bekerja dan belajar
Secara teratur duduk membentuk kelompok dan segera melakukan diskusi pembelajaran kooperatif teknik NHT yang berkaitan dengan konsep redoks yang berhubungan dengan penggablinglltl dan pelepasan oksigen dan yang berhubungan dengan penerimaan dan pelepasan elektron
Aktif melakukan diskusi dalarn
• Menugaskan dan membimbing memecahkan siswa untuk melakukan diskusi pennasalahan secara ke!ompok untuk menjawab kooperatif pennasalahan yang dajukan (head toge/lier)
• Memeriksa prosedur yang digunakan siswa dalarn menjawab dan menyelesaikan pennasalahan dengan menggunakan metode ilmiah secara tepat
• Membimbing siswa untuk saling bekerja sarna dan bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan
• Bertanya kepada siswa dengan menyebutkan satu nomor dari tiap kelompok untuk melaporkan hasil diskusi (answering)
Melakukan kerjasarna secara kondusif dan saling mendukung sesama anggota kelompok
Siswayang disebutkan nomomya menjawab permasalahan yang diajukan dan nomor yang lain yang sarna dapat memberikan argumen berdasarkan
124
35'
Kegiatan akhir
Fase V: Evaluasi
hasil diskusi kelompoknya Menyimpulkan hasil diskusi pembelajaran dengan teoat
• Melakukan evaluasi dengan cal'a Mengkoreksi dan 15' menyimpulkan dan memberikan memperhatikan penjelasan kembali mengenai konsep pembelajaran konsep pembelajaran yang tepat yang belum diketabui berdasarkan hasil diskusi
• Menugaskan kepada siswa untuk Mengerjakan dan mencari hal-hal yang berkaitan mengumpulkan lugas dengan konsep redoks yang sesuai batas yang berhubungan oksigen dan serab ditentukan terima elektron di dalam kehidupan sehari-hari dengan melalui artikel, jumal, koran, televisi, internet dsb.
Fase VI: Memberikan pcngbargaan
Memberikan pengbargaan terhadap anggota terbaik dalarn kelompok dan kelompok yang terbaik
Siswa merasa antusias dan bangga terhadap hasil yang dicapai dan berupaya untuk meniadi lebih baik
H. SUMBER DAN BAHAN PEMBELAJARAN
125
1. Sutrisna dan Lisa Listiana. 2006. Spektrum Kimia untuk Ke/as X, Ed. 3,
cet. I. Bandung: Sinergi Pustaka Indonesia.
2. Sudarmo, Unggul. 2004. Kimia SMA I. Jakarta: Erlangga
3. Johari dan Rachmawati. 2006. Kimia SMA dan MA untuk Kelas X Jil.
I. Jakarta: Gelora Aksara Pratama
4. Lem bar kerja Kelompok
5. Paku / logam yang berkarat
I. PENILAIAN
I. Penilaian performance dilakukan melalui pengamatan pada saat peserta
didik melakukan kegiatan.
2. Penilaian laporan tertulis/pekerjaan rumah
RENCANAPELAKSANAANPEMBELAJARAN KELOMPOK EKSPERIMEN
Unit Seko!ah
Mata Pelajaran
Kelas I Semester
Alokasi Waktu
Pertemuan ke-
A. STANDAR KOMPETENSI
: MA Jam'iyyah Islamiyyah
: Kimia
:X/2
: 2 X 45 menit
:2
126
Memahami sifat-sifat larutan non-elektrolit dan elektrolit, serta reaksi
oksidasi-reduksi
B. KOMPETENSI DASAR
Menjelaskan perkembangan konsep reaksi oksidasi-reduksi dan
hubungannya dengan tata nama senyawa serta penerapannya.
C. INDIKATOR
I. Menentukan bilangan oksidasi unsur suatu senyawa.
2. Menjelaskan konsep redoks yang berhubungan dan perubahan bilangan
oksidasi
3. Menentukan reaksi oksidasi dan reaksi reduksi dalam persamaan reaksi
berdasarkan konsep redoks yang berhubungan dengan perubahan
bilangan oksidasi
4. Menggambarkan peranan konsep redoks berdasarkan perubahan
bilangan oksidasi dalam kehidupan sehari-hari.
D. TUJUAN PEMBELAJARAN
I. Siswa mampu menentukan bilangan oksidasi unsur suatu senyawa.
2. Siswa mampu menjelaskan konsep redoks yang berhubungan dan
perubahan bilangan oksidasi
3. Siswa mampu menentukan reaksi oksidasi dan reaksi reduksi dalam
persamaan reaksi berdasarkan konsep redoks yang berhubungan dengan
perubahan bilangan oksidasi
127
4. Siswa mampu menggambarkan peranan konsep redoks berdasarkan
perubahan bilangan oksidasi dalam kehidupan sehari-hari.
E. MATERI PEMBELAJARAN
BILANGAN OKSIDASI
Bilangan oksidasi (biloks atau bo) adalah bilangan yang menunjukkan
muatan yang disumbangkan oleh atom unsur tersebut pada molekul atau
ion yang dibentuknya. Misalnya pada NaCl yang terbentuk melalui ikatan
ion, maka bilangan oksidasi Na adalah + 1 dan bilangan oksidasi Cl adalah
-1. Untuk senyawa HCI yang terbentuk melalui ikatan kovalen, H lebih
elektropositif mempunyai bilangan oksidasi +I, sedangkan Cl lebih
elektronegatif mempunyai bilangan oksidasi - I.
Secara umum, untuk dua atom yang berikatan secara ionik maupun
kovalen berlaku:
- Atom unsur dengan keeiektronegatifan lebih besar akan mempunyai
bilangan oksidasi negatif.
- Atom unsur dengan keelektronegatifan lebih kecil (lebih elektropositif)
mempunyai bilangan oksidasi positif.
Berikut ini bebrapa aturan yang dapat membantu menentukan bilangan
oksidasi suatu atom.
Aturan Peuentuan Bilangau Oksidasi Unsur
1. Bilangan oksidasi unsur bebas adalah 0 (no!)
Contoh: Na, Mg, P4, 0 2, Ar, dan lain-lain
2. Bilangan oksidasi (biloks) hidrogen (I-I) dalam senyawanya adalah +I
Contoh: H20, NH3, HCI, NaOH, kecuali dalam senyawa hidrida
mempunyai biloks = -1, seperti: LiH, NaH, CaH2
3. Biloks unsur oksigen (0) dalam senyawanya adalah -2
Contoh: NaOH, H20, MgO, kecuali dalam senyawa berikut ini:
- flourida (senyawa OF2), biloksnya adalah +2
128
- peroksida, biloksnya adalah -I, contoh: H202, Na20 2
- superoksida, biloksnya adalah - Yz, contoh: K02, Rb02
4. Biloks unsur dari ion monoatomik adalah sama dengan muatannya
Contoh: - bilok ion Fe2+ = +2 - bilok ion er= -1 - bilok ion s2- = -2 - bilok ion Na+ = + 1
5. Biloks unsur Golongan utama I Golongan I A (Li, Na, K, Rb, Cs) dalam
senyawa memiliki biloks = +I
Biloks unsur Golongan II A (Be, Mg, Ca, Sr, Ba, Ra) dalam senyawa
memiliki biloks = + 2
Biloks unsur Golongan III A (B, Al, dan Ga) dalam senyawa memi!iki
biloks = +3
Contoh:
Biloks Na dalam NaOH adalah = + 1
Biloks Ca dalam CaCh adalah = +2
Biloks Al dalam AlC13 adalah = +3
6. Biloks unsur halogen (F, Cl, Br, I), kalau ada dibelakang mempunyai
biloks -1
Contoh:HF, HCl, HI
7. Jumlah biloks unsur-unsur dalam senyawa netral adalah 0 (nol)
Contoh:
Dalam senyawa NaCl, total biloks adalah 0 berdasarkan penjumlahan:
(1 X biloks Na) + (biloks Cl) = 0
Dalam senyawa H2804 , total biloks adalah 0 berdasarkan penjumlahan: (2 x bilok H) + (bilok S) + (4 x bilok 0) = 0
8. Jumlah biloks unsur-unsur dalam ion adalah sebesar jumlah muatannya.
Contoh:
Dalam N03-, total biloksnya adalah -1 berdasarkan penjumlahan
(l x biloks N) + (3 x biloks 0) = -l
Dalam NI-Li+, total bi!oksnya adalah +I berdasarkan penjumlahan
(1 x Biloks N) + (4 x biloks H) = +l
129
Perkembangan Konsep Redoks yang Berhubungan dengan
perubahan biloks
Reaksi oksidasi adalah reaksi dimana biloks suatu unsur dalam senyawa
naik
Reaksi reduksi adalah reaksi dimana biloks suatu unsur dalam senyawa
tu run
Contoh:
Na + HCl -7 NaCl + H2
Yaitu Na mengalami reaksi oksidasi, biloksnya naik dari 0 menjadi +l
H dalam HCl mengalami reaksi reduksi, biloksnya turun dari + 1
menjadi 0
F. METODE PEMBELAJARAN
1. Model cooperative learning
2. Teknik numbered Head Together (NHT)
G. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Taha pan Peranan Guru Peranan Siswa
Alokasi Keeiatan waktu
Fase I : Menyampaikan tujnall dan memotivasi siswa
• menciptakan lingkungan Berdoadan 3' belajar, seperti berdoa dan menyiapkan alat dan salam bahan-bahan
Kegiatan • Menjelaskan tujuan pelajaran 9\\'31 pembelajaran yang dicapai dari
materi yang akan dibahas Siswa merasa 7' • Memotivasi siswa dengan antusias menjawab
Bertanya dan mengingatkan dengan
kembali konsep redoks yang mengacungkan telah dipelajari sebelumnya tangan dalam diskusi
kelas Fase II : Menyajikan informasi
Kegiatan menjelaskan materi pembelajaran Memperhatikan dan 30' inti aturan penentuan bilangan mencatat hal-hal
oksidasi unsur dan konsep redoks penting yang yang berhubungan dengan berkaitan dengan
I
I
i30
kenaikan clan pennrunan biloks konsep pembelajaran yang diintegrasikan dengan nilai, yaitu kenaikan dan penmunan bilangan oksidasi dalam suatu senyawa menunjukkan adanya keteraturan ciptaan Tuhan YME (nilai religius), kenaikan dan penurunan bilangan oksidasi mengajarkan kepada kita untuk tidak bersikap sombong terhadap segala sesuatu, karena kita semua memiliki keterbatasan (nilai religius), Penentuan biloks unsur
I dalam suatu senyawa Bertanya atau mengajarkan kepada kita untuk memberikan menggunakanaturan dan metode pendapat mengenai ilmiah yang tepat dalam hal- ha! yang menyelesaikan masalah sebagai berkaitan dengan nilai intelektual pembelajaran.
Aktif mengikuti memberikan kesempatan kepada dengan seksama, peserta didik untuk bertanya dan menjawab soal yang melakukan diskusi kelas diberikan.
Bersama-sama siswa berlatih menentukan biloks suatu unsur. Berlatih bersama sebagai upaya interaksi positif di dalam kelas mengajrkan kepada kita nilai-nilai sosial.
Fase III: Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar Menerapkan pembelajaran Secara teratur duduk 40' kooperatifteknik NHT, yaitu: membentuk • Membagi siswa menjadi 5 kelompok dan segera
kelompok (terdiri dari 5 - 6 melakukan diskusi orang) dan memberi nomor pembelajaran (numhetlng). kooperatifteknik
• Memberikan pertanyaan NHT yang berkaitan (questioning) dalam bentuk dengan aturan Lem bar Kerja Kelompok penentuan biloks mengenai pembelajaran yang suatu unsur clan berhubungan dengan konsep konsep redoks redoks berdasarkan kenaikan berdasarkan dan oenurunan biloks: perubahan bilangan
Kegiatnn akhir
Tentukanlah biloks unsur yang dicetak tebal dalam senyawa berikut ini! HzSO., HN03• CaCh
Fase IV: Membimbing kelompok bekcrja dan belajar • Menugaskan dan membimbing
siswa untuk melakukan diskusi kelompok untuk menjawab permasalahan yang dajukan (head together)
• Memeriksa prosedur yang digunakan peserta didik dalarn menjawab dan menyelesaikan permasalahan dengan menggunakan metode ilmiah secara tepat
I • Membimbing siswa untuk
sating bekerja sarna dan bertanggungjawab terhadap tugas yang diberikan
• Bertanya kepada siswa dengan menyebutkan satu nomor dari tiap kelompok untuk melaporkan hasil diskusi (am:wering)
Fase V: Evaluasi
• Melakukan evaluasi dengan cara menyimpulkan dan memberikan penjelasan kembali mengenai konsep pembelajaran yang tepat berdasarkan hasil diskusi
• Mengingatkan kepada siswa untuk mempelajari lagi konsep pembelajaran hari ini dan sebelumnya
f<ase VI: penghargaan
Memberikan
oksidasi
Aktif melakukan diskusi dalarn memecahkan permasalahan secara kooperatif
Melakukan kerjasarna secara kondusif dan saling mendukung sesarna anggota kelompok
Siswa yang disebutkan nomornya menjawab permasalahan yang diaj ukan dan nomor yang lain yang sama dapat memberikan argumen berd~.sarkan hasil diskusi kelomooknva
Menyimpulkan hasil diskusi pembelajaran dengan tepat
Mencatat dan mendengarkan dengan tertib
Memberikan penghargaan Siswa merasa terhadao an<mota terbaik dalam antusias dan bangga
13 J
IO'
132
kelompok dan kelompok yang terhadap hasil yang terbaik dicapai dan berupaya
untuk menjadi lebih baik
H. SUMBER DAN BAHAN PEMBELAJARAN
I. Sutrisna dan Lisa Listiana. 2006. Spektrum Kimia untuk Ke/as x; Ed. 3,
cet. I. Bandung: Sinergi Pustaka Indonesia.
2. Sudarmo, Unggul. 2004. Kimia SMA 1. Jakarta: Erlangga
3. Johari dan Rachmawati. 2006. Kimia SMA dan MA untuk Ke/as X Jil.
I. Jakarta: Gelora Aksara Pratama
4. Lem bar kerja Kelompok
I. PENILAIAN
1. Penilaian performance dilakukan melalui pengamatan pada saat siswa
melakukan kegiatan pembelajaran
RENCANAPELAKSANAANPEMBELAJARAN KELOMPOK EKSPERIMEN
Unit Sekolah
Mata Pelajaran
Kelas I Semester
Alokasi Waktu
Pertemuan ke-
A. STANDAR KOMPETENSI
: MA Jam'iyyah Isalmiyyah
: Kimia
:X/2
: 2 X 45 menit
; 3
133
~.fomahami sifat-sifat larutan non-elektrolit dan elektrolit, serta reaksi
oksidasi-reduksi
B. KOMPETENSI DASAR
Menjelaskan perkembangan konsep reaksi oksidasi-reduksi dan
hubungannya dengan tata nama senyawa serta penerapannya.
C. INDIKATOR
I. Menentukan reaksi oksidasi dan reaksi reduksi dalam persamaan reaksi
berdasarkan konsep redoks yang berhubungan dengan perubahan
bilangan oksidasi
2. Menentukan reduktor dan oksidator dalam persamaan reaksi redoks
3. Mertjelaskan reaksi autoredoks
D. TUJUAN PEMBELAJARAN
l. Siswa dapat menentukan reaksi oksidasi dan reaksi reduksi dalam
persamaan reaksi berdasarkan konsep redoks yang berhubungan
dengan perubahan bilangan oksidasi
2. Siswa dapat menentukan reduktor dan oksidator dalam persamaan
reaksi redoks
3. Siswa dapat menjelaskan reaksi autoredoks
134
E. MATERI PEMBELAJARAN
Pcngertian reduktor dan oksidator dalam persamaan reaksi redoks
Reduktor adalah zat yang mengalami oksidasi.
Oksidator adalah zat yang mengalami reduksi.
Reaksi autoredoks
Adalah reaksi redoks yang salah satu zat pereaksinya dapat mengalami
oksidasi (sebagai reduktor) dan juga sekaligus mengalami reduksi (sebagai
oksidator)
Jadi, dalam reaksi autoredoks, oksidator dan reduktor dimiliki oleh zat yag
sama.
Contoh:
3 Cb + 6 NaOH -7 5 NaCl + NaCl03 + 3 H20
- C]z mengalami reduksi .~~rhadap NaCl, yaitu biloks dari 0 menjadi -I
Cb mengalami oksidasi terhadap NaC103, yaitu biloks dari 0 menjadi +5
- Cb bertindak sebagai oksidator dan reduktor
F. METODE PEMBELAJARAN
I. Menggunakan model cooperative learning
2. Menggunakan teknik numbered Head Together (NHT)
G. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Taha pan Peranan Guru Peranan Siswa
Alokasi Kegiatan waktu
Fase I : Menyampaikan tujuan dan memotivasi sis\\'a • menciptakan lingkungan Berdoa dan
belajar, seperti berdoa dan menyiapkan ala! dan 3' salam bahan-bahan
Kegiatan • Menjelaskan tujuan pelajaran awal pembelajaran yang dicapai
dari materi yang akan dibahas • Memotivasi siswa dengan Siswa merasa 7'
memberikan umpan balik antusias
kepada siswa hasil peningkatan belaiar siswa
135
Fase II : Menyajikan informasi menjelaskan materi Memperhatikan dan 30' pembelajaran penentuan reduktor mencatat hal-hal dan oksidator di dalam penting yang persamaan reaksi serta berkaitan dengan menjelaskan reaksi autoredoks. konsep pembelajaran Penentuan reduktor dan oksidator dalam reaksi reduksi-oksidasi mengajarkan kepada kita untuk menjadi pribadi yang bertanggung jawab dan menjalankan tugas (nilai intelektual, religius, sosial)
memberikan kesempatan kepada Bertanya atau peserta didik untuk bertanya dan memberikan melakukan dis!msi kelas pendapat mengenai
ha!- hal yang berkaitan dengan pembelajaran
Bersama-sama siswa berlatih Akti f mengikuti menentukan biloks suatu unsur dengan seksarna, untuk mengetahui reduktor dan menjawab soal yang
Kegiatan oksidator diberikan. inti
Fase III: Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
I Menerapkan pembelajaran kooperatif teknik NHT, yaitu: Secara teratur duduk 40' • Membagi peserta didik membentuk
menjadi beberapa kelompok kelompok dan segera dan memberi nomor melakukan diskusi (numbering). pembelajaran
• Memberikan pertanyaan kooperatifteknik (questioning) dalarn bentuk NHT yang berkaitan Lembar Kerja Kelompok dengan penentuan mengenai pembelajaran yang oksidator dan berhubungan dengan konsep reduktor dalam redoks berdasarkan kenaikan persamaan reaksi
dan penurunan biloks:
Tentukanlah reduktor dan oksidator dalam persamaan reaksi di bairah inii! - 2 Mg + 0 2 -'? 2 MgO
- Ba + Cl2 -'? BaCl2
Kegiatan akhir
Fase IV: Membimbing kelompok beker.ia dan belajar • Menugaskan dan membimbing
siswa untuk melakukan diskusi kelompok untuk menjawab permasalaban yang dajukan (ltead togetha)
• Memeriksa prosedur yang digunakan peserta didik dalam menjawab dan menyelesaikan permasalaban dengan menggunakan metode ilmiah secara tepat
• Membimbing siswa untuk saling bekerja sama dan bertanggung jaw!lb terhadap tugas yang diberikan
• Bertanya kepada siswa dengan menyebutkan satu nomor dari tiap kelompok untuk melaporkan hasil diskusi (answering)
Fase V: Evaluasi • Melakukan evalu!!Si dengan
cara menyimpulkan dan memberikan penjelasan kembali mengenai konsep pembelajaran yang tepat berdasarkan hasil diskusi
Fase VI: Memberikan penghargaan • Memberikan penghargaan
terhadap anggota terbaik dalam kelompok dan kelompok yang terbaik
• Menugaskan kepada siswa untuk mempelajari kembali mateli pembelajaran hari ini dan sebelumya sebagaj persiapan persiapan post tes
Aktif melakukan diskusi dalam memecabkan permasalaban secara kooperatif
Melakukan kerjasama secara kOI\dusif dan saling mendukung sesruna anggota kelompok
Siswayang disebutkan nomornya menjawab permasalaban yang diajukan dan nomor yang lain yang sama dapat memberikan argumen berdasarkan hasil diskusi kelomooknva
Menyimpulkan hasil diskusi pembelajaran dengan tepat dan aktif secara bersamasama mengulang dalam menjela~kan mateli sebelumya
Siswa merasa antusias dan bangga terhadap hasil yang dicapai dan berupaya untuk menjadi lebih baik
136
10'
137
H. SUMBER DAN BARAN PEMBELAJARAN
1. Sutrisna dan Lisa Listiana. 2006. Spektrum Kimia untuk Kelas X, Ed. 3,
cet. I. Bandung: Sinergi Pustaka Indonesia.
2. Sudarmo, Unggul. 2004. Kimia SMA I. Jakarta: Erlangga
3. Johari dan Rachmawati. 2006. Kimia SMA dan MA untuk Kelas X Jil.
I. Jakarta: Gelora Aksara Pratama
4. Lembar kerja Kelompok
I. PENII.AIAN
1. Penilaian performance dilakukan melalui pengamatan pada saat peserta
didik melakukan kegiatan.
Guru Bidang Studi
Abdul Rahman Nim.104016200426
138
Lampiran 14
MODUL DAN LKS PEMBELAJARAN
Pertemuan Ke-1
Ingatlah ketika anda sedang makan buah apel yang segar. Andaikan anda tidak segera menghabiskan ape! yang sudah dikupas, apakah ape! tetap segar seperti semula? Perlahan-lahan pada permukaan ape! yang semula putih segar tersebut akan berubah menjadi coklat. Kejadian tersebut juga terjadi pada sayur-sayuran, seperti kentang dan terong. Perhatikan benda-benda dari besi yang ada di sekitarmu. Ketika cat yang melapisinya terkelupas, maka lama kelamaan akan berkarat dan berubah menjadi hitam. Apa yang menyebabkan terjadinya perubahan wama pada buah, sayur dan besi tersebut? Mengapa perubahan tersebut tidak terjadi ketika kulit belum dikupas? Terjadinya perubahan warna tersebut menunjukkan bahwa reaksi kimia telah terjadi. Jenis reaksi apakah yang terjadi? Suatu petunjuk penting untuk memecahkan teka-teki tersebut adalah pengamatan bahwa perubahan wama pada apel, kentang dan terong terjadi hanya_ bila kulit dikupas dan perkaratan besi terjadi jika cat terkelupas. Perubahan wama pada buah dan sayur serta perkaratan pada besi merupakan contoh reaksi reduksi dan oksidasi.
Perkembangan Reaksi Rednksi-Oksidasi
1. Konsep oksidasi dan reduksi ditinjau berdasarkan penggabungan dan
pe!epasan oksigen.
Rcaksi oksidasi adalah reaksi penggabungan oksigen oleh suatu zat
Reaksi reduksi adalah Reduksi adalah reaksi pelepasan oksigen oleh suatu zat
Beberapa Contoh persamaan reaksi oksidasi:
• 4 Fe+ 3 02 7 2 Fe203
* C + 0 2 7 C02
* CH4 + 2 02 7 C02 + 2 H20
* C6H1206 + 6 0, 7 6 CO, + 6 H20
Beberapa Contoh persamaan reaksi reduksi:
*C02-7C+02
* 2 H202 7 2 H20 + 02
* 6 C02 + 6 H20 7 C6H1206 + 6 02
139
2. Konsep oksidasi dan reduksi ditinjau berdasarkan pelepasan dan
penerimaan elektron.
Reaksi oksidasi adalah reaksi yang berkaitan dengan pelepasan elektron dari
suatu zat.
Reaksi reduksi adalah reaksi yang berkaitan dengan penerimaan elektron oleh
suatu zat.
Contoh Reaksi oksidasi:
Na -7 Na+ + e·
Ca -7 Ca2+ + 2e·
Al -7 Al3+ + 3 e·
Pb -7 Pb2+ + 2 e·
Contoh reaksi reduksi:
- Ch + 2 e· -7 2 er - 02 + 2 e· -7 0 2·
- Na+ + e· -7 Na
- Au3+ + 3 e· -7 Au
Nama kelompok
Anggota kelompok
Pembahasan:
Lembar Kerja Kelompok
Jawablah pertanyaan ini dengan tepat, sistematis, dan logis!
140
I. Jeiaskan pengertian reaksi reduksi dan oksidasi di bawah ini. Kemudian
berikan contoh yang kamu ketahui.
a. Berdasarkan konsep yang dihubungkan dengan oksigen
b. Berdasarkan konsep yang dihubungkan dengan serah terima elektron
2. Tentukan mana yang termasuk reaksi oksidasi dan yang mana reaksi reduksi!
a. C2H4 + 302 -7 2C02 + 2H20 ( ........................................... )
b. 2Pb02 -7 2Pb0 + 02 ( ........................................... )
c. 2 Br· -7 Br2 + 2 e· ( ........................................... )
d. Zn2+ + 2 e· -7 Zn ( ........................................... )
e. K -7 K+ ( ........................................... )
3. Analisa dan buatlah suatu kesimpulan dari pemyataan berikut, berdasarkan
pemahaman konsep reaksi redoks yang telah kamu pelajari.
a. Logam besi disekeliling rumah mengalami perkaratan.
141
b. Pembusukan sampah clan menimbulkan bau yang tidak sedap.
c. Asap kendaraan bermotor dan sistem pernapasan manusia
Pertemuau Ke-2
BILANGAN OKSIDASI
142
Bilangan oksidasi (biloks atau bo) adalah bilangan yang menunjukkan muatan
yang disumbangkan oleh atom unsur tersebut pada molekul atau ion yang
dibentuknya. Misalnya pada NaCl yang terbentuk melalui ikatan ion, maka
bilangan oksidasi Na adalah +I dan bilangan oksidasi Cl adalah -1. Untuk
senyawa HCI yang terbentuk melalui ikatan kovalen, H lebih elektropositif
mempunyai bilangan oksidasi +I, sedangkan Cl lebih elektronegatif mempunyai
bilangan oksidasi -1.
Secara umum, untuk dua atom yang berikatan secara ionik maupun kovalen
berlaku:
- Atom unsur dengan keelektronegatifan lebih besar akan mempunyai bilangan
oksidasi negatif.
Atom unsur dengan keelektronegatifan lebih kecil (lebih elektropositif)
mempunyai bilangan oksidasi positif.
Berikut ini bebrapa aturan yang dapat membantu menentukan bilangan oksidasi
suatu atom.
Aturau Penentuan Bilangan Oksidasi Unsur
I. Bilangan oksidasi unsur bebas adalah 0 (not)
Contoh: Na, Mg, P4, 0 2, Ar, dan lain-lain
2. Bilangan oksidasi (biloks) hidrogen (H) dalam senyawanya adalah + 1
Contoh: H20, NH3, HCI, NaOH, kecuali dalam senyawa hidrida mempunyai
biloks = -1, seperti: LiH, NaH, CaH2
3. Biloks unsur oksigen (0) dalam senyawanya adalah -2
Contoh: NaOH, H20, MgO, kecuali dalam senyawa berikut ini:
- flourida (senyawa OF2), biloksnya adalah +2
peroksida, biloksnya adalah -1, contoh: H20 2, Na20 2
- superoksida, biloksnya adalah - V,, contoh: K02, Rb02
4. Biloks unsur dari ion monoatomik adalah sama dengan muatannya.
143
Contoh: - bilok ion Fe2+ = +2 - bilok ion Cr= -1 - bilok ion s2
• = -2 - bilok ion Na+=+ I 5. Biloks unsur Golongan utama I Golongan I A (Li, Na, K, Rb, Cs) dalam
senyawa memiliki biloks = +I
Biloks unsur Golongan II A (Be, Mg, Ca, Sr, Ba, Ra) dalam senyawa memiliki
biloks = + 2
Biloks unsur Golongan Ill A (B, Al, dan Ga) dalam senyawa memiliki biloks =
+3
Contoh:
Biloks Na dalam NaOH adalah =+I
Biloks Ca dalam CaCb adalah = +2
Biloks Al dalam AICh adalah = +3
6. Biloks unsur halogen (F, Cl, Br, I), kalau ada dibelakang mempunyai biloks -1
Contop ·.T-{f, HCl, HI
7. Jumlah biloks unsur-unsur dalam senyawa netral adalah 0 (no!)
Coutoh:
Dalam senyawa NaCl, total biloks adalah 0 berdasarkan penjumlahan:
( l X biloks Na) + (biloks Cl) = 0
Dalam senyawa H2S04, total biloks adalah 0 berdasarkan penjumlahan: (2 x bilok H) + (bilok S) + (4 x bilok 0) = O
8. Jumlah biloks unsur-unsur dalam ion adalah sebesar jumlah muatannya.
Contoh:
Dalam N03·, total biloksnya adalah -1 berdasarkan penjumlahan
(I x biloks N) + (3 x biloks 0) = -1
Dalam NI-I.+, total biloksnya adalah + 1 berdasarkan penjumlahan
(1 x Biloks N) + (4 x biloks H) =+I
Perkembangan Konsep Redoks yang Berhubungan dengan perubahan biloks
Reaksi oksidasi adalah reaksi dimana biloks suatu unsur dalam senyawa naik
Reaksi reduksi adalah reaksi dimana biloks suatu unsur dalam senyawa turun
Contoh:
144
Na + HCl -7 NaCl + H2
Y aitu Na mengalami reaksi oksidasi, biloksnya naik dari 0 menjadi +I
H dalam HCI mengalami reaksi reduksi, biloksnya turun dari + J menjadi 0
Nama kelompok
Anggota kelompok
Tujuan:
Lembar Kerja Kelompok
Siswa dapat menentukan biloks suatu unsur dalam senyawa dan menjelaskan konsep reaksi redoks yang berhubungan dengan kenaikan dan penurunan bilangan oksidasi serta menggambarkan kaitan konsep dengan kehidupan sehari-hari.
Pcmbahasan: Jawablah pertanyaan ini dengan tepat, sistematis, dan logis!
I. Tentukan biloks unsur yang dicetak tebal dalam senyawa berikut!
d. NaCIO ( ..................................................................................................... )
( ..................................................................................................... ) f. Mu(OH)i( ..................................................................................................... )
g. Cr02- ( ..................................................................................................... )
h. Bi(OH)2 +( .......•...........•.......•.•......................•......•.•.....•...••.....•....................•. )
4. Termasuk reaksi reduksi atau oksidasikah perubahan berikut ini:
a. Mno4· -7 Mn2+ ( ..........•..........•....•.•.....•.........••••.................. )
b. so/- -7 so/· ( .................................................................. ) c. Fe3+ -7 Fe2
+ ( ........•..•..........•...•••..•••••..••.....•...••.....•......... )
5. Uraian persamaan reaksi berikut dan tentukan reaksi oksidasi dan reaksi
reduksi pada reaksi-reaksi berikut ini!
a. Ba + Ch -7 BaCh
145
b. 2 Ag+ + Zn -7 2 Ag + Zn2+
6. Tentukan persamaan reaksi di bawah ini, termasuk reaksi redoks atau bukan
redoks!
a. NaOH + HCI -7 NaCl + H20
(bukan reaksi redoks karena biloks unsur-unsur dalam persamaan tersebut
tetap tidak ada yang berubah)
b. Fe203 + CO -7 Fe + COi
d. 2 Mg + 02 -7 2 MgO
Pertemuau Ke-3
Pengertiau reduktor dan oksidator dalam persamaan reaksi redoks
Reduktor adalah zat yang mengalami oksidasi.
Oksidator adalah zat yang mengalami reduksi.
Reaksi autoredoks
146
Adalah reaksi redoks yang salah satu zat pereaksinya dapat merigalami oksidasi
(sebagai reduktor) dan juga sekaligus mengalami reduksi (sebagai oksidator)
Jadi, dalam reaksi autoredoks, oksidator dan reduktcr dimiliki oleh zat yag sama
Contoh:
3 Ch + 6 NaOH -7 5 NaCl + NaC103 + 3 H20
- Cl2 mengalami reduksi terhadap NaCl, yaitu biloks dari 0 menjadi -1
- Ch mengalami oksidasi terhadap NaC103, yaitu biloks dari 0 menjadi +5
- C1• bertindak sebagai oksidator dan reduktor
Nama kelompok
Anggota kelompok
Tujuan:
LEMBAR KERJA KELOMPOK
Siswa dapat menentukan reduktor dan oksidator dalam persamaan reaksi dan dapat menjelaskan adanya reaksi autoredoks.
Pembnhasan: Jawablah pertanyaan ini dengan tepat, sistematis, dan logis!
Tentukanlah reduktor dan oksidator dalam persamaan berikut ini!
e. 2 Fe2+ + Ch -7 2 Fe3+ + 2 Cl -
f. 2 Al + 3 Ch -7 2 AlCb
147
g. CH; + 4 Ch -7 CCl4 + 4 HCI
h. FeO -'-.. CO -7 Fe + C02
i. 3 12 + 6 KOH -7 5 KI + KI03 + 3 H20
148
Lampiran 15
RENCANAPELAKSANAANPEMBELAJARAN KELOMPOK KONTROL
Unit Sekolah
Mata Pelajaran
Kelas I Semester
Alokasi Waktu
Pertemuan Ke-
A. STANDAR KOMPETENSI
: MA Jam'iyyah lslamiyyah
: Kimia
:X/2
: 2 X45 menit
: I
149
Memahami sifat-sifat larutan non-elektron dan elektrolit, serta reaksi
oksidasi-reduksi
B. KOMPETENSI DASAR
Menjelaskan perkembangan konsep reaksi osidasi-reduksi dan
hubungannya dengan tata nama senyawa serta penerapannya.
C. INDIKATOR
I. Membedakan konsep oksidasi reduksi ditinjau dari penggabungan dan
pelepasan oksigen, pelepasan dan penerimaan elektron, serta
peningkatan dan penurunan bilangan oksidasi.
D. TUJUAN PEMBELA.JARAN
I. Siswa dapat membedakan konsep oksidasi reduksi ditinjau dari
penggabungan dan pelepasan oksigen, pelepasan dan penerimaan
elektron, serta peningkatan dan penurunan bilangan oksidasi.
E. MATER! PEMBELAJARAN
I. Perkembangan konsep reaksi reduksi-oksidasi yang dihubungkan
dengan oksigen.
2. Perkembangan konsep reaksi reduksi-oksidasi berdasarkan serah
terima elektron.
F. METODE PEMBELAJARAN
l. Ceramah
\50
G. KEGIATAN PEMBELAJARAN
1. Kegiatan awal
a. Menciptakan lingkungan belajar: salam pembuka dan berdoa
b. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran
c. Apersepsi: peserta didik menjawab pertanyaan tentang konsep
oksidasi dan reduksi.
2. Kegiatan inti
a. Guru menjelaskan perkembangan konsep redoks berdasarkan
penggabungan dan pelepasan oksigen.
b. Guru menjelaskan konsep reaksi oksidasi dan reduksi berdasarkan
serah terima elektron.
c. Guru memberikan contoh persamaan reaksi redoks berdasarkan
konsep redoks yang dihubungkan dengan oksigen dan konsep
redoks ber.-l~sarkan serah terima elektron.
d. Guru menugaskan kepada siswa untuk mengerjakan soal yang
diberikan guru mengenai konsep redoks berdasarkan
penggabungan dan pelepasan oksigen dan konsep redoks
berdasarkan seran terima elektron.
3. Kegiatan akhir
a. Guru menyimpulkan materi pembelajaran.
b. Guru memberikan tugas pekerjaan rumah kepada siswa dan tugas
membaca sub-bab selanjutnya.
H. SUMBER DAN BAHAN PEMBELAJARAN
I. Sutrisna dan Lisa Listiana. 2006. Spektrum Kimia untuk Ke/as X, Ed. 3,
cet. \. Bandung: Sinergi Pustaka Indonesia.
2. Sudarmo, Unggul. 2004. Kimia SMA 1. Jakarta: Erlangga
3. Johari dan Rachmawati. 2006. Kimia SMA dan MA untuk Ke/as X Ji!.
I. Jakarta: Gelora Aksara Pratama
151
I. PENILAIAN
I. Penilaian performance dilakukan melalui pengamatan pada saat
peserta didik melakukan kegiatan.
Guru Bidang Studi
Abdul Rahman Nim. 104016200426
RENCANAPELAKSANAANPEMBELAJARAN KELOMPOK KONTROL
Unit Sekolah
Mata Pelajaran
Kelas I Semester
Alokasi Wakttt
Pertemuan Ke-
A. STANDAR KOMPETENSI
: MA Jam'iyyah Islamiyyah
: Kimia
:X/2
: 2 X 45 menit
:2
152
Memahami sifat-sifat larutan non··elektron dan elektrolit, serta reaksi
oksidasi-reduksi
B. KOMPETENSI DASAR
Menjelaskan perkembangan konsep reaksi osidasi-reduksi dan
hubungannya dengan tata nama senyawa serta penerapannya.
C. INDIKATOR
1. Menentukan bilangan oksidasi unsur suatu senyawa.
2. Menjelaskan konsep redoks yang berhubungan dan perubahan bilangan
oksidasi
3. Menentukan reaksi oksidasi dan reaksi reduksi dalam persamaan reaksi
berdasarkan konsep redoks yang berhubungan dengan perubahan
bilangan oksidasi.
D. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Siswa mampu menentukan bilangan oksidasi unsur suatu senyawa.
2. Siswa mampu menjelaskan konsep redoks yang berhubungan dan
perubahan bilangan oksidasi
3. Siswa mampu menentukan reaksi oksidasi dan reaksi reduksi dalam
persamaan reaksi berdasarkan konsep redoks yang berhubungan dengan
perubahan bilangan oksidasi
E. MATERI PEMBELAJARAN
1. Bilangan oksidasi unsur dalam senyawa atau ion.
153
2. Perkembangan Konsep Redoks yang berhubungan dengan perubahan
biloks
F. METODE PEMBELAJARAN
1. Ceramah
G. KEGIATAN PEMBELAJARAN
1. Kegiatan awal
a. Menciptakan lingkungan belajar: salam pembuka dan berdoa
b. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran
c. Guru memotivasi siswa dengan menanyakan materi pertemuan
sebelumnya.
2. Kegiatan inti
a. Guru memberikan dan menjelaskar uraian mengenai penentuan
bilangan oksidasi.
b. Guru memberikan beberapa soal mengenai penentuan biloks dan
siswa secara bersama-sama mengerjakan pertanyaan tersebut.
c. Setelah itu, Guru menjelaskan mengenai konsep reaksi reduksi
oksidasi berdasarkan perubahan biloks.
d. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk menjawab beberapa
tugas yang diberikan mengenai penentuan konsep redoks yang
berhubungan dengan perubahan biloks.
e. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
mengenai konsep pembelajaran yang belum diketahuinya.
3. Kegiatan akbir
a. Guru menyimpulkan materi penentuan bilangan oksidasi dan
konsep reaksi reduksi-oksidasi berdasarkan perubahan biloks.
b. Guru memberikan tugas membaca materi selanjutnya.
154
H. SUMBER DAN BARAN PEMBELAJARAN
! . Sutrisna dan Lisa Listiana. 2006. Spektrum Kimia untuk Kelas X, Ed. 3,
cet. 1. Bandung: Sinergi Pustaka Indonesia.
2. Sudanno, Unggul. 2004. Kimia SMA I. Jakarta: Erlangga
3. Johari dan Rachmawati. 2006. Kimia SMA dan MA untuk Kelas X Jil.
I. Jakarta: Gelora Aksara Pratama
I. PENILAIAN
1. Penilaian performance dilakukan melalui pengamatan pada saat
peserta didik melakukan kegiatan.
Guru Bidang Studi
Abdul Rahman Nim.104016200426
RENCANAPELAKSANAANPEMBELAJARAN KELOMPOK KONTROL
Unit Sekolah
Mata Pelajaran
Kelas I Semester
Alokasi Waktu
Pertemuan Ke-
A. STANDAR KOMPETENSI
: MA Jam'iyyah lslamiyyah
: Kimia
: X/2
: 2 X 45 menit
: 3
155
Memahami sifat-sifat larutan non-elektron dan elektrolit, serta reaksi
oksidasi-reduksi
B. KOMPETENSI DASAR
Menjelaskan perkembangan konsep reaksi osidasi-reduksi dan
hubungannya dengan tata nama senyawa serta penerapannya.
C. INDIKATOR
1. Menentukan reaksi oksidasi dan reaksi reduksi dalam persamaan reaksi
berdasarkan konsep redoks yang berhubungan dengan perubahan
bilangan oksidasi
2. Menentukan reduktor dan oksidator dalam persamaan reaksi redoks
3. Menjelaskan reaksi autoredoks
D. TUJUAN PEMilELAJARAN
1. Siswa dapat menentukan reaksi oksidasi dan reaksi reduksi dalam
persamaan reaksi berdasarkan konsep redoks yang berhubungan
dengan perubahan bilangan oksidasi
2. Siswa dapat menentukan reduktor dan oksidator dalam persamaan
reaksi redoks
3. Siswa dapat menjelaskan reaksi autoredoks
E. MATERI PEMBELAJARAN
1. Reduktor dan oksidator dalam persamaan reaksi redoks
2. Reaksi autoredoks
F. METODE PEMBELAJARAN
I. Ceramah
2. tanya jawab
G. KEGIATAN PEMBELAJARAN
1. Kegiatan awal
a. Menciptakan lingkungan belajar: salam pembuka dan berdoa
b. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran
156
c. Guru memotivasi siswa dengan menanyakan materi pertemuan
sebelumnya.
2. Kegiatan inti
a. Guru memberikan dan menjelaskan uraian meng~nai penentuan
reduktor dan oksidator di dalam persamaan reaksi reduksi-oksidasi.
b. Guru menjelaskan mengenai konsep reaksi
c. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk menjawab beberapa
pertanyaan yang diberikan mengenai penentuan reduktor dan
oksidator baik di dalam persamaan reaksi redoks dan bukan redoks
maupun di dalam reaksi autoredoks.
d. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
mengenai konsep pembeiajaran yang belum diketahuinya.
3. Kegiatan akhir
a. Guru menyimpulkan materi penentuan reduktor dan oksidator
b. Guru memberikan pengarahan kepada siswa untuk mempelajari
materi yang telah dipelajarinya untuk persiapan post test.
H. SUMBER DAN BAHAN PEMBELAJARAN
I. Sutrisna dan Lisa Listiana. 2006. Spektrurn Kirnia untuk Ke/as X, Ed. 3,
cet. I. Bandung: Sinergi Pustaka Indonesia.
2. Sudarmo, Unggul. 2004. Kirnia SMA I. Jakarta: Erlangga
3. Johari dan Rachmawati. 2006. Kirnia SMA dan MA untuk Ke/as X Jil.
l. Jakarta: Gelora Aksara Pratama
157
I. PENILAIAN
I. Penilaian performance dilakukan melalui pengamatan pada saat
peserta didik melakukan kegiatan.
Guru Bidang Studi
Abdul Rahman Nim.104016200426
Lampiran 16
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Pokok Pembelajaran Bentuk Soal
Materi Pokok Pembelaiaran
158
KISI-KISI INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR SISWA
: Memahami sifat-sifat !arutan non-elektron dan elektrolit, serta reaksi oksidasi-reduksi : Menjelaskan perkembangan konsep reaksi oksidasi-reduksi dan hubungannya dengan tata nama senyawa serta penerapannya. : Reaksi Reduksi-Oksidasi : Pilihan Ganda
Indikator No. So al
So al Jenjang Kognitif
Perkembangan Konsep Reaksi Reduksi-Oksidasi
Menyebutkan pengertian konsep reaksi redoks berdasarkan penggabungan dan pelepasan oksigen, penerimaan elektron dan pelepasan elektron serta peningkatan dan penurunan bilangan oksidasi
2. Reaksi Reduksi adalah .... Cl a. Reaksi penggabungan dengan oksigen
4.
b. Reaksi dimana biloksnya naik c. Reaksi pelepasan elektron d. Reaksi pelepasan oksigen e. Reaksi dimana biloksnya naik dan turun
Reaksi pelepasan oksigen yang tei:jadi pada proses I C 1 fotosintesis merupakan reaksi... a. Reduksi d. bukan redoks b. Oksidasi e. reversibel c. Autoredoks
27. I Reaksi redoks yang menyebabkan terjadinya penerimaan elektron dari suatu zat adalah .... I C 1 a. Oksidasi b. Reduksi c. Autoredoks d.. Reversibel e. · Reduktor
31 I Berdasarkan konsep penerimaan dan pelepasan elektron, I CI reaksi reduksi di definisikan sebagai proses ....
Membedakim konsep reaksi I I. redoks berdasarkan penggabungan dan pelepasan oksigen, penerimaan elektron dan pelepasan elektron serta peningkatan dan penurunan bilangan oksidasi I I 0.
14.
a. Pengikatan Oksigen d. Penerimaan oksigen b. Penerimaan elektron e. Pelepasan elektron c. Kenaikan bilangan oksidasi
Manakah yang termasuk reaksi redaksi, kecuali... I C2 a. 2 H20 7 2 H2 +02 b. Ba 7 Ba2+ + 2 e -c. Na 7 Na2+ + 2 e-d. 6 C02 + 6H20 7 C6H1206 + 6 02 e. Mg2+ 7 Mg
Berdasarkan konsep pengikatan dan pelepasan oksigen, I C2 diantara reaksi berikut yang merupakan reaksi oksidasi adalah .... a. 2Ba0 7 b. 2Na20 7 c. 2 H20 7 d. c + 02 7 e. H2 +Ch 7
2Ba + 02 4 Na+ 02 2H2 + 02 C02 HCI
Yang termasuk reaksi oksidasi adalah .... M 2+ 2- _,,, M a. g + S04 -, gS04
b. NaCl + Ba (OH)2 ~ BaCh + H20 c. C02 7 CO + Y,02 d. Mg 7 Mg2++ 2e-e. H20 7 W +Oft
C2
25 I Puistiwa yang bukan merupakan reaksi redoks, yaitu ..... I C2 a. Pembakaran bensin b. Fotosintesis c. Penyepuhan logam d. Obat maag yang bekerja dalam lam bung 1·
e. Proses yang terjadi dalam aki
!59
1
Menganalisis hubungan konsep reaksi redoks berdasarkan konsep kenaikan dan penurunan bilangan oksidasi
Bilangan oksidasi dalam Menentukan Bilangan senyawa netral atau ion oksidasi unsur dalam
senyawa atau ion
32. I Manakah dari peristiwa berikut yang merupakan peristiwa I C2 oksidasi berdasarkan penerimaan elektron .... a. Br2 -7 2 Br · d. 12 -7 2r b. Ag+ -7 Ag e. 2 er -7 Cb c. Cu2+ -7 Cu
3. I Perhatikanlab persamaan reaksi berikut: I C4 2 Ag+ + Zn -7 2 Ag + Zn2+ Apakah yang dapat kamu simpulkan d:;:ri persamaan reaksi tersebut... a. Ag mengalami reaksi oksidasi b. Zn mengalami reaksi oksidasi c. Zn merupakan zat yang menerima elektron d. Ag bertindak sebagai reduktor e. Reaksi di atas adalah bukan reaksi redoks
6. I Bilangan oksidasi S dalam Na2S20 3 adalah . . .. I C3 a. 2 d. 5
' I b. 3 e. 6 c. 4
7. I Bilangan oksidasi P dalam HPO/- adalah . . .. I C3
8.
a 2 d. 5 b. 3 e. 6 c. 4
Bilangan oksidasi Cl dalam senyawa NaCIO; KC!02; dan I C3 KCI03 berturut-turut adalab .... a. +3; +5 dan +7 d. -I; +3 dan +5
160
161
b. +l; +5 dan +7 e. -I; +I dan +3 c. +l; +3 dan +5
' 9. Bilangan oksidasi atom Mn tertinggi di antara senyawa C3
berikut adalah ....
I a. Mn02 d. Kiv1n04 b. Mn10J e. K2Mn04 c. Mn304
11. Bilangan oksidasi Cr dan Se dalam senyawa K2Cr201 dan C3 SeC4 adalah .... a. +6 dan-4 d. +5dan -4 I b. +6dan+4 e. +3 dan +6 c. +7 dan +4
12 Pada reaksi: 2 CO + 2 NO -7 2 C02 + N2 C3 Bilangan oksidasi N berubah dari .... a. +4ke 0 d. +2 ke +l b. +3 ke+2 e.+2ke0 c. +3 ke +l
113 Pada ion manakah unsur belerang, mempunyai bilangan C3 oksidasi terendah ? a .. so/- d. s2-b. · HS04- e. S20l-c. HS03-
17. Bilangan oksidasi Xenon dalam ion XeF/ adalah .... C3 a. +4 d.-5 b. -4 e.+6
I 24. c. +5 Bilangan oksidasi hidrogen dalam senyawa berikut ini C3 adalah +I, kecuali dalam senyawa .... a. H202 d.HCI
162
b. NaOH e. NH3 c. MgH2
29. Pada reaksi: 4 Fe + 3 0 2 ~ 2 Fe20 3 C3 Bilangan oksidasi besi berubah dari .... a. Oke+2 d. +2 ke +3 b. 0 ke+3 e. +3 ke+4
'c. Oke +4
Menganalisis perubahan 21. Pada reaksi: 2 KCI02 7 2 KCI + 2 0 2 C4 bilangan oksidasi unsur Atom klor pada persamaan tersebut mengalami perubahan dalam senyawa netral atau bilangan oksidasi sebesar ... ion a. 3 d.6
b. 4 e. 7 c. 5
30. Reaksi: C6H1206 + 6 0i 7 6C02 + 6H20 C4 Pada reaksi tersebut unsur karbon mengalami perubahan bilangan oksidasi sebesar .... a. 4 d.2 b .. 6 e. 1 c. 3
Bilangan oksidasi unsur Menganalisis hubungan 5. Berikut ini adalah beberapa persamaan reaksi kimia. C4 dalam senyawa netral atau persamaan reaksi reduksi- l.Fe203 + CO 7 Fe+ C02 ion oksidasi berdasarkan 2.CuO +H2 7 Cu+ H20
penentuan bilangan 3.Mg + 2 HCl 7 MgCb +H2 oksidasi unsur dalam 4.BaCb + H2S04 7 BaS04 + 2 HCl
senyawa netral atau ion Manakah dari persamaan reaksi tennasuk bukan reaksi redoks ... a l,2dan3 d.3dan4 b. I dan 2 e. 4 saja c.2dan3
kimia di atas yang 1 I
22. I Berikut ini adalah beberapa persamaan reaksi kimia. I C4
23
!. AgN03 + NaCl -7 AgCI + NaN03 2. H2 + Ch -7 2 HCl 3.2Mg+Zn2+ -7 2Mg++zn 4. BaCh + H2S04 -7 BaS04 + 2 HCl Manakah dari persamaan reaksi kimia di atas yang tennasuk reaksi redoks .... a. I, 2 dan 3 d. 3 dan 4 b. I dan 2 e. 4 saja c. 2dan3
Reaksi berikut: Mg + 2 HCl -7 MgCl2 + H2 disebut I C4 reaksi redoks. Pemyataan yang benar dari reaksi di atas adalah .... a: _Logam Mg mengalami reaksi reduksi b. Unsur Cl bilangan oksidasinya berubah dari -1
menjadi 0 c. Senyawa HCl bertindak sebagai oksidator d. Logam Mg bertindak sebagai oksidator sekaligus
reduktor e. Logam Mg mengalami peningkatan bi!oks dan
hidrogen mengalami penurunan biloks
28. I Reaksi: Mg + H2S04 -7 MgS04 + H2 I C4 Pada persamaan tersebut apakah yang dapat kamu simpulkan .....
163
Menyebutkan pengertian persamaan reaksi reduksi oksidasi.
Menjelaskan persamaan reaksi reduksi-oksidasi berdasarkan penentuan bilangan oksidasi unsur dalam senyawa netral atau !On
26.
34.
a. Biloks Mg tidak mengalami peiubahan b. Biloks Mg mengalami penurunan dari 2 menjadi 0 c.. Mg bertindak sebagai oksidator d. Biloks Hidrogen mengalami penurunan dari 1
menjadi 0 e. Hidrogen bertindak sebagai reduktor
Dalam suatu reaksi dapat terjadi adanya suatu reaksi autoredoks. Reaksi autoredoks adalah .... / CJ a. Reaksi yang menyebabkan terjadinya oksidasi b. Reaksi redoks yang berlangsung secara cepat c. Reaksi dimana unsur/zat yang sama mengalami
reduksi dan oksidasi d. Reaksi yang bertindak sebagai reduktor e. Reaksi yang berlangsung dan berikatan dengan
oksigen
Reaksi yang terrnasuk reaksi autoredoks adalah .... a. Ch + 2 NaOH -7 NaCl + NaCIO + H20 I C2 b. H2 + Ch -7 2 HCI c. 2 H2 + 02 -7 2 H20 d. CuO + 2 HCl -7 CuCh + H20 e. NaOH + HCI -7 NaCl + H20
35. I Pada reaksi: H2 + Ch -7 2 HCI Fungsi gas hidrogen (H2) merupakan .... a. zat yang mengalami reduksi C2 b. penyebab terjadinya reaksi autoredoks c. penyebab terjadinya reaksi penurunan biloks d. oksidator e. reduktor
164
Bilangan oksidasi unsur Menentukan reduktor dan I 15 dalam senyawa netral atau oksidator dalam persamaan
Pada reaksi: FeO + CO 7 Fe + C02, yang berperan I C3 sebagai reduktor ad a I ah ....
ion reaksi reduksi-oksidasi
16
a. FeO d. C02 b. CO e. H2 c. Fe
Diketahui reaksi: Al + 3 N03 - + 5 Oli + 2 H20 7 8 Al03 - + 3 NH3 I C3 Pemyataan yang benar mengenai reaksi tersebut, yaitu .... a. Al sebagai reduktor b. H20 Sebagai reduktor c. N03- Sebagai reduktor d. Oli dan N03- Sebagai oksidator e: Oli Sebagai oksidator
18 I Pada reaksi: BaCh + H2S04 7 BaS04 + 2 HCI, yang berperan sebagai oksidator adalah .... a. BaCh d. H2S04 I C3 b. BaS04 e. Tidak ada c. HCI
19 I Reaksi: 2 Fe2+ +Ch 7 2 Fe3+ + 2 er Pada reaksi di atas, yang bertindak sebagai oksidator adalah .... I C3 a. Fe2+ d. Cl b. Cb e. Cl-e. Fe3+
20 I Proses metabolisme dalam tubuh melibatkan reaksi / C3 redoks, yaitu antara glukosa demgan oksigen melalui persamaan reaksi:
165
166
C6H1206 + 6 02 -7 6 C02 + 6H20 + energi Pereduksi (reduktor) pada persamaan tersebut adalah .... a. C6H1206 d. H20 b. 02 e. 602 c. C02
Menyebutkan pengertian 33 Oksidator adalah .... Cl konsep reduktor dan a. Zat yang mengalami autoredoks oksidator dalam persamaan b. Zat yang mengalami oksidasi reaksi reduksi-oksidasi c. Zat yang menyebabkan terjadinya peristiwa reduksi
d. Zat yang menyebabkan terjadinya peristiwa oksidasi e .. Zat yang mengalami kenaikan bilangan oksidasi
Lampiran 17
Soal Ujicoba lnstrumen Tes Penelitian
D Bidang Studi : Kimia Materi : Reaksi Redoks
I. Pilihlah salah satu jawaban yang benar !
\. Manakah yang termasuk reaksi reduksi, Kecuali ... a. 2 H20 -7 2 H2 +02 b. Ba -7 Ba2+ + 2°· c. Na -7 Na2+ + 2°· d. 6 C02 + 6H20 -7 C5H1206 + 6 02 e. Mg2+ -7 Mg
2. Reaksi Reduksi adalah .... a. Reaksi penggabungan dengan oksigen b. Reaksi dimana biloksnya naik c. Reaksi pelepasan electron d. Reaksi pelepasan oksigen e. Reaksi dimana biloksnya naik dan turun
Nama Ke las
3. Perhatikanlah persamaan reaksi berikut: 2 Ag+ + Zn -7 2 Ag + Zn2+
Apakah yang dapat kamu simpulkan dari persamaan reaksi tersebut... a. Ag mengalami reaksi oksidasi b. Zn mengalami reaksi oksidasi c. Zn merupakan zat yang menerima elektron d. Ag bertindak sebagai reduktor e. Reaksi di atas adalah bukan reaksi redoks
167
4. Reaksi pelepasan oksigen yang terjadi pada proses fotosintesis merupakan reaksi ... a. Rednksi d. bnkan redoks b. Oksidasi e. reversibel c. Antoredoks
5. Berikut ini adalah beberapa persamaan reaksi kimia. I. Fe203 + CO -7 Fe + C02 2. CuO +H2 -7 Cu+ H20 3. Mg + 2 HCI -7 MgCh + H2 4. BaCh + H2S04 -7 BaS04 + 2 HCI Manakah dari persamaan reaksi kimia di atas yang termasuk bnkan reaksi redoks ... a. I, 2 dan 3 d. 3 dan 4
168
b. I dan 2 e. 4 saja c. 2 dan 3
6. Bilangan oksidasi S dalam Na2S20 3 adalah .... a. 2 d. 5 b. 3 e. 6 c. 4
7. Bilangan oksidasi P dalam HP04-2 adalah ....
a. 2 d. 5 b. 3 e. 6 c. 4
8. Bilangan oksidasi Cl dalam senyawa NaCIO; KCI02; dan KCl03 berturut-turut adalah .... a. +3; +5 dan +7 b. +I; +5 dan +7 c. +1;+3 dan+5
d. -I; +3 dan +5 e.-1;+1 dan+3
9. Bilangan oksidasi atom Mn tertinggi di antara senyawa berikut adalah . : .. a. Mn02 d. KMn04 b. Mn203 e. KzMn04 c. Mn304
10. Berdasarkan konsep pengikatan dan pelepasan oksigen, diantara reaksi berikut yang merupakan reaksi oksidasi adalah .... a. 2 BaO -7 2 Ba + 02 b. 2 Na20 -7 4 Na + 02 c. 2 H20 -7 2 H2 + 02 d.C+02 -7 C02 e. H2 + Ch -7 HCI
11. Bilangan oksidasi Cr dan Se dalam senyawa K2Cr207 dan SeCLi adalah
a. +6 dan -4 d. +5dan -4 b. +6 dan +4 e. +3 dan +6 c. +7 dan +4
12.Pada reaksi: 2 CO + 2 NO ~ 2 CO, + N2
Bilangan oksidasi N berubah dari .... a. +4ke0 d.+2ke+I b. +3 ke +2 e. +2 ke 0 c. +3 ke +I
169
13. Pada ion manakah unsur belerang, mempunyai bilangan oksidasi terendah ? a. S04·2 d. s·2
b. HS04. e. S203·2
c. HS03.
14. Yang termasuk reaksi oksidasi adalah .... a. Mg2
+ + S04"2 -7 MgS04 b. NaCl + Ba (OH)2 -7 BaCb + H20 c. C02 -7 CO + Yz02 d. Mg -7 Mg2+ + 2e e. H20 -7 W + Off
15. Pada reaksi: FeO + CO -7 Fe + C02, yang berperan sebagai reduktor adalah .... a. FeO b. co c. Fe
d.C02 e.H2
16. Diketahui reaksi: Al + 3 N03. + 5 Off + 2 H20 -7 8 Al03- + 3 NH3 Pernyataan yang benar mengenai reaksi tersebut, yaitu .... a. N03. Sebagai reduktor b. Off Sebagai oksidator c. H20 Sebagai reduktor d. Al Sebagai reduktor e. 01-f dan N03. Sebagai oksidator
17. Bilangan oksidasi Xenon dalam ion XeF5+ adalah .... a. +4 d. -5 b. - 4 e. +6 c. +5
18. Pada reaksi: BaCh + H2S04 -7 sebagai oksidator adalah .... a. BaCh d. H1S04 b. BaS04 e. Tidak ada c. HCI
BaS04 + 2 HCI, yang berperan
19. Reaksi: 2 Fe2+ +Ch -7 2 Fe3+ + 2 Cr Pada reaksi di atas, yang bertindak sebagai oksidator adalah .... a. Fe2+ b. Ch c. Fe3+ d. Cl e. er
20. Proses metabolisme dalam tubuh melibatkan reaksi redoks, yaitu antara glukosa dengan oksigen melalui persamaan reaksi: C6H1206 + 6 0 2 -7 6 C02 + 6H20 + energi Pereduksi (reduktor) pada persamaan tersebut adalah __ __ a. C6H1206 b. 02 c. C02 d. H20 e. 6 0 2
170
21. Pada reaksi: 2 KCI02 7 2 KCI + 2 02 Atom klor pada persamaan tersebut meugalami perubahan bilangan oksidasi sebesar ... a. 3 d. 6 b. 4 e. 7 c. 5
22. Berikut iui adalah beberapa persamaan reaksi kimia. 1. AgN03 + NaCl 7 AgCI + NaN03 2. H2 + Ch 7 2 HCI 3. 2Mg + Zn2+ 7 2Mg+ +Zn 4. BaC'2 + H2S04 7 BaS04 + 2 HCI Manakah dari persamaan reaksi kimia di atas yang termasuk reaksi redoks .... a. 1, 2 dan 3 d. 3 dan 4 b. 1 can 2 e. 4 saja c. 2dan3
23. Reaksi berikut: Mg + 2 HCI 7 MgCb + H2 disebut reaksi redoks. Pemyataan yang benar dari reaksi di atas adalah .... a. Logam Mg mengalami reaksi reduksi b. Unsur Cl bilangan oksidasinya berubah dari -I menjadi 0 c. Senyawa HCI bertindak sebagai oksidator d. Logam Mg bertindak sebagai oksidator sekaligus reduktor e. Logam Mg mengalami peningkatan biloks dan hidrogen mengalami
penurunan biloks
24. Bilangan oksidasi hidrogen dalam senyawa berikut ini adalah +!, kecuali dalam senyawa .... a. H202 d. MgH2 b. NaOH e. NH3 c. HCI
25. Peristiwa yang bukan merupakan reaksi redo ks, yaitu ..... a. Pembakaran bensin b. Fotosintesis c. Penyepuhan logam d. Obat maag yang bekerja dalam lambung e. Proses yang terjadi dalam aki
26. Dalam suatu reaksi dapat terjadi adanya suatu reaksi autoredoks. Reaksi autoredoks ada!ah .... a. Reaksi yang menyebabkan terjadinya oksidasi b. Reaksi redoks yang berlangsung secara cepat c. Reaksi dimana unsur/zat yang sama mengalami reduksi dan oksidasi d. Reaksi yang bertindak sebagai reduktor
171
e. Reaksi yang berlangsung dan berikatan dengan oksigen
27. Reaksi redo ks yang menyebabkan terjadinya penerimaan elektron dari suatu zat adalah .... a. Oksidasi d. Reversibel b. Reduksi e. Reduktor c. Autoredoks
28. Reaksi: Mg + H2S04 -7 MgS04 + H2 Pada persamaan tersebut apakah yang dapat kamu simpulkan ..... a. Biloks Mg tidak mengalami perubahan b. Biloks Mg mengalami penurunan dari 2 menjadi 0 c. Mg bertindak sebagai oksidator d. Biloks Hidrogen mengalami penurunan dari 1 menjadi 0 e. Hidrogen bertindak sebagai reduk.'ior
29. Pada reaksi: 4 Fe + 3 0 2 -7 2 Fe,03
Bilangan oksidasi besi berubah dari .... a. 0 ke +2 d. +2 Ice +3 b. 0 ke +3 e. +3 ke +4 c. Oke+4
30. Reaksi: CJI1206 + 6 0 2 -7 6 C02 + 6H20 Pada rcaksi tersebut unsur karbon mengalami pcrubaban bilangan oksidasi sebesar .... a. 1 b. 2 c.3 d.4 e. 6
3 l. Berdasarkan konsep penerimaan dan pelepasan elektron, reaksi reduksi di definisikan sebagai proses .... a. Pengikatan Oksigen d. Penerimaan oksigen b. Penerimaan elektron e. Pelepasan elektron c. Kenaikan bilangan oksidasi
32. Manakah dari peristiwa berikut yang merupakan peristiwa oksidasi berdasarkan penerimaan elektron .... a. Br2 -7 2 Br· d. h -7 2r b. Ag+ -7 Ag e. 2 cr-7 Ch c. Cu2+ -7 Cu
33. Oksidator adalah .... a. Zat yang mengalami autoredoks b. Zat yang mengalami oksidasi c. Zat yang menyebabkan terjadinya peristiwa oksidasi d. Zat yang menyebabkan terjadinya peristiwa oksidasi e. Zat yang mengalami kenaikan bilangan oksidasi
34. Reaksi yang termasuk reaksi autoredoks adalah .... a. NaOH + HCI -7 NaCl + H20 b. R2 + Ch -7 2 HCI c. 2 H2 + 02 -7 2 H20 d. Clz + 2 NaOH -7 NaCl + NaCIO + H20 e. CuO + 2 HCI -7 CuCh + H20
35. Pada rcaksi: H2 + Cl2 -7 2 HCI Fungsi gas hydrogen (H2) merupakan .... a. zat yang mengalami reduksi b. penyebab terjadinya reaksi antoredoks c. penyebah terjadinya reaksi oksidasi d. oksidator e. reduktor
Keterangan: Soal yang diblok hitam adalah soal yang tidak valid
172
Lampiran 18
Instrumen Tes Hasil Belajar
D Bidang Studi : Kimia Materi : Reaksi Redoks
I. Piliblah salah satu jawaban yang benar !
!. Reaksi Reduksi adalah .... a. Reaksi pelepasim oksigen b. Reaksi penggabungan dengan oksigen c. Reaksi pelepasan elektron d. Reaksi dimana biloksnya naik e. Reaksi dimana biloksnya naik dan turun
Nama Ke las
173
2. Berdasarkan konsep penggabungan dan pelepasan oksigen, diantara reaksi berikut yang merupakan reaksi oksidasi adalah .... a.2Ba0 ~ 2Ba+02 b. 2 Na20 7 4 Na + 02 c. 2 H20 ~ 2 H2 + 02 d. C + 02 ~ C02 e. H2 + Cb ~ HCI
3. Berdasarkan konsep penerimaan dan definisikan sebagai proses .... a. Pengikatan Oksigen b. Penerimaan elektron c. Kenaikan bilangan oksidasi
pelepasan elektron, reaksi reduksi di
d. Penerimaan oksigen e. Pe!epasan elektron
4. Manakah dari peristiwa berikut yang merupakan peristiwa oksidasi berdasarkan konsep yang dihubLmgkan dengan elektron .... a. Br2 7 2 Br· d. Ii ~ 2r b. Ag+ ~ Ag e. 2 er~ Ch c. Cu2+ ~ Cu
5. Manakah yang tennasuk reaksi reduksi, Kecuali. .. a. 2 H20 ~ 2 H2 +02 b. Ba 7 Ba2+ + 2 e· c. Na ~ Na2+ + 2 e· d. 6 C02 + 6H,O ~ C,,l-!1206 + 6 02 e. Mg2+ ~ Mg
174
6. Yang tennasuk reaksi oksidasi adalah .... a. Mg2+ + S04"
2 -7 MgS04 b. NaCl + Ba (OH)2 -7 BaCl2 + H20 c. Mg -7 Mg2+ + 2 e· d. C02 -7 CO + Y202 e. H20 -7 H+ +Off
7. Bilangan oksidasi P dalam HP04"2 adalah ....
L 2 d.5 b. 3 e. 6 c. 4
8. Bilangan oksidasi Xenon dalam ion XeF/ adalah .... a. +6 d. -6 b. +5 e. -5 c. +4
9. Pada ion manakah unsur belerang, mempunyai bilangan oksidasi terendah? a. S203-2 d. HS04-b. s-2 e. HS03-c. so;2
I 0. Bilangan oksidasi atom Mn tertinggi di antara senyawa berikut adalah .... a. Mn02 d. KzMn04 b. Mn203 e. KMn04 c. Mn304
11. Bilangan oksidasi Cr dan Se dalam senyawa K2Cr20 7 dan SeCl4 adalah
a. +6 dan -4 d. +5dan -4 b. +6 dan +4 e. +3 dan +6 c. +7 dan +4
12. Bilangar. oksidasi Cl dalam senyawa NaC!O; KCI02; dan KC!03 berturut-turut adalah .... a. +3; +5 dan +7 d. -I; +3 dan +5 b. +!;+5 dan+7 e. -I; +I dan +3 c. +!; +3 dan +5
13. Bilangan oksidasi hidrogen dalam senyawa berikut ini adalah +!, kecuali dalam senyawa ....
a. H202 d. Mgl-b b. NaOH e. NH3 c. HC!
14.Pada reaksi: 2 CO + 2 NO 7 2 C02 + N1 Bilangan oksidasi N berubah dari .... a. +4 ke 0 d. +2 ke +I b. +3ke+2 e.+2ke0 c. +3 ke+l
15. Pada reaksi: 4 Fe + 3 0 2 7 2 Fe20, Bilangan oksidasi besi berubah dari .... a. Oke+2 d.+2ke+3 b. 0 ke +3 e. +3 ke +4 c. 0 ke +4
16. Oksidator adalah a. Zat yang mengalami autoredoks b. Zat yang mengalami oksidasi c. Zat yang menyebabkan terjadinya peristiwa reduksi d. Zat yang menyebabkan terjadinya peristiwa oksidasi e. Zat yang mengalami kenaikan bilangan oksidasi
17. Reaksi: Mg + H2S04 ~ MgS04 + H2 Pada persamaan tersebut apakah yang dapat kamu simpulkan ..... a. Biloks Mg tidak mengalami perubahan b. Biloks Mg mengalami penurunan dari 2 menjadi 0 c. Mg bertindak sebagai oksidator d. Biloks Hidrogen mengalami penurunan dari 1 menjadi 0 c. Hidrogen bertindak sebagai reduktor
18. Berikut ini adalah beberapa persamaan reaksi kimia. I. Fe20i + CO ~ Fe + C02 2. CuO + H2 7 Cu + H20 3. Mg + 2 HCI 7 MgCb + H2 4. BaC!i + H1S04 -) BaS04 + 2 HCI
175
Manakah dari persamaan reaksi kimia di atas yang termasuk bukan reaksi redoks ... a. I, 2 dan 3 d. 3 dan 4 b. 1 dan 2 e. 4 saja c. 2 dan 3
l 9. Perhatikanlah persamaan reaksi berikut: 2 Ag+ + Zn 7 2 Ag + Zn2+
Apakah yang dapat kamu simpulkan dari persamaan reaksi tersebut. .. a. Zn mengalami reaksi oksidasi b. Ag rnengalami reaksi oksidasi c. Zn merupakan zat yang menerima elektron d. Ag bertindak sebagai reduktor e. Reaksi di atas adalah bukan reaksi redoks
''
176
20. Pada reaksi: FeO + CO -7 Fe + C02. yang berperan sebagai reduktor adalah .... a, FeO d. C02 b. CO e.H2 c. Fe
21. Diketahui reaksi: Al + 3 N03- + 5 Off + 2 H20 -7 8 AI03- + 3 NH3 Pemyataan yang benar mengenai reaksi tersebut, yaitu .... a. Al Sebagai reduktor b. N03" Sebagai reduktor c. OH- Sebagai oksidator d. H20 Sebagai reduktor e. Off dan N03" Sebagai oksidator
22. Pada reaksi: BaCh + llzS04 -7 BaS04 + 2 HCl, yang betpetan sebagai oksidator adalah .... a. BaCh d. H2S04 b. BaS04 e. Tidak ada c. HCI
. 23. Reaksi: 2 Fe2+ +Ch -7 2 Fe3+ + 2 er Pada reaksi di atas, yan3 bertindak sebagai oksidator adalah .... a. Fe2+ b. Fe + c. Ch d. Cr e. Cl
24. Reaksi berikut: Mg + 2 HCI -7 MgCh + H2 disebut reaksi redoks. Pemyataan yang benar dari reaksi di atas adalah .... a. Logam Mg mengalami reaksi reduksi b. Senyawa HCl be1tindak sebagai oksidator c. Unsur Cl bilangan oksidasinya berubah dari -I menjadi 0 d. Logam Mg bertindak sebagai oksidator sekaligus reduktor e. Logam Mg mengalami peningkatan biloks dan hidrogen mengalami
penurunan biloks
25. Peristiwa yang bukan merupakan reaksi redo ks, yaitu ..... a. Pembakaran bensin b. Fotosintesis c. Obat maag yang bekerja dalam lambung d. Penyepuhan logam e. Proses yang terjadi dalam aki
177
Kunci jawabannya
lA 11 B 21 A
2D 12 c 22E
3B 13 D 23 c 4E 14 E 24E
5B 15 B 25 c 6C 16 c 7D 17D
8A 18 E
9B 19A
10 E 20B
178
Lampiran 19
Kisi-kisi Angket Integrasi Nilai-nilai Sains aam em e a1aran 1m1a onsep e o DIP bl. K.K Rdks
N No. Pernyataan Aspek Jndikator
0. Butir Positif Butir Negatif
1 Nilai Religius • Kesadaran untuk bersyukur alas 36 1, 21
nikmat Allah swt
• Menyadari keteraturan dan 4,8 16, 41
keseimbangan ciptaan Allah swt
• Menyadari keagungan Allah swt 12,25,30 24,33,45
dan kelemahan makhluk
2 Nilai Jntelektual • Memahami akan adanya - 5
perkembangan konsep redoks
• Mengidentifikasi akan adanya 17, 29, 39 7, 18
reaksi penggabungan dan
pelepasan oksigen di sekitar kita
• Mengidentifikasi terjadinya 37,38 -reaksi redoks berdasarkan serah
terima elektron 19,26 -• Mengidentifikasi pen era pan
aturan biloks dalam konsep
redoks suatu unsur/senyawa
3 Nilai Sosial • Kesadaran untuk bekerja sama 15 6,20
• Kesadaran untuk berkomunikasi 23,35,44 9
• Kesadaran untuk memiliki Sikap
kemanusiaan (Humanisme) 3,40 27,32,42
4. Nilai Praktis • Mengaplikasikan manfaat konsep 2, 10, 13, 22, 11, 14,28,
pengetahuan redoks dalam 31, 34, 43
kehidupan sehari-hari
TOTAL 2: 25 2: 20
Lampiran 20
No. As11ek 1 Religius
2 Praktis
3 Sosial
4 Religius
5 lntelektual
6 Sosial
7 Intelektual
8 Religius
9 Sosial
10 Praktis
11 Praktis
12 Religius
13 Praktis
14 Praktis
15 Sosial
16 Religius
17 Intelektual
18 lntelektual
19 Intelektual
ANGKET INTEGRASI NILAI-NILAI SAINS DALAM PEMBELAJARAN KIMIA
KONSEP REAKSI REDUKSI-OKSIDASI
Pernvataan
179
--
Konsep reaksi redoks yang berhubungan dengan oksigen tidak membantu sava dalam mensvukuri nikmat vang Allah swt berikan Penggunaan cat merupakan suatu upaya untuk menghindari dan mengl1ambat terjadinva oerkaratan besi Prinsip serah terima elektron mengingatkan kita untuk memiliki kemauan dan keikhlasan dalam membantu orang Jain yang membutuhkan Reaksi fotosintesis, sistem respirasi dan perkaratan besi dalam konsep redoks merupakan beberapa contoh keteraturan dan keseimbangan ciotaan Allah swt Perkembangan reaksi redoks tidak mengembangkan rasa ingin tahu sava dalam mengungkaokan fenomena alam Perkembangan konsep reaksi redoks memberikan saya memiliki rasa tidak menghargai oerkembangan ilmu oengetahuan vang sebelumnya Reaksi ·iJembakaran 0 2 yang tidak sempurna akan menghasilkan gas CO vang menguntungkan bagi sistem oernaoasan Penciptaan setiap makhluk memiliki pasangan dari sejenisnya,' seperti halnya dalam konsep reaksi reduksi-oksidasi menunjukkan keteraturan dan keseimbangan ciotaan Allah swt Saya tidak memiliki kewajiban untuk mengajak orang lain dalam melakukan kebaikan Olah raga merupakan salah satu upaya seseorang untuk menjaga
I kesehatannya, karena dapat memperlancar pensuplaian 0 2 ke dalam tubuh menjadi lebih efektif Penggunaan AC tidak memberikan efek negatif terhadap kandungan oksigen dalam udara Dalam reaksi redoks banyak ditemukan reaksi yang sulit diamati dengan panca indera, mendorong saya memiliki kesadaran untuk tidak bersikao sombong terhadap sesuatu Reaksi redo ks, seperti pembusukan sampah organik dapat dimanfaatkan menjadi pupuk dan gas metan yang memiliki nilai jual Penggunaan minyak goreng yang telah menjadi tengik atau jenuh baik untuk kesehatan kita Peranan oksigen yang sangat penting mengajarkan kepada kita untuk bekeria sama memelihara dan melestarikan Jingkungan Keteraturan dan keseimbangan yang ada di alam adalah terjadi dengan sendirinva dan tidak ada camour tangan Allah swt Reaksi pengikatan hidrogen dengan oksigen dapat membentuk H20 yang sangat merugikan dan tidak dibutuhkan blll!i kehidupan Reaksi pembakaran dalam konsep redoks tidak melibatkan reaksi pengikatan dengan oksigen Konseo reaksi redoks berdasarkan kenaikan dan nenurunan bilangan
180
oksidasi mengajarkan adanva hubungan sebab akibat terhadap sesuatu 20 Sosial Bekerja sama membuat penyelesaian pekeriaan meniadi lebih sulit 21 Religius Konsep reaksi redoks berdasarkan pengikatan dan pelepasan oksigen
tidak memberikan pengaruh positif terbadap pembentukan akhlak yang baik
22 Praktis Pembelajaran kimia konsep redoks memberikan perbatian, daya tarik dan rahasia-rabasia ilmu pengetahuan yang te1jadi di dalam kehidupan
23 Sosial Aturan penentuan bilangan oksidasi mengembangkan kemampuan berkomunikasi saya dalam menyampaikan pendapat dan peajelasan secara terstruktur
24 Religius Pembelajaran konsep redoks tidak memiliki bubungan terhadap kebesaran Allah swt
25 Religius Perkembangan konsep redo ks menunjukkan keterbatasan ilmu oen!!etahuan yang dimiliki manusia
26 Intelektual Aturan penentuan bilangan oksidasi membelajarkan kita untuk menganalisa sesuatu lebih teliti, cermat dan tepat
27 Sosial Seandainya ada teman perokok berat, saya merasa acuh dan tidak oeduli
28 Praktis konsep reaksi redoks tidak menl!embangkan ide dan kreativitas 29 Intelektual Reaksi fotosintesis pada tumbuhan pad a siang hari akan
menghasilkan oksigen ya_-.,; bermanfaat dan membelajarkan kita untuk memelihara lin_gkungan
30 Religius Terjadinya kenaikan dan penurunan bilangan oksidasi dapat dimnpamakan dengan keimanan kita yang terkadang naik dan turun mengajarkan kita untuk selalu memelihara diri dalam berperilaku
31 Praktis Perkembangan konsep redo ks memotivasi say a untuk terus mengembangkan ilmu eengetahuan dan semangat belajar
32 Sosial Pembelajaran kimia konsep redoks mengajarkan kepada saya untuk melakukan perusakan lingkun!!an sekitar vang menrnikan orang lain
33 Religius Peristiwa perkaratan besi tidak ada hubungannya dengan batas usia setiao makhl uk
34 Praktis Reaksi redoks yang berhubungan dengan oksigen mendorong manusia untuk menjelaiahi angkasa dan Jautan
35 Sosial Sa ya akan memberikan contoh teladan untuk mengajak dan mengingatkan sesorang untuk tidak membuang sampab sembarangan
36 Religius Konsep reaksi ;edoks membamu saya untuk lebih menghargai dan menata kehidupan dengan rasa svukur terhadao nikmat Allah swt
37 lntelektual Reaksi pembentukan garam dapur NaCl merupakan salab satu aplikasi konseo redoks serah terima elektron
38 lntelektual Pembusukan sampab yang menimbulkan bau berasal dari gas metan (CH,) merupakan basil dari reaksi redoks konsep serab terima elektron
39 Jntelektual Sistem respirasi manusia memerlukan oksigen untuk dapat menghasilkan energi vang memungkinkan kita untuk beraktivitas
40 Sosial Pemanfaatan reaksi redoks dalam pembuatan baban kimia seperti asam sulfat dan asam klorida (HCI) harus dilakukan secara sadar dan bertan1muM iawab
41 Religius Konseo keteraturan reaksi redoks dalam oembentukan senvawa tidak
181
ada kaitannya dengan keseimbangan dan keteraturan makhluk ciptaan sang khalik
42 Sosial Penerapan konsep redo ks membelajarkan kita untuk tidak memoerdulikan Oran!! lain
43 Praktis Pemaharnan konsep redoks dan penerapannya tidak memberikan solusi dalarn mengatasi masalah pencemaran lingkungan
44 Sosial Pemaharnan konsep redoks mendorong kita untuk mengajak orang lain menghargai lingkun!!an sekitar
45 Religus Pemanfaatan konsep redoks yang digunakan dalam penjelajahan dunia menunjukkan bahwa kebenaran ilmu pengetahuan adalah mutlak
21
1 2 3 4 5 6 7 8 9 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 3 4 4 1 4 4 3 3 4 2 4 4 2 5 2 4 2 5 4 4 5 4 4 2 4 4 4 3 2 4 5 4 3 4 4 4 3 3 5 5 2 4 4 4 4 3 4 5 4 4 5 4 4 4 2 4 4 4 2 4 4 4 5 2 3 4 5 5 4 4 4 5 3 5 5 1 4 4 5 3 4 2 4 4 2 5 2 4 2 5 4 3 4 4 4 4 5 5 5 4 3 5 1 4 4 5 4 4 3 4 5 2 3 4 5 2 5 3 4 5 3 5 5 4 4 4 3 4 2 3 51 5 4 4 5 2 4 5 2 3 4 5 2 4 3 5 5 4 5 4 5 4 4 4 4 5 2 31 4 5 2 4 2 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 5 1 4 4 3 3 3 3 5 2 1 4 4 3 3 3 3 2 4 5 5 2 4 4 4 4 2 5 2 5 5 3 5 4 2 3 5 5 5 2 5 5 5 5 4 5 " 3 4 5 2 5 3 4 5 L
1 4 4 5 4 4 3 4 5 83 114 105 118 99 120 86 105 125
Hasil Perolehan Angket Integrasi Nilai-nilai Sains Dalam Konsep Reaksi Reduksi-Oksidasi
Butir soal 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 4 4 4 4 4 4 5 2 2 4 4 4 4 4 5 4 2 3 3 2 4 2 4 5 4 5 3 3 4 4 5 5 5 5 4 5 4 3 2 1 4 4 4 4 4 4 4 3 5 4 5 3 5 4 4 5 4 4 4 4 5 4 41 5 4 5 4 3 4 4 5 4 5 4 5 4 5 3 3 4 5 5 4 5 4 4 3 5 3 4 4 4 5 4 3 5 4 4 4 5 5 2 4 5 4 5 4' 5 3 5 4 3 5 5 5 5 4· 3 2 1 4 5 5 5 5 5 5 3 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 41 4 4 4 4 5 4 4 4 4 2 41 4 5 5 5 4 2 4 5 3 4 4 5 5 5 3 4 4 4 2 4 4 3 4 5 4 2 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 51 2 4 4 5 4 3 2 3 3 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 2 1 4 4 2 3 3 3 4 1 5 2 4 5 5 4 5 3 3 4 2 5 5 4 5 5 5 5 4 4 5 2 51 3 4 5 4 4 3 4 5 4 5 5 5 5 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4
119 96 121 121 119 125 121 100 97 102
20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 4 4 4 4 5 2 4 5 4 4 4 5 4 4 5 5 2 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 5 1 4 5 5 4 3 4 3 5 2 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 5 3 4 4 4 5 4 5 4 2 3 4 3 4 4 4 4 5 5 2 4 3 2 3 4 5 3 4 4 5 5 4 3 4 4 4 4 4 5 5 4 4 2 5 4 2 5 5 4 5 5 5 4 4 4 4 1 4 5 5 5 5 5 4 4 4 5 1 4 5 5 5 5 4 4 4 4 5 3 4 2 4 4 4 4 4 4 4 5 3 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 2 5 4 4 2 4 3 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 3 4 5 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 5 5 2 4 4 4 3 3 4 4 2 5 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 2 3 2 2 5 4 2 2 4 4 4 2 4 3 2 4 4 2 3 4 4 4 2 5 5 5 2 4 1 5 4 5 5 5 5 4 2 4 4 1 5 5 5 5 2 4 4 4 4 4 1 4 5 4 4 4 4 4 5 3 4 2 4 4 4 4 4 4 4 5 3 4 2 4 4 4
121 100 111 107 111 84 113 95 111 121 121
~
~
Jnden 31 32 33 34 35 36 1 4 4 4 4 4 5 if ah 4 4 1 4 4 4
5 5 3 4 5 5 1nne 4 5 3 1 4 2
2 4 4 3 5 5 ta 5 4 4 4 1 4 iah 4 5 4 3 5 4 a 4 5 4 3 5 5 Natun 4 1 2 3 5 2 ani 5 4 3 4 5 5 iaidah 5 5 2 3 5 5 oi 4 5 4 4 4 5
4 5 4 4 4 5 4 4 4 3 4 5
'"' 4 4 4 3 4 5 ·oii 4 4 4 4 4 4 v 4 5 4 5 4 4 iii 4 2 3 4 5 5 ~ni 5 4 4 4 5 4 h 5 4 3 3 4 4 da 4 5 3 4 4 4 ti 5 4 2 3 4 3 :Jana 4 5 4 3 3 3
5 5 5 2 4 4 ndi 5 5 3 3 4 5 a 5 5 4 2 5 5 nan 4 4 4 3 4 5 mi 4 4 4 3 4 5 lah 120 120 97 93 118 121
Butir soal 37 38 39 40 41
4 2 4 4 4 2 3 3 1 4 4 5 4 4 3 3 4 3 3 4 3 3 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 4 4 5 4 5 5 3 4 3 4 4 3 3 4 5 5 4 4 5 2 4 5 3 3 4 5 4 4 3 4 5 4 4 3 4 4 4 5 3 4 4 4 5 4 4 4, 3 4 3 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 5 5 3 3 3 3 2 4 4 4 4 4 4 2 4 4 2 4 4 4 4 2 2 2 5 4 5 3 3 4 4 3 3 5 5 3 4 3 4 4 4 5 3 4 4 4 5
93 103 115 105 106
42 43 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 5 4 5 2 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 2 3 3 3 4 4 2 5 5 1 4 4 4 4
110 103
44 4 2 5 4 3 4 5 4 .. 4' 5 5 5 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4
117
45 3 2 3 2 3 3 5 5
2 1 3 2 2 3 3 2 2 2 2 4 2 4 2 3 1 3 3 3
78
00 w
DEPARTEMEN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
Nomor 95, Ciputat 15412, Indonesia Tclp. : (62·21) 7443328, 7401925, Fax. (62-21) 7443328
Email : [email protected]
SURAT J(ETERANGAN NO. Un.OJ/f'. l/PP.00.9/83/2008
Dckan h1kul1as !!mu larbiyah dan Keguruan Universitas Islam Ncgcri Syarif
I lidaya1ull:d1 .l:1karla drng:111 i11i 111c·11cn111gka11 hallwa:
Nanw : Abdul Rah111an
NIH : I 04016200426
.l urusan : l'endidikan 11' A
l°rl•gram Srndi: Pendidikan Kimia
relah melaksanakan Ujian Komprehensif meliputi l'enguasaan Konsep Keilmuan Kimi a
fan Penc\idikan Kimiri pac\a tangga! 29 Nopember 2008 dan dinyawkan
LlJLUS )engan nila1 A
lur:11 l\.cicrangan ini dibcrikan kep:1da yang bersangkulan untuk digunakan seperlunya.
·lengetahui. :aprodi Pendidik:111 Kirnia
t,~~i, 11;-:i. 15029993 7
Jakarta, 8 Dcse111bcr 2008 a.n. Dekan Ketua Jurusan Pcndidikan ll'A
-No. Dokumen
~ DEPARTEMEN AGAMA FITK-FR-AKD-081
UIN JAKARTA FORM (FR) Tgl. Terbit 1 September 2008 m" ll'imh. ! FITK No. Revisi: 00 HJ. U I JI. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 Indonesia Hal 1 /1 ------
SURAT BIMBINGAN SKRIPSI --
2c;1 ~omor : Un.O l/F. l/KM.O 1.3/ . . : .. .V2009 Jakarta, 18 Februari 2009 !009 ,amp. -!al : Bimbingan Skripsi
Kepada Yth 1. Ir. H. Mahmud M. Siregar, M.Si 2. Dedi lrwandi, M.Si Pembimbing Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakatta.
Assalamu 'a/aikum wr. wb.
Dengan ini diharapkan kesediaan Saudara untuk menjadi pembimbing [/II (materi/teknis) penulisan skripsi mahasiswa:
Nan1a NIM Semester Jurusan Judul Skipsi
Abdul Rahman 104016200426 x Pendidikan IPA- Kimia Pengaruh Model Cooperative Learning Teknik Numbered Heads
Together Terhadap Hasil Bela jar Siswa Pada Konsep Reaksi Reduksi Oksidasi Terintegrasi Ni!ai
Judul tersebut telah disetujui oleh Jurusan yang bersangkutan pada tanggal 27 Januari 2009, abstraksiloutline terlampir. Saudara dapat melakukan perubahan redaksional pada judul tersebut. Apabila perubahan substansial dianggap perlu, mohon pembimbing menghubungi Jurusan terlebih dahulu.
Bimbingan skripsi ini diharapkan selesai dalam waktu 6 (enam) bulan, dan dapat diperpanjang selama 6 (enam) bulan berikutnya tanpa surat perpanjangan.
Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih.
TVassalamu 'a/aikum wr. wb.
Te111busan: I. Dekan FITK 2. Mahasiswa ybs.
.II ..... .1111
DEPARTEMEN AGAMA
UIN JAKARTA FITK
FORM (FR)
No. Dokumen
Tgl. Terbit
No. Revisi: JI. Jr. H. Juanda No 95 Cipulat 15412 Indonesia Hal
SURAT PERMOHONAN IZIN OBSERVASI
FITK-FR-AKD-091
1 September 2008
00
1/1
Nomor : Un.01/Fl/PP.009//~f.-12009 Lamp Hal : Observasi
Kepada Yth. Kepala. MA Jamiyyah Islamiyyah Jakarta. Assalamu 'alaikum wr. wb
Dengan hormat kami sampaik bahwa :
Nama : Abdul Rahman
adalah benar mahasaiswa pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta:
NIM : 14016200426
Jurusan : IPA/Kimia
Semester : X ( sepuluh)
Sehubungan dengan penyelesaian tugas mata kuliah Skripsi ". mahasiswa tersebut memerlukan observasi dengan pihak terkait.
Oleh karena itu, karni rnohon kesediaan Saudara untuk rnenerirna mahasiswa tersebut dan mernberikan bantuannya.
Dernikianlah, atas perhatian dan bantuarmya Saudara kami ucapkan terima kasih.
Wassalamu 'alaikum wr. wb. Jakarta, 10 Februari 2009
~ DEPARTEMEN AGAMA No. Dokumen FITK-FR-AKD-082
UIN JAKARTA FORM (FR) Tgl. Terbit 1 September 2008
FITK No. Revisi: 00 UH BJ JI. Ir. H. Juanda No 95 Ciputal 15412 fndonesia Hal 1 /1 -----~
SURAT PERMOHONAN IZIN PENELITIAN .2 »z...
Nomor : Un.01/F. 1/PP.009/..... /2009 Jakarta, 18 Febrtiari 2009 Lamp. : Outline/Proposal Hal : Permohonan lzin Penelitian
Kepada Yth. Kepala MA Jamiyyah lslamiyah
Tangerang Banten
Assalamu 'alaikum wr. wb.
Dengan hormat kami sampaikan bahwa,
Nania Abdul Rahman 104016200426 x Pendidikan IPA- Kimi~
NIM Semester Jurusan Judul Skipsi Pengaruh Model Cooperative Learning Teknik Numbered Heads
Together Terhadap Has ii Belajar Siswa Pada Konsep Reaksi Reduksi Oksidasi Terintegrasi Nilai
adalah bcnar 1nahasis\va/i Fakultas ll111u 'farbiyah clan Kcguruan UIN Jakatia-yang sedang menyusun skripsi, dan akan mengadakan penelitian (riset) di instansi yang saudara pimp in.
LJntuk itu kaini n1ohon Saudara dapat 1nengizi11kan 111ahasis\11a tersebut n1elaksanakan penelitian di tempat dimaksud.
Atas perhatian dan ke1ja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih.
f'Vassala111u 'a/aikutn \Vr. lVb.
,..., __
Ten1busan: I. Dekan FITK 2. Pe1nbantu Dckan Bidang Akadc1nik 3. Mahasiswa yang bersangkutan
IV1ADRASAH ALIYAH
JAM'IYYAH ISLAMIYYAH TERAKREDITASI A. Nomor: KW.28/1/Dam.006/110/2006
Ju rang Mangu Timur, Kee. Pondok Aren Kabupaten DT. II Tangerang Banten Telephone: 730 6916, 730 6917
SURAT KETERANGAN Nomor : MAS.Jl/522Nll/2009
Yang bertanda tangan di bawah ini, Kepala Madrasah Aliyah Jam'iyyah lslamiyyah
ndok Aren Tangerang, dengan ini menerangkan bahwa :
Nama
Tempat Tanggal Lahir
Mahasiswa
Fakultas/Jurusan
No.lnduk Mahasiswa
Alam at
: Abdul Rahman
: Jakarta, 24 Desember 1985
: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
: Tarbiyah/Pendidikan IPA - Kimia
: 104016200426
: Jl.Ulujami Raya Gg.RW Rt.001/01 No.27
Nama tersebut diatas telah mengadakan Rise! di Madrasah Aliyah Jam"iyyah lslamiyyah
ntjok Aren mulai tanggal 17 Februari - 07 Maret 2009, dalam rangka menyusun Skripsi untuk
1m'enuhi syarat mendapatkan gelar sarjana di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
karta dengan judul skripsi :
'ENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TEKNIK NUMBERED HEADS TOGETHER
RHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP REAKSI REDUKSl-OKSIDASI
:R!NTEGRASI NILA! "
Dengan demikian surat keterangan ini diberikan agar dapat dipergunakan sebagaimana
istinya.
'1. -
DEPARTEMEN AGAMA No. Dokumen FITK-FR-AKD-089 i-=-~~""'-~--'---'="7'-'-~~~~-i
UIN JAKARTA f-T'-=l.-"T"'e"'rbccit'---'--5~Ja~n~u=ar~i 2=0~0~9 _ _, FITK FORM (FR) No. Revisi 00 Jl. lr. H. Juanda No. 95 Clputat 15412 lndone,;ia f-H'-'-a""'1-'-'-"~'---'--=1 /'71 ---------1
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama : Abdul Rahman
Tempat/Tgl.Lahir : Jakarta, 24 Desember 1985
NIM : 104016200426
.Jurusan/Prodi : Pendidikan IPA/Prodi Kimia
t\\amat : JI. Ulujami Raya Gg. RW Rt. 001/01 No. 27 Kel Pesanggrahan
Pesanggrahan Jakarta Se\atan 12320
MENYATAKANDENGANSESUNGGUHYA
Bahwa skripsi yang berjudul "Pengaruh Model Cooperative Learning Teknik
Numbered Heads Together Terhadap Hasil Belajar''.
Adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen:
1. Nama : Ir. Mahmud M. Siregar, M. Si.
NTP : 19540310 198803 1 001
2. Nama : Dedi lrwandi, M.Si.
NIP : 19710528 200003 I 002
Dcmikianlah Surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap
menerima segala konsekuensi apabila ternyata skripsi ini bukan hasil karya sendiri.
-·--·-·-·----·-----;..·-----....::.=,=~ r PE'RPUS't.@;~N IJ'tAM" I I UIN SVAHIO JAKA~t'A I
Jakarta, 3 I Agustus 2009
Top Related