PENGARUH ARSITEKTUR HINDU PADA ARSITEKTUR ISLAM …
Transcript of PENGARUH ARSITEKTUR HINDU PADA ARSITEKTUR ISLAM …
PENGARUH ARSITEKTUR HINDU PADA ARSITEKTUR
ISLAM
(STUDI KASUS ARSITEKTUR MASJID DAN MAKAM
RADEN NUR RAHMAD DI DESA SENDANGDUWUR
KABUPATEN LAMONGAN)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S. Ag)
Oleh :
Mahfudloh
11140321000065
PRODI STUDI AGAMA-AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERISYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1442 H/2021 M
i
LEMBAR PERSETUJUAN
PENGARUH ARSITEKTUR HINDU PADA ARSITEKTUR
ISLAM
(STUDI KASUS ARSITEKTUR MASJID DAN MAKAM
RADEN NUR RAHMAD DI DESA SENDANGDUWUR
KABUPATEN LAMONGAN)
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh:
Mahfudloh
NIM: 11140321000065
Dibawah Bimbingan
Siti Nadroh, M.A
NUPN.9920112687
PRODI STUDI AGAMA-AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERISYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1442 H/2021 M
ii
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Mahfudloh
Fakultas : Ushuluddin
Jurusan/ Prodi : Studi Agama-agama
Judul Skripsi : Pengaruh Arsitektur Hindu pada Arsitektur Islam
(Studi Kasus Masjid dan Makam Raden Nur Rahmad di Desa
Sendangduwur Kabupaten Lamongan)
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang dianjurkan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil
karya asli saya atau merupakan jiplakan dari hasil karya orang lain
maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 09 Juli 2021
Mahfudloh
iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN MUNAQASYAH
Skripsi berjudul “PENGARUH ARSITEKTUR HINDU PADA
ARSITEKTUR ISLAM (STUDI KASUS ARSITEKTUR MASJID DAN
MAKAM RADEN NUR RAHMAD DI DESA SENDANGDUWUR
KABUPATEN LAMONGAN)”. Telah diujikan dalam sidang munaqasyah
Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 27 Juli 2021.
Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Agama (S.Ag) Program Strata Satu (S-1) pada Program Studi Studi Agama-
Agama.
Jakarta, 10 Agustus 2021
Panitia Sidang Munaqasyah,
Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris merangkap Anggota,
Syaiful Azmi, M.A Lisfa Sentosa Aisyah, M.A
NIP.197103101997031005 NIP. 197505062005012003
Anggota,
Penguji I Penguji II
Prof. Dr. M Amin Nurdin, M.A Dra.Hermawati, M.A
NIDK.8970600029 NIP. 195412261986032002
Pembimbing
Siti Nadroh, M.A
NUPN. 9920112687
iv
ABSTRAK
Mahfudloh
Judul Skripsi : “Pengaruh Arsitektur Hindu pada Arsitektur Islam (Studi
Kasus Arsitektur Masjid dan Makam Raden Nur Rahmad di Desa
Sendangduwur)”
Akulturasi adalah proses pembudayaan lewat campuran dua kebudayaan
atau lebih yang saling bertemu dan saling mempengaruhi. Percampuran budaya
itu bisa berkenaan dengan wujudbudaya yang monumental. Salah satu bentuknya
terdapat pada bidang bangunan sebagai contoh penampilan arsitektur. Masjid dan
Makam Raden Nur Rahmad yang memperlihatkan adanya wujud akulturasi Islam
dan Hindu pada bangunannya.
Penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian lapangan yang dilakukan
di Desa Sendangduwur selama rentang waktu antara bulan Maret – April, penulis
menggunakan pendekatan antropologi arsitektur dan historis. Pendekatan
antropologi berguna dalam studi sejarah karena pendekatan antropologi sangat
membantu dalam mengkaji perkembangan budaya dalam kajian sejarah.
Pendekatan antropologi arsitektur digunakan digunakan untuk menjelaskan relasi
bentuk dan makna berdasarkan kebudayaan yang ada pada arsitektur Masjid
dan Makam Raden Nur Rahmad. Sedangkan pendekatan historis adalah
penelaahan serta sumber-sumber lain yang berisi informasi mengenai masa
lampau dan dilaksanakan secara sistematis, digunakan untuk mendeskripsikan
sejarah Masjid dan Makam Raden Nur Rahmad
Masjid Raden Nur Rahmad adalah masjid yang didirikan oleh Raden Nur
Rahmad yang merupakan tokoh penyebar Agama Islam di Desa Sendangduwur.
Bentuk akulturasi budaya pada arsitektur Masjid dan Makam Raden Nur Rahmad
bisa dilihat dari bentuk atap masjid tumpang, lalu pada bangunan makam terdapat
gapura bentar, gapura paduraksa, motif kalpwareksa , motif merak dan motif
kalaMarga. Sedangkan bentuk akulturasi pada bangunan Makam raden Nur
Rahmad bisa dilihat dari bentuk cungkup yang dan Nisan yang nisan bercorak
Surya Majapahit.
Dari proses akulturasi tersebut bisa disimpulkan bahwa pengaruh
arsitektur Hindu terhadap Arsitektur pada Masjid dan makam raden Nur Rahmad
terdapat pada bentuk-bentuk bangunan Masjid dan Makam, yakni pada Masjid
Atap tumpang lalu motif lotus pada mimbar masjid, kemudian pada bangunan
makam di pintu masuknya terdapat gapura candi Bentar, gapura Gunung
bersayap, terdapat pula motif Kala marga , dan motif merak
Kata kuci : Akulturasi, Masjid Makam, Antropologi Arsitektur
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan semesta
alam yang telah memberikan rahmat, nikmat berupa akal sehingga penulis bisa
menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENGARUH ARSITEKTUR HINDU
PADA ARSITEKTUR ISLAM (STUDI KASUS ARSITEKTUR MASJID
DAN MAKAM RADEN NUR RAHMAD DI DESA SENDANGDUWUR
KABUPATEN LAMONGAN) .” Shalawat dan salam semoga tetap tercurah
kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan kita para pengikutnya.
Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan baik
moril maupun materil, oleh karena itu sebagai tanda syukur penulis ingin
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu (Suwamah) dan Bapak (Muslimin) Alm. Selaku kedua orang tua penulis
yang selalu memberikan semangat, dan bantuan baik moril maupun materil,
serta doa yang tak pernah putus sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi
ini.
2. Ibu Siti Nadroh, M.A. selaku Dosen pembimbingyang telah membimbing
penulis dengan penuh kesabaran dan ketelitian sehingga penulis bisa
menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Syaiful Azmi M.A selaku Ketua Jurusan Studi Agama-agama
merangkap penasihat akademik dan Ibunda Lisfa Sentosa Aisyah, M.A selaku
sekretaris Jurusan Studi Agama-agama yang tak kenal lelah dalam
memberikan pelayanan kepada mahasiswa dengan sangat sabar dan baik.
vi
4. Segenap Bapak Ibu Dosen Fakultas Ushuluddin UIN Jakarta yang telah
memberikan wawasan dan pengetahuan kepada penulis semasa kuliah di
kampus ini.
5. Seluruh staf Perpustakaan Fakultas Ushuluddin dan Perpustakaan Utana UIN
Jakarta yang telah menyediakan fasilitas yang dibutuhkan penulis.
6. Ibu Prof. Dr. Amany Lubis, M.A. selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
7. Bapak Dr. Yusuf Rahman, M.A selaku Dekan Fakultas Ushuluddin UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Bapak Kusmana, M.A., Ph. D selaku Wakil Dekan Bagian Akademik
Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
9. Ibu Dra. Nuriyah M.A yang selalu menyemangati dan memberi dukungan
baik moril maupun materil kepada penulis.
10. Bapak Barrur Rohim, S.Pd selaku Kepala Desa Sendangduwur beserta staf
Desa Sendangduwuryang telah memberi ijin penelitian kepada penulis.
11. Bapak KH. Salim Azhar Selaku Tokoh Agama di Desa Sendangduwur.
12. Bapak Fahruddin Selaku Juru Kunci Makam Raden Nur Rahmad
Sendangduwur.
13. Kakak Penulis Farih Hamdan, Hamid Arif, Khusnul Khuluq, Irma Hayati,
Erlinawati, dan tiga ponakan penulis Diana Felhista Ayu, Izzan Rasyid
Maulana dan Azachel Arsyanendra Rafisqi dan seluruh keluarga besar Bani
Asyraf.
vii
14. Kepada Lingga Irfa Binangkit, Wardah Humaeroh, Khilda Fauziah, Riky
Setiawan selaku teman seperjuangan dalam menyelesaikan skripsi ini.
15. Kepada seluruh jajaran Guru TK Ar-Rahmah, Bu Endah, Bu Lala, Bu Kiki,
Kak Maya, Kak Indah, yang selalu menyemangati penulis dalam penyelesaian
skripsi ini.
16. Teman-teman SAA 2014 khususnya, Fau, Rexy, Maya, Zuhroh , Feni,.
Terimakasih terlah menjadi teman dalam seperjuangan menuntut ilmu di UIN
Jakarta. Dan juga teman-teman KKN Archery 2017.
Semoga semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini
mendapatkan balasan dari Allah SWT, dan penulis menyadari dalam penyusunan
skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu saran dan kritik dari
pembaca sangat diharapkan agar skripsi ini menjadi lebih baik. Akhirnya semoga
skripsi ini bisa bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
Jakarta, 12 Juli 2021
Mahfudloh
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................... i
LEMBAR PERNYATAAN .................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN MUNAQASYAH ....... iii
ABSTRAK. .............................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ............................................................................. v
DAFTAR ISI. ........................................................................................... vii
BAB I : PENDAHULUAN...................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian ................................. 6
D. Tinjauan Pustaka ........................................................................... 8
E. Landasan Teori .............................................................................. 9
F. Metodologi Penelitian ................................................................... 11
G. Sistematika Penelitian ................................................................... 17
BAB II : RAGAM ARISTEKTUR HINDU DAN ISLAM ................. 19
A. Aristektur Hindu dan Arsitektur Islam .......................................... 19
B. Deskripsi Arsitektur Masjid Raden Nur Rahmad ......................... 23
C. Deskripsi Arsitektur Makam Raden Nur Rahmad ........................ 29
BAB III : SEJARAH SOSIAL DAN KEAGAMAAN DESA
SENDANGDUWUR ........................................................... 30
A. Sejarah Desa Sendangduwur ......................................................... 30
B. Tokoh sosial dan Keagamaan Desa Sendangduwur ...................... 37
ix
C. Kehidupan Sosial dan Keagamaan Masayarakat Desa
Sendangduwur ............................................................................... 39
D. Akulturasi Hindu-Budha pada Masyarakat Desa Sendangduwur..41
BAB IV :AKULTURASI ARSITEKTUR HINDU PADA
ARISTEKTUR ISLAM ....................................................... 49
A. Akulturasi Arsitektur Hindu pada Bangunan Masjid Raden Nur
Rahmad .......................................................................................... 49
B. Akulturasi Arsitektur Hindu pada Bangunan Makam Raden Nur
Rahmad .......................................................................................... 52
C. Bentuk-bentuk Akulturasi Islam-Hindhu pada Bangunan Masjid
dan Makam Raden Nur Rahmad ................................................... 57
BAB V : PENUTUP ................................................................................ 60
A. Kesimpulan ................................................................................... 61
B. Saran .............................................................................................. 62
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 63
LAMPIRAN ............................................................................................. 64
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Jawa Timur merupakan sebuah provinsi di bagian Timur
Pulau Jawa Indonesia, saat ini Provinsi ini didiami oleh kelompok
etnis yang beragam, seperti Suku Jawa, Suku Madura, dan orang
Tionghoa-Indonesia.1 Selain itu Jawa Timur saat ini berada dalam
tahap pembangunan diberbagai sektor penunjang perekonomian,
salah satunya pariwisata. Pariwisata berkaitan eraat dengan
kehidupan manusia yang meliputi kegiatan sosial, ekonomi dan
keagamaan.2
Lamongan adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa
Timur yang memiliki keindahan alam yang indah dan banyak
tempat pariwisata. Sebagian besar wilayah Lamongan merupakan
kawasan pesisir, sebagian lagi berupa perbukitan.3 Kabupaten
Lamongan memiliki beberapa peninggalan sejarah keagamaan,
salah satu diantaranya adalah Masjid dan Komplek Makam Raden
Nur Rahmad yang terletak di Kawasan Desa Sendangduwur.
1Diakses dari http://jatimprov.go.id/read/sekilas-jawa-timur/sekilas-jawa-timur
Pada Tanggal 23 Juli 2021 Pukul 06.10 2Mohammad Farid etcal, Lamongan Memayu Raharja Ning Praja (Lamongan:
Tim Penyusun Naskah Lamongan Memayung Raharjaning Praja, 1993) h. 8. 3Diakses dari https://lamongankab.go.id/portal/search-result?keyword=profil+
Pada Tanggal 23 Juli 2021 pukul 06.15
2
Desa Sendangduwur ialah kawasan yang memiliki banyak
peninggalan sejarah budaya serta merupakan jalur penyebaran
agama Islam oleh para Walisongo dan para Sunan. Dahulu pada
zaman kerajaan Hindu Jawa Timur pesisir utara merupakan daerah
perdagangan yang telah dikenal oleh pedagang dari nusantara
maupun para saudagar dari Timur Tengah yang datang, pergi dan
ada pula yang menetap.
Islam datang ke Sendangduwur setelah penyebaran agama
Hindu dan Budha. Karena hal tersebut banyak unsur Islam yang
dipengaruhi oleh unsur agama Hindu-Budha. Termasuk salah
satunya dalam arsitektural Islam yang banyak membawa unsur-
unsur lokal dan unsur Hindu-Budha. Contohnya pada Masjid
Raden Nur Rahmad merupakan salah masjid peninggalan Sunan
Sendangduwur yang merupakan tokoh penyebar agama Islam di
Sendangduwur sehingga dalam bangunan masjid terbentuk atas
proses akulturasi antar budaya Islam-Hindu.
Masjid muncul sebagai pusat kegiatan Islam yang
merupakanperpaduan dari fungsi bangunan sebagai unsur arsitektur
Islam yang berpedoman pada ketentuan-ketentuan yang
diperintahkan oleh Tuhan sebagai pelaksanaan ajaran Islam,
dengan bangunan sebagai ungkapan tertinggi dari nilai-nilai luhur
kehidupan manusia yang melaksanakan ajaran Islam. Maka
tampillah arsitektur Masjid dengan segala bentuk, gaya, corak dan
3
penampilannya dari setiaap kurun waktu, setiap daerah, lingkungan
kehidupan dengan adat dan kebiasaan, serta latar belakang manusia
yang menciptakannya.4 Bangunan Masjid Raden Nur Rahmad di
Desa Sendangduwur merupakan salah satu wujud penampilan
budaya Islam tersebut.
Hal tersebut timbul karena adanya penyesuaian budaya
Islam terhadap budaya Hindu-Budha yang dominan pada saat itu.
Sehingga terbentuklah arsitektural masjid yang membawa bentuk
akulturasi antar budaya Islam dan Hindu .
Jika Masjid pada umumnya dibangun dengan memadukan
gaya arsitektur Islam dengan nusantara, tetapi beberapa masjid tua
memiliki arsitektur yang mirip dengan Hindu.5
Mengenai bentuk bangunan Masjid di Indonesia,
sebenarnya tidak ada ketentuan yang mengikat. Biasanya bentuk
masjid mengikuti langgam daerah setempat, sehingga lahir bentuk
masjid yang bermacam-macam sesuai dengan kebiasaan dan
kemampuan masyarakat yang mendirikannya. Daerah-daerah yang
kurang mendapat pengaruh Hindu biasanya lebih tajam
menonjolkan keaslian arsitektur daerahnya dibandingkan daerah-
daerah yang mendapat pengaruh Hindu. Lama kelamaan, pola
arsitektur daerah ini pun berubah. Faktor utamanya adalah karena
4Abdul Rochyn, Sejarah Arsitektur Islam: Sebuah Tinjauan (Bandung: Angkasa,
1983), h. 3 5Budi, Bambang Setia. Pengantar Sejarah Perkembangan Arsitektur Masjid di
Jawa Makalah Seminar dan Pameran Masjid-masjid Terpilih se-Jawa. Bandung: Fakultas
Sastra Jepang UNPAD.
4
mendapat pengaruh visual dari masjid-masjid di luar Indonesia.
Pengaruh yang sangat terasa terutama pada bentuknya, seperti
kelengkapan masjid yang berupa menara dan kubah serta unsur-
unsur ornamen bangunannnya.6 Secara garis besar, konsep
arsitektur Islam merujuk pada ayat-ayat “Quraniyah‟ (berasal dari
Al-Quran) dan “Kauniyah‟ (bentuk hukum alam).7 Meskipun kini
masyarakat Desa Sendangduwur memeluk agama Islam, akan
tetapi dahulu sebelum Islam datang masyarakat Desa
Sendangduwur menganut agama Hindhu dan Budha.
Masjid merupakan tempat ibadah umat Islam yang biasanya
digunakan untuk kegiatan ibadah seperti sholat, pengajian atau
ceramah serta peringatan hari-hari besar Islam lainnya.8 Selain itu
Masjid Raden Nur Rahmad juga merupakan peninggalan Islam
yang banyak mendapat pengaruh kebudayaan Hindu, hal ini bisa
dilihat dari pola hias gunungan kala pada ukiran tiang mimbar
Masjid Raden Nur Rahmad. Selain itu Masjid Raden Nur Rahmad
tidak hanya difungsikan sebagai tempat ibadah semata-mata, tetapi
juga sebagai arena menciptakan ruang budaya melestarikan tradisi
keagamaan dan sarana penanaman budaya Islam. Ada proses
dialektika antara budaya islamis yang dibawa oleh Sunan Sendang
6Abdul Rochym, Mesjid dalam Karya Arsitektur Nasional Indonesia. (Bandung
: Angkasa. 1995) h.26-27 7Bambang Sakti Wiku Atmojo, Analisis Arsitektur Masjid. Naditira Widya No.
04. Banjar Baru: Balai Arkeologi Banjarmasin. 8Sri Sugiyati dkk, Masjid Kuno Indonesia (Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1999), h. 9
5
Duwur dan kebudayaan lama non islamis yang dimiliki oleh
masyarakat setempat, sehingga terjadilah akulturasi budaya.9
Berbicara mengenai Masjid Sendangduwur maka tak bisa
dipisahkan dari Makam Sendangduwur yang mana merupakan
Makam Raden Nur Rahmad selaku pendiri Masjid Sendangduwur
tersebut dimakamkan. Makam Sendangduwur merupakan salah
satu peninggalan sejarah yang berasal dari masa transisi Indonesia
Hindu dan Islam. pada bangunan makam Raden Nur Rahmad,
terdapat gapura untuk memasuki makam lalu, terdapat kemiripan
dengan bangunan candi bentar, dan gapura paduraksa.
Wujud akulturasi Islam-Hindhu pada arsitektur Masjid dan
Makam bisa dilihat dari bentuk bangunan fisik Masjid
Sendangduwur sebagai budaya masyarakat Sendangduwur yang
disertai oleh spirit Islam yang kreatif dan menandakan kemajuan
pemikiran dan peradabannya. Interaksi antara penyebar Islam
Raden Nur Rahmad dengan masyarakat setempat mengakibatkan
adanya kontak budaya atau akulturasi tradisi-budaya Hindu dengan
nilai-nilai Islam. Bukti adanya akulturasi itu hingga sekarang masih
tampak terlihat dan lestari pada konstruksi bangunan Masjid Raden
Nur Rahmad yang merepresentasikan gaya arsitektur Hindu-Islam.
Selain itu keunikan dari Masjid Raden Nur Rahmad juga
bisa dilihat dari masjid yang beratap tumpang, terdapat ruang
9Novita Siswayanti, “Fungsi Masjid Sendangduwur Sebagai Wujud Akulturasi
Budaya,” JurnalSmart Vol. 2, No.2 Desember 2016, h. 144
6
bunjur sangkar seperti joglo. Yang mempunyai banyak tiang
penyangga. Sedangkan pada makam Raden Nur Rahmad sendiri
terdapat Gapura Bentar, gapura paduraksa, nisan dengan hiasan
“Sinar Matahari” dengan ditengahnya terpahat hurup Arab berupa
Syahadat dari keterangan tersebut makam sendang duwur terdapat
unsur budaya Hindu yang masih kental dan dipadukan dengan
Islam.
Berdasarkan peemaparan di atas dengan beberapa keunikan
yang masih terjaga dari dulu hingga sekarang, penulis merasa
tertarik untuk meneliti lebih jauh, sehingga penulis mengambil
judul “Pengaruh Arsitektur Hindu pada Arsitektur Islam (Studi
Kasus Arsitektur Masjid dan Makam Raden Nur Rahmad di
Desa Sendangduwur Kabupaten Lamongan)”
B. Rumusan Masalah
Supaya pembahasan dalam penulisan skripsi ini tidak
meluas, maka penulis merumuskan masalah dalam bentuk
pertanyaan sebagai berikut: Bagaimana Pengaruh Arsitektur Hindu
pada Arsitektur Islam Studi Kasus Arsitektur Masjid dan Makam
Sunan Raden Nur Rahmad Sendangduwur?
7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan
diatas, maka tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui
Pengaruh Arsitektur Hindu pada Arsitektur Islam di Masjid dan
Makam Raden Nur Rahmad Sendangduwur
Adapun Manfaat penelitian ini dibagi menjadi tiga, yakni
kegunaan teoritis, praktis dan Akademis
a) Kegunaan teoritis
Secara teorotis penelitian ini diharapkan bisa
digunakan sebagai sumbangan data ilmiah dan dapat
menambah keilmuan mengenai bentuk -bentuk akulturasi
Islam-Hindu pada arsitektur Masjid dan Makam Sunan Raden
Nur Rahmad Sendangduwur
b) Kegunaan praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
bahan tambahan bagi masyarakat luas yang ingin mengetahui
Pengaruh Arsitektur Hindu pada Arsitektur Islam di arsitektur
Masjid dan Makam Sunan Raden Nur Rahmad di Desa
Sendangduwur.
c) Kegunaan Akademis
Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu syarat
untuk memenuhi persyaratan akhir perkuliahan guna
mendapatkan gelar Sarjana Agama (S.Ag) jurusan Studi
8
Agama-agama Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
D. Tinjauan Pustaka
Dalam proses penelusuran karya-karya ilmiah yang sama
atau mirip dengan penyususan karya ilmiah ini, diantaranya
sebagai berikut:
Pertama, skripsi Yulianti dengan judul “Legenda Desa
Sendang Duwur Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan (kajian
Struktur, Fungsi, Dan Nilai Budaya),” Universitas Negeri Surabaya
Fakultas Bahasa Sastra,Tahun 2006. Skripsi ini menjelaskan
tentang berbagai legenda yang ada di Sendangduwur serta nilai-
nilai budaya dalam legenda tersebut. Persamaan skripsi beliau
dengan penulis adalah sama- membahas sejarah Desa
Sendangduwur lalu perbedaannya adalah selain membahas sejarah
Sejarah Desa Sendangduwur penulis juga membahas tentang
bentuk akulturasi yang ada pada Arsitektur bangunan di Masjid
dan Makam Raden Nur Rahmad.
Kedua,skripsiWiandik “Aspek-Aspek Akulturasi pada
Kepurbakalaan Sendangduwur di Paciran Lamongan. “ Fakultas
Ilmu Sosial, Universitas Negeri Surabaya tahun 2014. Skripsi ini
membahas tentang Akulturasi terhadap situs-situs dan tempat-
tempat keramat di Desa Sendangduwur. persamaan skripsi beliau
dengan penulis adalah sama-sama memabahas tentang akulturasi
9
pada masjid dan makamsedangkan perbedaannya penulis
menambahkan kajian arsitektur pada penelitian penulis.
Ketiga, skripsi Siti Sumaitah “Peranan Sunan Sendang
(1520-1585) Dalam penyebaran Islam di Desa
SendangduwurPaciran Lamongan.” Jurusan Sejarah Kebudayaan
Islam, UIN Sunan Ampel Surabaya tahun 2014.Fokus penelitian
skripsi Siti Sumaitah yaitu hanya pada sejarah masuknya Islam di
DessaSendangduwur yang di sebarkan oleh Raden Nur Rahmad,
pesamaan penelitian Siti Sumaitah dengan penulis yakni sama-
sama membahas sejarah yang ada di Masjid dan Makam,
sedangkan perbedaannya disini penulis juga akan membahas
akulturasi budaya yang ada pada bangunan Masjid dan Makam
Raden Nur Rahmad Sendangduwur.
E. Landasan Teori
Menurut Abdul Rochym Akulturasi adalah suatu segi
kebudayaan yang menyentuh segi kemanusiaan secara langsung
yang mengandung faktor pelaksanaan kehidupan manusia. Hal
tersebut dapat berupa gambaran dari corak kehidupan manusia
dengan segala kelengkapannya seperti masa kehidupanya, latar
belakangnya, pembentukan kebudayaan serta bagaimana
10
kehidupan tersebut di realisasikan ke dalam bentuk-bentuk fisik
bangunan,karya seni dan kepercayaan.10
Kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa dan rasa.11
Menurut Koentjaningrat kebudayaan ada tiga wujudnya, yakni :
1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide,
gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan-peraturan dan
lain sebagainya.
2. Wjud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta
tindakan yang berpola dari manusia dalam masyarkat.
3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya
manusia.
Berdasarkan uraian diatas bisa difahamibahwa kebudayaan
dapat dikaitkan dengan wujud bangunan karena ada kebudayaan
yang bersifat kongkrit sehingga dapat mewujudkan suatu kelakuan
yang berfungsi untuk memahami dan menafsirkan sesuatu yang
dihadapi. Hal tersebut menghasilkan benda-benda kebudayaan,
seperti bangunan-bangunan lama yang berupa masjid-masjid tua
dan candi. Salah satunya ialah masjid dan makam Raden Nur
Rahmad yang mendapatkan pengaruh kebudayaan Islam-Hindu
sehingga penampilan arsitektur bangunannya memiliki keunikan
tersendiri dibanding dengan Masjid dan Makam lainnya.
10Abdul Rohym, Sejarah Arsitektur Islam , h. 2
11Koentjaningrat, Pengantar Ilmu Antropologi (Jakarta : Rineka Cipta, 1990 ), h.
181
11
Penelitian ini menggunakan teori akulturasi yang
dikemukakan oleh Koentjaningrat. Akulturasi sebagai proses sosial
untuk mengakomodasi dan mengintegrasikan unsur kebudayaan itu
sendiri.12
Lebih lanjut Redfield juga menjelaskan akulturasi adalah
suatu fenomena yang merupakan hasil ketika suatu kelompok
individu yang memiliki kebudayaanan yang berdeda datang dan
secara berkesinambungan melakukan kontak dari perjumpaan
pertama, yang kemudian mengalami perubahan dalam pola
kebudayaan asli salah satu atau kedua kelompok tersebut.
Menyikapi bahwa akulturasi kebudayaan merupakan suatu kontak
dan yang melibatkan dua atau lebih komponen atau aspek lainnya
yang mendorong suatu perubahan.13
F. Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian adalah salah satu cara yang
digunakan seorang peneliti untuk menjawab dorongan dari rasa
keingintahuan terhadap dunianya, sebelum melakukan metodologi
penelitian peneliti terlebih dahulu menempuh cara-cara lain yang
non ilmiah yang dianggap lebih praktis dan cepat menghasilkan
jawaban. Namun penggunaan cara-cara ilmiah untuk menjawab
12Koentjaningrat, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, h. 248
13Yanyan Suryana, “Akulturasi Kebudayaanan (Hindu-Budha-Islam) Dalam
Buku Teks Pelajaran Sejarah Nasional Indonesia,” Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial,
Volume 26, No. 1, Juni 2017, h. 103
12
keingintahuuan saja dan juga memperhatikan kebenaran ilmiah
(scientifictruth) akan tetapi juga mempertimbangkan cara
memperoleh kebenaran ilmiah tersebut. Cara untuk
mendapatkannya yakni dengan penelitian ilmiah
(scientificresearch) disebut juga dengan metode penelitian.14
Dalam hal ini penelitian ini penulis membagi metodologi penelitian
menjadi beberapa bagian yakni :
1. Jenis Penelitian
Penelitianyang penulis lakukan adalah penelitian lapangan
(fieldresearch), dilaksanakan di Masjid dan Makam Raden Nur
Rahmad, di Desa Sendangduwur selama rentang waktu antara
bulan Maret 2021 sampai bulan Mei 2021.
2. Sumber Data
Sumber data penelitian ini dibagimenjadi dua, yakni primer
dan sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh
dikumpulkan langsung oleh orang yang melakukan
penelitian.15Dalam proses penelitian lapangan penulis
melakukan wawancara kepada beberapa narasumber
diantaranya:
a) K.H. Salim Azhar selaku tokoh Keagamaan Desa
Sendangduwur.
14H.M. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi,
Ekoomi, dan Kebijakan Publik serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya (Jakarta: Kencana, 2017),
h. 8-9 15M Iqbal Hasan, Pokok-pokok Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, (Bogor:
Ghalia Indonesia, 2002), h. 81.
13
b) Bapak Fahruddin selaku Pengurus Masjid dan Makam
Raden Nur Rahmad
c) Bapak Bahrur Rohim S. Pd selaku Kepala Desa
Sendangduwur
Sedangkan data sekunder adalah data yang materinya
secara tidak langsung berhubungan dengan masalah yang
diungkapkan. Data sekunder ini juga bisa digunakan sebagai
pelengkap data primer.16 Data sekunder diperoleh penulis
dariliteratur atau kepustakaan berupa buku, jurnal, disertasi
dan lain yang relevan. sebagainya yang diolah kemudian
disimpulkan.
3. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang penulis gunakan adalah antropologi
arsitektur 17 dan historis, Dalam metode antropologis objek
kajiannya adalah manusia, masyarakat serta budaya dan
kaitannya dengan agama. Tinjauan antropologi dapat diartikan
sebagai salah satu upaya untuk memahami agama dengan
melihat wujud praktik keagamaan (tindakan, perilaku) yang
tumbuh dan berkembang di masyarakat.18Selain itu
Antropologi diartikan sebagai ilmu tentang manusia. Secara
16Suharsini Ari Kunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta:
Rineka Cipta, 2002), h. 117. 17Ashadi, Pengantar Antropologi Arsitektur, (Jakarta: Arsitektur UMJ Press
2018), h. 14
18 Feryani Umi Rosidah, Pendekatan Antropologi Dalam Studi Agama, h. 24
14
terminologi, antropologi diartikan sebagai ilmu tentang
manusia, khususnya tentang asul-usul, aneka warna bentuk
fisik, adat istiadat dan kepercayaannya pada masa lampau.19
Edward Taylor mendefinisikan antropologi sebagai hasil
prilaku yang pada gilirannya mengakumulasikan dan
mentransimisikan pengetahuannya. Oleh karena
kemampuannya yang khusus manusia itu maka ia dapat
menyusun kembali lingkungan alamiahnya. Adapun definisi
lain yang dikemukakan oleh para pakar antropologi, setidaknya
antara lain adalah menurut James L. Peacock,20 pengertian
antropologi itu menitik beratkan pada aspek pemahaman
kemanusiaan dalam bentuk keanekaragaman secara
menyeluruh.
Antropologi Arsitektur adalah ilmu yang merupakan
gabungan dari Antropologi dan Arsitektur. Antropologi adalah
ilmu yang memelajari tentang manusia. Antropologi Arsitektur
adalah ilmu yang memelajari manusia bagaimana ia
berarsitektur. Arsitektur itu sendiri adalah relasi antara bentuk,
fungsi, dan makna dalam kerangka kebudayaan. Dengan
demikian Antropologi Arsitektur dapat diartikan sebagai ilmu
yang memelajari manusia bagaimana dia, dengan bantuan
19 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Jakarta: Balai Pustaka, 1995), 50. 20 James. L. Peacock, The Antrophological Lens, Harsh Ligh, Soft Focus
(Cambridge: University Press, 1998), 10.
15
kebudayaannya, membangun relasi bentuk-fungsi-
makna.Penelitian ini menggunakan teori akulturasi yang
dikemukakan oleh Koentjaningrat. Koentjaraningrat
menyebutkan, akulturasi merupakan proses sosial yang timbul
apabila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan
tertentu dihadapkan pada unsur-unsur kebudayaan asing
sedemikian rupa sehingga unsur kebudayaan asing tersebut
lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri
tanpa menyebabkan hilangnya kebudayaan lokal itu sendiri.
Proses akulturasi kebudayaan dapat terjadi apabila suatu
masyarakat atau kebudayaan dihadapkan pada unsur
kebudayaan asing. Sedangkan pendekatan historis
digunakan untuk mendeskripsikan biografi serta sejarah hidup
Raden Nur Rahmad, melalui pendekatan ini juga dapat
mendeskripsikan latar belakang berdirinya Masjid dan Makam
di Desa Sendangduwur
4. Teknik Pengumpulan Data
a) Observasi
Observasi, adalah melakukan pengamatan suatu
keadaan, suasana, peristiwa, menghimpun, memeriksa dan
mencatat dokumen-dokumen yang menjadi sumber data
penelitian. Penulis terjun langsung ke lokasi Masjid dan
16
Makam Raden Nur Rahmad Sendangduwur, guna melihat
keadaan sekitar lokasi penelitian.
b) Wawancara
Wawancara merupakan proses interaksi dan kombinasi
berupa wawancara mendalam (indepthinterview) yang
dilakukan untuk mendapat informasi terkait dalam
permasalahan. Dalam penelitian ini yang menjadi
responden adalah Pengurus sekaligus juru kunci atau
kuncen yang dipercayai di Masjid dan Makam Raden Nur
Rahmad, serta Tokoh Keagamaan di Desa
Sendangduwurdan masyarakat sekitar yang dianggap
relevan dengan objek yang diteliti.21
c) Dokumentasi
Dokumentasi adalah suatu teknik pengumpulan data
dengan menghimpun dan menganalisa dokumen-dokumen
baik tertulis, gambar, maupun elektronik.22
Terkait dengan kegiatan yang dilakukan teknik
penulisan skripsi ini, penulis merujuk pada buku Pedoman
Penulisan karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi) UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang diterbitkan oleh Biro
21Koentjaningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat (Jakarta:PTGramedia,
1977),h. 129.
22Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian pendidikan (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2009), h. 221.
17
Akademik dan Kemahasiswaan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta tahun 2013/2014.
G. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan dalam pembahasan, penulisan skripsi
ini dibagi menjadi beberapa bab yaitu :
Bab I : Pendahuluan, dalam bab ini membahas tentang
alasan pemilihan judul, dengan menunjukkan faktor yang
mendorong pemilihan judul skripsi, keemudian diikuti dengan
rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan
pustaka, landasan teori , metodologi penelitian dan sistematika
penulisan.
BAB II : Ragam Arsitektur Hindu dan Islam. Dalam bab
ini penulis akan membahas tentang Arsitektur Hindu dan
Arsitektur Islam, lalu Deskripsi Arsitektur Masjid Raden Nur
Rahmad dan Deskripsi Arsitektur Makam Raden Nur Rahmad.
BAB III : Sejarah Sosial dan Keagamaan Desa
Sendangduwur. Dalam bab ini penulis akan membahas tentang
Sejarah Desa Sendangduwur, Tokoh Sosial dan Keagamaan Desa
Sendangduwur, Kehidupan Sosial dan Keagamaan Masyarakat
Desa Sendangduwur.
BAB IV : Akulturasi Arsitektur Hindu pada Arsitektur
Islam. Dalam bab ini Penulis akan membahas tentang, Akulturasi
Arsitektur Hindu pada Bangunan Masjid Raden Nur Rahmad,
18
Akulturasi Arsitektur Hindu pada Bangunan Makam Raden Nur
Rahmad, Akulturasi Budaya Hindu pada bangunan Masjid, dan
Bentuk-bentuk Akulturasi Islam-Hindu pada bangunan Masjid dan
Makam Raden Nur Rahmad.
BAB V : Penutup berisi kesimpulan dan saran dari penulis
19
BAB II
RAGAM ARSITEKTUR HINDU DAN ISLAM
A. Arsitektur Hindu dan Arsitektur Islam
Kata arsitektur berasal dari bahasa Yunani yaitu
“architekton”, kata architekton terdiri dari dua kata yaitu: arkhe
dan tetoon. Arkhe berarti yang asli, awal, utama, otentik dan
tektoon berarti stabil, kokoh, statis. Jadi architektoon berarti
pembangunan utama atau bisa juga berarti tukang ahli bangunan.1
Arsitektur adalah susunan ruang-ruang yang dirancang untuk
kegiatan tertentu yang di integrasikan dengan harmonis kedalam
sebuah komposisi.2
Arsitektur adalah pembangunan utama, dalam arti terbatas
dalam arti total norma. Tata bangunan, tata ruang, tata seluruh
pengejawantahan yang selalu datang dari dalam, dari inti, galih, jati
diri, pandangan semesta, sikap didup serta kebudayaan bangsa dari
galaksi keyakinan dasar suatu komunitas, konkrit, histories, tidak
abstrak, tidak seragam untuk segala bangsa maupun kurun zaman.3
Perkembangan arsitektur di Indonesia tidak dapat
dilepaskan dari masa Hindu-Budha. Arsitektur era Hindu dan
1Syafwandi, Menara Masjid Kudus Dalam Tinjauan Sejarah dan
Arsitektur (Jakarta: Bulan Bintang,1985), h. 50.
2H.K. Ishar, Pedoman Umum Merancang Bangunan (Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 1995), h. 21. 3M Zein. Wiryoprawiro, Perkembangan Arsitektur Masjid di Jawa Timur,
(Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1986), h. 56
20
Budha berkembang pada abad ke 13. Desain arsitektur candi di
Indonesia menunjukkan adanya kekhasan tertentu. Hal ini
menunjukkan adanya local genius yang berperan aktif di dalamnya.
Pengaruh arsitektur Hindu atau India pada arsitektur Indonesia
terutama disebabkan oleh penyebaran agama Hindu dan Budha
oleh para pedagang India. Para pedagang masuk ke Indonesia pada
abad 200-600 M. Hal ini ditandai dengan ditemukan patung Budha
dari perunggu di Sulawesi, Jawa Timur, Jawa Barat sebagai tanda
kebangkitan agama Hindu. Pengaruh ini didapat dari penyebaran
agama Hindu dan Budha oleh para pedagang ini. Masyarakat mulai
membangun tempat-tempat ibadah yang mirip dengan yang ada di
India. Pada awal proses berinteraksi dengan para pedagang dari
India dengan masyarakat nusantara.Tempat ibadah yang dibangun
belum lengkap dan utuh, hanya merupakan arca-arca dan patung.
Arca dan patung tersebut hanya dilindungi oleh atap dari ijuk. Pada
perkembangan selanjutnya baru kemudian berkembang candi-candi
yang dibangun secara utuh. Candi-candi yang dibangun pada
awalnya sangat mirip dengan candi-candi yang ada di India. Tetapi
pada perkembangannya arsitektur candi berkembang dan memiliki
karakternya tersendiri yang tidak mirip dengan arsitektur di India
karena sudah disesuaikan dengan elemen elemen dan budaya yang
ada di Indonesia. Kemiripannya hanya ditemukan pada ornament,
arca dan patung-patung. Arsitektur bangunan pada masa Hindu
21
masih bertahan sampai saat ini. Tetapi wujud bentuknya tidak lagi
sama benar dengan bangunan Hindu-Budha (candi), tetapi
pengaruh Hindu-Budha membuat arsitektur bangunan yang ada di
Indonesia menjadi khas. Karena agama Hindu-Budha berasal dari
India, maka bangunan-bangunan candi yang ada di Indonesia
mendapat pengaruh dari India, khususnya pada konstruksi
bangunan, gaya arsitektur dan hiasan. Namun asimilasi antara
budaya India dan Indonesia tidak menghilangkan kekhasan budaya
Indonesia, dan menjadikan candi-candi salah satu ciri bangunan
Hindu adalah “berundak”. Sejumlah undakan umumnya terdapat di
struktur bangunan candi yang ada di Indonesia.4
Menurut kitab Manasara Silpasastra (Kitab agama Hindu
yang menjelaskan mengenai seni dan tata cara pembuatannya),
bahwa bentuk sebuah candi adalah pengetahuan dasar dari sebuah
seni bangunan gapura, yaitu bangunan yang berada pada jalan
masuk atau keluar dari suatu tempat, lahan, atau wilayah. Namun
yang membedakan antara gapura dan candi adalah pada ruangnya,
yaitu candi mempunyai ruang tertutup sedangkan gapura
mempunyai lorong-lorong sebagai jalan keluar masuk.
Arsitektur Islam adalah cara membangun yang Islami tidak
bertentangan dengan hukum syariah ,tanpa batasan terhadap
tempat dan fungsi bangunan, namun lebih kepada karakter
4Wiyoso Yudo seputro, Pengantar Seni Rupa Islam di Indonesia, (Bandung:
Angkasa, 1998) h. 24
22
Islaminya dalam hubungannya dengan desain bentuk dan
dekorasi. Definisi ini meliputi semua jenis bangunan, tidak
terbatas pada pengertian arsitektur Islam sebagai lingkungan
binaan yang lebih dipengaruhi oleh tipologi,sejarah,tempat,atau
langgam saja, yakni :
Pertama, mengacupada tipologi bentuk, menurut
pemikiran ini, tipe produk utama arsitektur Islam adalah berupa
masjid, makam, istana dan benteng. Dari keempat tipe bangunan
inilah bentuk-bentuk arsitektur Islam difungsikan dan dipakai pada
bangunan lain yang skalanya lebih kecil.
Kedua, Mengacu pada sejarah dan tempat. Dulu, saat Islam
mengalami masa keemasan, banyak wilayah di berbagai belahan
dunia yang masuk Islam, sehingga otomatis juga berpengaruh
pada kebudayaan dan produk arsitekturnya. Sebagai contoh adalah
lahirnya arsitektur Persia, arsitektur Turki, arsitektur Mamluk dan
sebagainya. Arsitektur Persia, pada perkembangannya sangat
berpengaruh pada rancangan arsitektur Islam lainnya di berbagai
belahan dunia.
Ketiga, mengacu pada elemen dan langgam, arsitektur
Islam juga bisa di identifikasi melalui elemen-elemen desain
seperti yang dimiliki artefak-artefak bangunan monumental yang
telah ada sebelumnya. Misalnya minaret, kubah, airmancur,
mihrab, bentuk-bentuk geometris, atau kaligrafi. Gaya arsitektur
23
Islam mengalami perkembangan setelah arsitek muslim
memadukannya dengan gaya arsitektur Roma, Mesir, Persia. Ini
dapat terlihat pada Dome of The Rock di Jerusalem yang selesai
dibangun tahun 691 M. Gaya arsitek yang mencolok dari
bangunan ini terletak pada ruang tengah yang luas dan terbuka,
bangunan yang melingkar, dan penggunaan pola kaligrafi yang
berulang.5
B. Deskripsi Arsitektur Masjid Raden Nur Rahmad
Arsitektur merupakan bagian dari budaya, selalu
berkembang seiring dengan berkembangnya peradaban manusia.
Oleh karena itu, Islam yang turut membentuk peradaban manusia
juga memiliki budaya berarsitektur. Budaya arsitektur dalam Islam
dimulai dengan dibangunnya Ka’bah oleh Nabi Adam sebagai
pusat beribadah umat manusia kepada Allah SWT.6
Masjid merupakan salah satu wujud penampilan budaya
Islam sebagai hasil dari ekspresi usaha manusia dalam upayanya
untuk memenuhi kebutuhan rohani, sejalan dengan keadaan,
tingkat kepandaian serta penghayatan terhadap situasi dan kondisi
yang mempengaruhinya. Masyarakat di Nusantara sebelum
mengenal Islam, telah mengenal arsitektur yang dijiwai oleh nilai-
5Sativa, “Arsitektur Islam atau Arsitektur Islami”, Jurnal Nalar, Vol.10 No.1
(Januari 2011), h. 32. 6Saoud, Rabah. An Introductionto Islamic Architecture (FSTC Limited:
Manchester, 2002), h. 1
24
nilai maupun pengaruh dari ajaran Hindu-Budha,7 sehingga banyak
berdiri bangunan yang mengadopsi seni arsitektur lokal (Jawa) dan
Hindu-Budha.8 Ketika Islam datang konsep dan arsitektur yang
telah ada tidak ditinggalkan begitu saja, tetapi muncul berbagai
kreativitas perpaduan budaya lokal (Jawa), Hindu-Budha dan
Islam. Keadaan ini banyak ditemukan dalam berbagai arsitektur
sebagian bangunan masjid kuno di Nusantara.9
Jika dilihat dari bentuk bangunannya Masjid Raden Nur
Rahmad ada ciri khas arsitektur Hindu pada bangunan Masjid dan
juga pada perlengkapan bangunan dan keperluan yang
berhubungan dengan Masjid. Masjid ini berukuran 30 × 26,25
meter, dibatasi dengan tembok batu karang kapur. Pada atap
berbentuk ratap tumpang atau berbentuk seperti limasan yang
memiliki tiga tingkatan. Di atap tingkat yang pertama ini
menggunakan bahan sirap-sirap yang terbuat dari percaan kayu jati,
lalu di tingkat kedua dan ketiga memakai seng berwarna cokelat.
Atap masjid ini didesain curam dan terjal, hal tersebut bertujuan
agar air hujan tidak menggenang di atap dan dapat langsung
meluncur ke bawah. Ada makna religius dari bentuk atap Masjid
mulai dari yang paling bawah ke atas, yakni melambangkan makna
7Zein M. Wiryoprawiro, Perkembangan Arsitektur Masjid di Jawa Timur
(Surabaya: Bina Ilmu, 1986), h. 109. 8Uka Tjandrasasmita, Penelitian Arkeologi Islam di Indonesia Dari Masa ke
Masa (Kudus: Menara Kudus, 2000), h. 15 9Uka Tjandrasasmita, Arkeologi Islam Nusantara (Jakarta: Gramedia, 2009), h.
239
25
Islam, Iman, dan Ihsan. Sehingga bentuk Atap masjid tersebut
tersebut memiliki nilai-nilai kearifan Islam yang mewakili dari tiga
dasar dimensi Agama Islam dan juga mewakili tiga tingkatan
pencapaian kedudukan seorang muslim.10
Di dalam ruang utama masjid terdapat 16 tiang dari kayu
jati yang kokoh, 4 soko guru dan 12 soko rawa untuk menopang
ruang utama masjid. Pada bagian tengah tiang soko guru terdapat
piringan berbentuk segiempat untuk meletakkan Al-Qur’an atau
buku. Tapaknyaberbahan keramik bewarna biru muda dilengkapi
dengan bentuk cincin melingkar bewarna kuning. Kemudian
dinding masjid berbahan tembok beton bewarna kombinasi putih
dan biru muda pada bagian bawahnya. Lalu pada kusen bagian
depan pintu terdapat tulisan angka tahun beraksara Arab, Jawa dan
Latin yang dipahat dan diukir pada balok dengan tinta bewarna
kuning keemasan. Di Pintu sebelah kiri bertuliskan angka 1421
Saka (dengan aksara Jawa), pintu tengah 1339 Hijriah (dengan
tulisan Arab), dan pintu sebelah kiri bertuliskan angka 1920
Masehi. Angka tahun tersebut menunjukkan tahun perenovasian
masjid. Kemudian bagian lain dari masjid ini adalah Pawestren,
Pawestren adalah tempat sholat bagi wanita, pawestren terletak di
selatan ruang utama Masjid, pawestren merupakan ruangan yang
khusus diperuntukkan kaum perempuan dalam melakukan kegiatan
10Wawancara dengan Bapak Fahruddin Pengurus Makam dan Masjid Raden Nur
Rahmad Di Desa Sendangduwur Pada 19 April 2021
26
ibadah ataupun pengajian, kemudian di sebelah selatan Pawestren
terdapat bangunan yang biasa digunakan sebagai pendopo yang
oleh warga setempat untuk melaksanakan bancaan atau selamatan.
Dalam masjid ini terdapat serambi masjid yang mengelilingi ruang
ibadah di sebelah timur, selatan, dan utara.
Serambi masjid dikelilingi oleh tiang-tiang hexagonal yang
terbuat dari beton dengan variasi tiga warna, yaitu hijau tua, kuning
dan biru muda yang saling bersambung membentuk moris kubah.
Serambi sebelah timur masjid bentuknya seperti pendopo ruangan
terbuka tanpa dinding. Serambi masjid sebelah utara berbatasan
dengan kompleks pemakaman Sunan Sendang Duwur yang
ditandai dengan gapura berbentuk candi bentar.11
Selain itu didalam Bangunan Masjid Raden Nur Rahmad
terdapat pula elemen-elemen utama atau produk dalam bangunan,
yakni:
a) Mimbar
Mimbar merupakan tempat berdiri imam unntuk
menyampaikan khotbah, pada Mimbar Masjid Raden Nur
rahmad terdapat lengkung depan dan belakang yang
berbentuk ular naga yang saling berhadapan dan terdapat
ukiran daun dan bunga-bunga kemudian diantara kedua
ukiran naga tersebut ada pula ukiran bunga matahari yang
11Wawancara dengan Bapak Fahruddin Pengurus Masjid dan Makam Raden Nur
Rahmad di Desa Sendangduwur Pada 19 April 2021
27
merupakan lambang kerajaan Majapahit, serta disisi kanan
kiiri terdapat ukiran bunga teratai dan tumbuh-tumbuhan
lalu yang terakhir pada sandaran belakang mimbar terdapat
inskripsi yang bertuliskan huruf jawa Kuno yang
bertuliskan “Gunaning Sarira Tirta Hayu.”12
Penampang geometris dengan hiasan bidang rosetta
juga merupakan ragam hias Islam. Hiasan seperti ini juga
terdapat di Masjid Mantingan, Giri dan masih tetap
digunakan menghias lembaran pinggiran kitab suci Islam.
Dalam keyakinan Hindu, lotus dianggap sebagai lambang
(sumber) air, sedangkan dalam ikonigrafi, lotus juga
merupakan lambang yang memperkuat, membantu,
mendasari kehidupan secara magis. Mimbar tersebut
berbentuk kursi yang tinggi dan besar dengan kedua pasang
kaki muka dan belakang yang ditinggikan sedang yang di
muka lebih tinggi. Kedua pasang kaki muka dan juga
belakang dihubungkan dengan lengkungan yang
menyerupai lengkung makara. Di tengah lengkung itu
terdapat lingkaran sinar dan di tengahnya terdapat lukisan
mulut, hidung, dan mata. Pada bidang yang lain terdapat
12Gunaning = 3, Sarira = 8, Tirta = 4, dan Hayu = 1. Sesuai aturan penafsirannya
maka candrasengkala tersebut berarti tahun 1483 Saka, yang bila dikonversi ke dalam
tahun Masehi menunjukkan tahun 1561. Sedangkan, candrasengkala tersebut juga
menjelaskan bahwa pada waktu itu daerah tersebut sangatlah sulit air sehingga untuk
membangun sebuah masjid haruslah ada air yang cukup untuk melaksanakan shalat.
“Badan manusia akan selamat kalau dibasuh dengan air.” Artinya, manusia hendaknya
senantiasa berwudlu, terus melakukan shalat jika hidupnya ingin selamat.
28
hiasan motif daun dan lotus yang dominan, seperti pada
lengkung, tangan, dan kaki. Hiasan lotus pada mimbar ini
lebih melambangkan Padma sebagai sumber kehidupan,
disamping sebagai lambang sumber air.
b) Mihrab
Mihrab merupakan penunjuk arah kiblat yang
digunakan oleh imam untuk memimpin sholat, Mihrab yang
ada di Masjid Raden Nur Rahmad terletak di tengah pada
dinding barat Masjid, bentuk mihrab menjorok keluar dan
denahnya mencapai 1-2 meter, sebagai penanda kiblat.
c) Ruang Sholat
Ruang Sholat pada Masjid Raden Nur Rahmad
terdiri atas dua ruangan, yakni ruang sholat utama (untuk
pria) dan ruang sholat untuk perempuan (pawastren). Ruang
sholat wanita terletak di sisi kiri ruang sholat pria. Kedua
ruaangan tersebut berbentuk persegi pannjang yang dibatasi
dinding di setiap sisinya.
d) Serambi Masjid
Serambi merupakan ruangan terbuka atau ruangan
diluar bangunan inti Masjid, lantai pada serambi Masjid
raden Nur rahmad lebih rendah dari lantai Masjid, karena
ruangan ini mempunyai nilai yang lebih rendah dibanding
29
ruangan utama masjid, disebabkan serambi Masjid ini semi
sakral dan ruangan utama Masjidnya bersifat sakral.
C. Deskripsi Arsitektur Makam Raden Nur Rahmad
Bangunan Masjid dan Makam Sendang Duwur dalam
arsitekturnya di pengaruhi oleh berbagai unsur budaya dari lokal
Indonesia, Hindu-Budha, Islam, dan Jawa. Pada bangunannya, atap
tumpang bersusun tiga pada masjid merupakan pengaruh Hindu
yang dapat dilihat pada atap meru bangunan suci Hindu. Atap
tumpang bersusun tiga terang menyerupai atap tumpang pada meru
dan hal ini juga terdapat pada relief candi Jawi, Jago, Surawana,
dan Panataran. Letak kompleks yang berada pada puncak gunung
merupakan kelangsungan dari adat asli Indonesia. Maka mungkin
tempat ini dulu merupakan tempat suci pra-Islam. Demikian halnya
dengan kompleks makam Islam beserta masjidnya yang banyak
terdapat di Pantai Utara Jawa. Lotus yang terdapat di beberapa
bagian masjid terang merupakan pengaruh dari Hindu bukan dari
Islam. Tetapi panel-panelnya dengan penampang segi enam yang
runcing dengan pinggiran seperti tali yang dianyam merupakan
pola seni Islam. Motif ini terdapat pada masjid-masjid di luar
indonesia,
30
31
BAB III
SEJARAH SOSIAL DAN KEAGAMAAN
DESA SENDANGDUWUR
A. Sejarah Desa Sendangduwur
Desa Sendangduwur adalah nama sebuah desa yang secara
administratif masuk dalam wilayah Kecamatan Paciran Kabupaten
Lamongan. Menurut sebuah catatan Desa tersebut mulai terdaftar
menjadi sebuah desa sejak tahun 1628. Yaitu ketika Kabupaten
Lamongan diperintah oleh Raden Pandji Adipati Keling (1607-
1640). Pada masa itu Desa Sendangduwur masih merupakan tanah
perdikan alias tanah otonom bebas pajak dari pemberian Raja
Majapahit, Tanah tersebut diberikan kepada Empu Supo Anom
sebagai tanda jasa atas pengabdiannya sebagai empu Majapahit,
beliau menempati tanah perdikan hingga wafat dan dimakamkan
disamping makam Raden Nur Rahmat. Kemudian pada tahun 1854
yaitu saat Kabupaten Lamongan diperintah oleh Adipati
Arjodinegoro (1824-1856), tanah perdikan tersebut berubah
menjadi tanah obyek pajak bumi dan bangunan alias menjadi desa
bernama Sendangduwur.1
Desa Sendangduwur berada pada ketinggian antara 80-120
meter diatas permukaan laut (dpl). dan secara astronomis berada
pada kordinat 6° 55' Lintang Selatan dan 112° 30' Bujur
1M Baqir Hasan. Sejarah Desa Sendang dan Cerita Rakyatnya, (Sendang:
Sendang Press, 2016), h. 2
32
Timur.DinamakanSendangduwur karena makna dari nama Sendang
yang berarti air dan Duwur berarti atas, yang berarti artinya sumber
air yang ada yang berada di atas.2
Kondisi wilayah Desa Sendangduwuryang berkedudukan di
Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan ini jika dilihat dari luas
dan batas wilayahnya secara keseluruhan luas Desa Sendangduwur
adalah ± 24.5 Hektar. Dari jumlah itu sebagian besarnya
merupakan dataran pegunungan batu kapur dan sebagian sawah
dan ladang.Batas-batas Wilayah Desa Sendangduwur adalah
sebagaai berikut :
Sebelah utara : Desa Sendangagung
Sebelah selatan : Desa Sendangagung
Sebelah timur : Desa Sendangagung
Sebelah barat : Desa Sendangagung3
Gambar 1
2Wawancara Pribadi dengan Kepala Desa Sendangduwur Bapak Bahrur Rohim
di Desa Sendangduwur Soal Sejarah atau Asal-Usul Desa Sendangduwur, Pada Tanggal
14 April 2021 3Observasi, Lihat Arsip Desa Sendangduwur Kecamatan Paciran Kabupaten
Lamongan, 5 Maret 2021.
33
Sumber:
https://www.google.com/search?q=peta+desa+sendang+duwur+paciran
&safe=strict&sxsrf=ALeKk03NAFGnk6i40rqvBFYD23pxkv83g:162459005418
5&source=lnms&sa=X&ved=2ahUKEwjn49bI5bHxAhXI_XMBHbIbAasQ_AU
oAHoECAUQAg&biw=1366&bih=663&dpr=1
Tercatat jumlah penduduk desa Sendangduwur kurang lebih
1932 jiwa. Adapun tabel jumlah penduduk secara umum dan
jumlah penduduk menurut kewarganegaraan sebagai berikut :
Jumlah Penduduk secara umum
Tabel 1
No.
Kependudukan Jumlah
1.
Jumlah Penduduk 1932
2.
Jumlah Kepala Keluarga 549
Sumber: Profil Desa Sendangduwur, Tahun 20204
Jumlah Penduduk Menurut Kewarganegaraan
Tabel 2
No.
Kependudukan Jumlah
1.
WNI Laki-laki 915
2. WNI Perempuan 964
4Observasi, Lihat Arsip Desa Sendangduwur Kecamatan Paciran Kabupaten
Lamongan, 5 Maret 2021.
34
Sumber: Profil Desa Sendangduwur, Tahun 2020
Masyarakat Desa Sendangduwur dalam hal pendidikan
sudah banyak yang menyadari akan pentingnya pendidikan bagi
generasi muda, hal tersebut terlihat dari banyaknya bahkan bisa
dikatakan sudah seluruhnya anak-anak warga Desa Sendangduwur
pergi ke sekolah setiap hari mulai dari Paud (Pendidikan Anak Usia
Dini) hingga SMA (Sekolah Menengah Atas ). Selain itu sebagian
besar anak-anak juga melanjutkan kegiatan pendidikan keagamaan
denagan pergi mengaji di TPA (Taman Pendidikan Al-Quran)
untuk belajar ilmu keagamaan, seperti baca tulis Al-Quran, tajwid,
imla’ dan lain sebagainya. setelah lepas pulang dari sekolah. Bisa
dilihat jika masyarakat Desa Sendangduwurwargamya sadar akan
ilmu agama agar anak-anaknya kelak bisa menjadi generasi yang
cinta akan Al-Quran dan agama Islam. Sejalan dengan hal tersebut
bangunan-bangunan gedung sekolah dan TPA ( Taman Pendidikan
Al-Quran) semakin berkembang dan maju sehingga masyarakat
Desa Sendangduwur tidak kesusahan untuk menyekolahkan
anaknya.
Meskipun demikian, sebagian dari generasi muda warga
Desa Sendangduwur hanya bersekolah sampai tingkatan SMA,
setelah lulus SMA sebagian dari mereka memilih jalannya sendiri
untuk menjadi pekerja maupun melanjutkan pendidikan ke
35
Universitas. Untuk pekerja sendiri banyak yang memilih untuk
menjadi pengrajin batik dan usaha bordir, pengrajin emas dan
merantau ke luar Desa untuk mencari nafkah yang lebih.
Sedangkan bagi yang masih melanjutkan ke jenjang pendidikan
yang lebih tinggi mereka harus perki ke luar Desa atau Kota untuk
karena di Desa Sendangduwur belum ada Sekolah Tinggi maupun
Universitas. Jadi untuk realitas pendidikan di Desa Sendangduwur
sudah cukup baik.
Adapun sarana pendidikan formal Taman Kanak-kanak
(TK) berjumlah 1 sekolah, tingkat Sekolah Dasar (SD) berjumlah 1
sekolah dan untuk Sekolah Menengah Atas (SMA) tidak ada, lalu
untuk pendidikan keagamaan formal keagamaan, Raudhatul Athfal
(RA) berjumlah 1 sekolah, Madrasah Ibtidaiyah (MI) berjumlah 1,
selanjutnya Madrasah Tsanawiyah (MTs) berjumlah 1 sekolah, dan
tingkat Madrasah Aliyah (MA) berjumlah 1 dan Pondok Pesanten
1. Adapun tabel jumlah Penduduk menurut pendidikan sebagai
berikut :
No.
Pendidikan Jumlah
1. TK/PlayGroup
85 orang
2. SD/Sederajat
211 orang
3. SLTP/Sederajat
120 orang
36
4. SLTA/Sederajat
90 orang
5. Perguruan Tinggi
31 orang
6. Buta Huruf
-
Sumber: Profil Desa Sendangduwur, Tahun 2020
Secara geografis, Desa Sendangduwur dikelilingi atas
daerah dataran rendah, dataran tinggi dan lereng gunung. Kondisi
tersebut membawa dampak munculnya keberagaman perilaku
masyarakat terutama dalam perbedaan mata pencaharian.
Mayoritas masyarakat Desa Sendangduwurberprofesi sebagai
pengrajin batik. Menurut cerita, Raden Nur Rahmadlah yang
mengajari karya kepada masyarakat Desa Sendangduwur, seorang
Priyayi sekaligus santri sunan ampel pada abad ke 16 M.5 Desa
Sendangduwur merupakan salah satu desa yang sebagian
masyarakatnya masih berusaha untuk melestarikan, meningkatkan,
serta mengembangkan batik tulis. Keterampilan membatik
kebanyakan diperoleh secara turun-temurun, serta mendapat
bimbingan dari Dinas Perindustrian Kabupaten Lamongan. Desa
Sendangduwur ini dulunya terkenal dengan pekerjaan batu
kapurnya, namun kini terkenal dengan batik tulis yang berasal dari
kulit sawo yang diberi nama batik tulis sendang biru ciri khas batik
5Gatot Tjatur Mardiantoro, Batik Jawa Timur Legenda dan Kemegahan
(Surabaya: Badan Perpustakaan dan Kearsipan Prov. Jatim, 2013), h. 108
37
Lamongan. Salah satu khas dari batik di Sendangduwur ini
memiliki warna unik yaitu pewarnanya berasal langsung dari
pohon atau kulit sawo.
Pertumbuhan ekonomi Desa Sendangduwur semakin baik
dengan seiring membaiknya perekonomian regional dan nasional
tentunya memberi pengaruh pada pendapatan daerah.Seiring
bertambahnya penduduk dan perkembangan zaman masyarakat
Desa Sendangduwur juga mulai mencari pekerjaan keluar kota
untuk menjadi buruh ataukaryawan swasta lainnya. Beberapa
alasan membuat masyarakat Desa Sendangduwur memilih
mengadu nasip keluar kota maupun keluar negeri untuk mencari
pekerjaan dengan tawaran gaji yang lebih tinggi dan juga
pengalaman, Selain itu pembangunan perekonomian di Desa
Sendangduwur tidak hanya berfokus pada satu bidang saja , akan
tetapi banyak di bidang lain seperti pertanian, perdagangan,
pegawai swasta, pegawai negeri, pedagang pasar , pengrajin emas,
pengrajin bordir dan lain sebagainya. berikut tabel mengenai data
pekerjaan penduduk Desa Sendangduwur :
Tabel 4
No.
Jenis Pekerjaan Jumlah Orang
1.
Petani 112
2.
Pegawai Negeri Sipil 6
3. Peternak 33
38
4.
Nelayan 16
5.
Montir 4
6.
Tukang Batu 36
7.
Tukang Kayu 15
8.
Tukang Sumur 4
9.
Tukang Jahit 29
10.
Tukang Kue 11
11.
Tukang Rias 3
12.
Pengrajin Batik
241
13.
Karyawan Perusahaan Swasta
15
14.
Bidan /Perawat
2
15.
TKI
11
16.
Wiraswasta
235
17.
Guru Swasta 79
Sumber : Profil Desa Sendangduwur, Tahun 2020
B. Tokoh Sosial dan keagamaan Desa Sendangduwur
1. Raden Nur Rahmad
Raden Nur Rahmat lahir pada tahun 1442 Tahun Saka/ 940
Hijriah dan bertepatan dengan tahun 1520 Masehi, ayahnya
bernamaAbdul Qohar bin Abdullah Malikyang berasal dari Negara
Baghdad (Iraq), dan ibu yang bernama Dewi Sukarsih putri
Tumenggung Joyo Sumitro yang berasal dari Sedayu Kecamatan
39
Brondong Kabupaten Lamongan. Menurut cerita yang berkembang
Ayah Raden Nur Rahmad yakni Abdul Qohar adalah pemuda yang
kurang taat dalam beragama kemudian diusir dari kampung
halamannya kemudian melakukan pelayaran tanpa tujuan hingga
akhirnya mendarat di pelabuhan Sedayu dan bertemu dengan
istrinya dan akhirnya menikah. Setelah lahir Raden Nur Rahmad
dibawa oleh ibunya pindah ke Dusun Tunon yang berada diatas
bukit. Di bukit Tunon inilah Raden Nur Rahmad dididik dengan
giat oleh orangtuanya cara bertani dan ilmu keagamaan. Raden Nur
Rahmad adalah seorang yang taat kepada Allah SWT. Dalam
pengembarannya beliau berjumpa dengan Raden Qosim atau lebih
dikenal sebagai Sunan Drajat. Beliau juga yang memberikan gelar
kepada Raden Nur Rahmad dengan gelar Sunan Sendang, selain itu
Raden Nur Rahmad merupakan sosok yang mempunyai akhlak
mulia, suka menolong dan mempunyai kepribadian sosial tinggi
terhadap masalah-masalah yang ada di Desa Sendangduwur, dan
juga beliau mahir dalam pertanian sejak berada di Desa
Sendangduwur. Sosok yang arif dan bijaksana, sifatnya lemah
lembut, belas kasih dan ramah kepada semua orang membuatnya
terkenal sebagai tokoh masyarakat yang disegani dan dihormati
karena kesederhanaannya. Kepribadiannya yang baik itulah yang
menarik hati penduduk Desa Sendangduwur sehingga mereka
teertarik untuk masuk agama Islam dengan suka rela menjadi
40
pengikut yang setia. Kemudian Raden Nur Rahmad menghabiskan
masa-masa terakhirnya dengan menetap di Desa Sendangduwur
dengan mendirikan masjid untuk mengajarkan agama Islam kepada
penduduk desa Sendangduwur dan dimakamkan di Makam
Sendangduwur yang terletak di belakang barat Masjid.6
C. Kehidupan Sosial dan Keagamaan Desa Sendangduwur
Kebudayaan beragama pada dasarnya merupakan
kepercayaan terhadap keyakinan adanya kekuatan gaib yang
berpengaruh terhadap kehidupan manusia. Kepercayaan tersebut
menimbulkan perilaku tertentu, seperti berdoa, memuja, dan lain
sebagainya. Kehidupan beragama adalah kenyataan hidup
yangditemukan sepanjang sejarah masyarakat dan kehidupan
pribadinya.7
Agama dan kepercayaan merupakan suatu asas dalam
kehidupan manusia. Agama adalah seperangkat aturan atau
undang-undang yang mengikat manusia sebagai pedoman
hidupnya. Melalui agama dan kepercayaan inilahmanusia
melakukan hubungan dengan Tuhan yang dipandang memiliki
pengaruh pada kehidupan manusia.8
6Wawancara pribadi dengan KH Salim Azhar Tokoh Agama di Desa
Sendangduwur, Soal Sejarah Tokoh Raden Nur Rahmad, Pada Tanggal 15 April 2021 7Bustanuddin Agus, Agama dalam Kehidupan Manusia: Pengantar Antropologi
Agama (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), h. 1-2 8Beni Ahmad Saebani, Pengantar Antrpologi (Bandung:CV Pustaka Setia,
2012), h.243
41
Berdasarkan Agama yang di anut di Desa Sendangduwur
Keseluruhan masyarakatnya beragama Islam, kemudian organisasi
yang mendominasi masyarakat Desa Sendangduwur ialah
Ahlussunah Wal Jamaah versi NU (Nahdlatul Ulama) dan sebagian
kecil Muhammadiyah. Masyarakat Desa Sendangduwur merupakan
warga Muslim yang taat menjalankan rukun Islam yang kedua
yakni sholat, hal tersebut dibuktikan dengan selalu penuhnya
jamaah yang ada di Masjid dan Musholla maupun Langgar-kecil di
Desa Sendangduwur. Meskipun sekarang dalam masa pandemi
karna virus Covid19, namun hal tersebut tidak menyurutkan
semangat warga desa Sendangduwur dalam melaksanakan sholat
berjamaah di Masjid dan Musholla maupun Langgar-langgar
dengan tetap mematuhi protokol kesehatan. Masjid dan Musholla
di Desa Sendangduwur tidak hanya digunakan sebagai tempat
menunaikan ibadah sholat saja, namun digunakan juga untuk
kegiatan pengajian keagamaan atau majlis ta’lim.9
Kegiatan keagamaan masyarakat Desa Sendangduwur
sudah cukup memadai, hal tersebut karena terdapat masjid dan
musholla serta langgar, dan juga terdapat beberapa lembaga
berbasis agama Islam seperti Pondok Pesantren, hanya saja
jumlahnya baru ada 1, tidak sebanyak pesantren modern yang ada
di perkotaan.
9Wawancara Pribadi dengan Ibu Ani Andriyani S. Pd, Di Desa Sendangduwur
Pada Tanggal 25 April 2021
42
Masyarakat Desa Sendangduwur perilaku keagamaannya
sangat bagus dan taat, hal tersebut berpengaruh terhadap perilaku
keagamaan masyarakat yang mana masyarakat Sendangduwur
memiliki berbagai kegiatan sosial keagamaan yang diadakan tiap
minggu, bulan dan tahunan. Seperti pengajian, ceramah
keagamaan, khataman Al Qur-an dan lain sebagainya yang mana
hal tersebut sangat bermanfaat untuk menguatkan tali silaturrahim
sesama penduduk Desa Sendangduwur.
Dari pemaparan di atas bisa disimpulkan bahwa keagamaan
Masyarakat Desa Sendangduwur sangat bagus karena lingkungan
di Desa Sendangduwur agamis, harmonis serta peduli dengan ilmu
keagamaan.
D. Akulturasi Hindu-Budha Masyarakat Desa Sendangduwur
Akulturasi adalah proses perpaduan antara dua kebudayaan
atau lebih, sehingga melahirkan bentuk kebudayaan baru, namun
unsur-unsur penting dari masing-masing kebudayaan.
Keberadaan kebudayaan sangatlah penting, karena akan
menunjang terhadap pembahasan mengenai eksistensi suatu
masyarakat. Kebudayaan sebagai suatu system budaya, aktivitas
dan hasil karya fisik manusia yang berada dalam suatu masyarakat
dimana kemunculannya itu diperoleh melalui proses belajar, baik
itu formal maupun informal. Hal ini menunjukan bahwa
kebudayaan tidak akan hadir dengan sendirinya, melainkan ada
43
karena adanya manusia dalam komunitas sosial, sehingga antara
manusia, masyarakat dan kebudayaan akan saling mendukung.
Manusia menciptakan kebudayaan sebagai usaha untuk
mempertahankan hidupnya di muka bumi ini.10
Terjadinya interaksi antara kebudayaan Hindu Budha
dengan Islam di Indonesia khususnya di Desa Sendangduwur
menimbulkan akulturasi dengan kebudayaan setempat. Hal ini terus
berlanjut hingga masa kini, terbukti dengan adanya peninggalan
Masjid dan Makam di Desa Sendangduwur yang mana bantuk
bangunan nya unik dan berciri khas.
Masyarakat Desa Sendangduwurmerupakan warga yang
keseluruhannya beragama Islam, masyarakat Sendangduwur tidak
hanya mengenal, memahami dan mempraktikkan ibadah kepada
Allah Tuhan yang Maha Esa sebagaimana yang diajarkan dalam
kitab suci agama Islam Al-Quran dan Hadist, tetapi juga masih ada
ritual keagamaan sebagai bagian dari tradisi perpaduan budaya
Hindhu dan Budha di masa sebelum Islam datang di
Sendangduwur, ada beberapa tradisi keagamaan yang masih rutin
dilakukan oleh Masyatakat Desa Sendangduwur Paciran Lamongan
hingga saat ini, yakni:
10Deden Sumpena, “Islam dan Budaya Lokal: Kajian Terhadap Interelasi Islam
dan Budaya Sunda,” Jurnal Ilmu Dakwah, Vol. 6 No. 1 Juni 2012 h. 105
44
1. Hari Raya Besar Islam
Di kalender Agama Islam ada beberapa tanggal yang
dijadikan sebagai momen perayaan hari besar Agama Islam,
ada beberapa perayaan selametan yang dilakukan oleh
Masyarakat Sendangduwur dalam menyambut dan merayakan
Hari Besar Islam tersebut
2. Bulan Rabiul Awal
Pada tanggal 12 Rabiul awal diperingati sebagai hari
kelahiran Nabi Muhammad SAW. Tradisi di Desa
Sendangduwur sendiri biasanya pada tanggal 12 ini
masyarakat melaksanakan pengajiaan keagamaan di Masjid
untuk berdoa bersama disertai ceramah keagamaan untuk
mengenang jasa-jasa Nabi Muhamad SAW.
3. Nishfu Sya’ban
Malam Nisyfu Sya’ban adalah malam pengampunan dosa,
Tradisi malam NisyfuSya’ban di Desa Sendangduwur ini
dilakukan pada tanggal 15 pada bulan kedelapan kalender
Islam, yaitu bulan Sya’ban, setelah sholat Maghrib berjamaah
di masjid/musholla terdekat untuk memanjatkan doa serta
memperbanyak istighfar dan memohon ampun kepada Allah
atas segala kesalahan dan dosa yang telah diperbuat. Setelah
berdoa bersama kemudian makan segolanggi bersama.
Segolanggi adalah hidangan kesukaan Raden Nur Rahmad
45
yang disajikan saat pelaksanaan peringatan Nishfu Sya’ban,
Biasanya segolanggi disajikan diatas nampan besar atau piring
dan isinya nasi putih, urap parutan kelapa, lalapan sayur-
sayuran hijau dengan lauk ikan asin dan ikan pindang. Dalam
sajian nasi langgi ini terdapat makna yang terkandung yakni
kesederhanaan.
4. Haul Raden Nur Rahmad
Haul adalah momentum untuk mengeang ulama maupun
tokoh, Biasanya haul Raden Nur Rahmad dilaksanakan pada
15 Sya’ban bersamaan dengan malam NisyfuSya’ban,Haul
Raden Nur Rahmad dilaksanakan di Masjid Raden Nur
Rahmad dengan pembacaan khotmil Quran, Istigotsah, tahlil
dan ceramah keagamann.
5. Seni Hadroh ISHARI
Adalah seni berupa sholawat yang disertai dengan gerakan
yang melukiskan nama Allah dan Kanjeng Nabi Muhammad
SAW dengan sholawat yang dibaca Saroful Anam. Biasanya
Seni Hadroh Ishari di Desa Sendangduwur banyak dipakai
untuk acara pernikahan, Haul , dan pemberian nama pada bayi.
6. Seni Sholawat BANJARI
Adalah seni dalam bidang sholawat dengan menggunakan
alat pemukul yang biasanya disebut terbang . Pendiri
sholawatBanjari di Desa Sendangduwur adalah K.H. Salim
46
Azhar sekaligus pengasuh pesantren RhoudhotutThullab,
pelaksanaanya 2 kali dalam seminggu dan bertempat di Masjid
Raden Nur Rahmad dan di Pondok Roudhotut Thullab
Sendangduwur. sholawat yang dibaca adalah Maulid Dzibak
dan dalam Seni ini biasanya dilengkapi dengan payung yang
ada koncernya dan berputar-putar serta bunga melati. Makna
dari payung yang berputar adalah ibaratnya menyambut
Kanjeng Nabi Muhammad dan memayunginya, sedangkan
bnga melati maknanya karna Kanjeng Nabi Muhammada
menyukai weangian. Tujuan dibentuknya Seni sholawatBanjari
oleh K.H. Salim Azhar adalah untuk merangkul masyarakat
agar gemar membaca sholawat dan membuat wadah untuk
anak muda di Desa Sendangduwur agar ada kegiatan yang
positif.
Dari penjelasan diatas, nampak berbagai tradisi keagamaan
yang ada pada masyarakat Desa Sendangduwur adalah sebagai
bentuk cara mereka menghormati dan agama mereka, dan juga
melambangkan rasa syukur kepada Tuhan. Tradisi keagamaan yang
dilakukan oleh masyarakat Desa Sendangduwur merupakan salah
satu eksprei keagamaan yang muncul karena adanya kesadaran
bahwa mereka adalah bagian dari makhluk hidup sekaligus bagian
dari masyarakat sosial yang harus terlibat dan berpartisipasi dalam
47
berbagai kegiatan sosial keagamaan yang sudah menjadi tradisi
tradisi dan budaya masyarakat Desa Sendangduwur.
Bisa disimpulkan bahwa perilaku atau tindakan keagamaan
merupakan bagian yang penting dalam kehidupan masyarakat,
tradisi keagamaan ini juga merupakan tanda bahwa masyarakat
Desa Sendangduwur selalu menjaga dan melestarikan tradisi
keagamaan tersebut. Selain itu sebagian besar masyarakat
Sendangduwur juga masih melakukan berbagai macam tradisi
selametan untuk mengisi dan memperingati masa-masa peralihan
tersebut. Tradisi selamatan tidak hanya dilakukan oleh keluarga inti
saja, akan tetapi juga melibatkan anggota masyarakat yang lain,
terutama kerabat dan tetangga dekat. Berikut ada beberapa tradisi
selametan dalam ritus-ritus peralihan yang masih dilakukan oleh
mayoritas Masyarakat Desa Sendangduwur :
1. Selametan Kehamilan
Sebagian besar perempuan di Desa Sendangduwur yang telah
menikah dan sedang hamil biasanya melakukan tradisi selametan,
pitung ulan, atau procotan, pada usia kehamilan menjelang 7
bulan, mereka memasak berbagai jenis makanan nasi, lauk pauk
dan sayur mayur. Dan ada makanan wajib yang harus ada yakni
rujak procot, makna dari rujak procot ini adalah agar si ibu nanti
saat mealahirkan diberikan kemudahan dan kelancaran dan
keselamatan.
48
2. Selametan coplok puser
Selametan dilakukan dilakukan saat bayi yang telah lahir lepas
tali pusarnya. Dalam selametan ini dibuat lah nasi sayuran dan
tumpeng serta bubur, untuk dibagi-bagi ke kerabat dan tetangga
sebagai ungkapan syukur bayi telah lahir.
3. Selametan Ngedekno Omah
Ngedeknoomah / mendirikan rumah adalah selametan yang
bertujuan untuk membawa keselamatan bagi para penghuninya
nanti. Untuk mengisi bangunan rumah baru biasanya diadkan
dengan mengundang beberapa kerabat dan tetangga terdekat untuk
berdoa bersama dan membaca ayat suci Al-Quran, khususnya
bacaan-bacaan tahlil.
4. Selametan Kematian / Tahlilan
Tahlilan merupakan upacara ritual seremonial yang biasa
dilakukan oleh keumuman masyarakat Indonesia untuk
memperingati hari kematian. Secara bersama-sama, berkumpul
sanak keluarga beserta masyarakat sekitarnya, membaca beberapa
ayat Al Qur’an, dzikir-dzikir, dan disertai do’a-do’a tertentu untuk
dikirimkan kepada orang yang telah meninggal. Dikarenakan dari
sekian materi bacaannya terdapat kalimat tahlil yang diulang-
ulang, maka acara tersebut dikenal dengan istilah “Tahlilan”.11
Masyarakat di Desa Sendangduwur biasanya
11Khairani Faizah, “Kearifan lokal Tahlilan-yasinan Dalam Dua Perspektif
Menurut Muhammadiyah,” Jurnal Aqlam, Vol. 3, No. 2 Dsember 2018, h. 214
49
menyelenggarakannya pada saat setelah selesai proses
penguburanmayit, kemudian terus berlangsung setiap hari sampai
hari ketujuh., ke 40 ke 100 dan ke 1000.
Dari berbagai tradisi selamaten masyarakat di Desa
Sendangduwur tersebut, tampak bahwa setiap fase peralihan hidup
manusia memiliki arti dan makna yang penting. Berbagai aktifitas
selametan tersebut menunjukkan adanya kesadaran dan keyakinan
dalam pola pikir masyarakat Desa Sendangduwur, bahwa hidup
manusia akan selalu mengalami prubahan dan pergantian dari satu
fase ke fase lainnya yang satu sama lain saling berkaitan.
Pentingnya setiap fase peralihan manusia ini, masyarakat
melakukan aktifitas religi, yakni selametan sebagai simbol
komunikasi antara manusia dengan Tuhan. Tradisi selametan ini
sendiri sebenarnya merupakan pusat dari sistem upacara religi
dalam agama kejawen masyarakat Jawa, yang sebenarnya tidak
didapati dalam ajaran agama Islam yang murni. Tradisi ini
merupakan budaya lokal yang sudah mengalami penyesuaian dan
pencampuran antara unsur-unsur Hindu-Jawa-Islam.12 Dari
berbagai tradisi ini masih ada sampai sekarang dan dilaksanakan
oleh sebagian besar masyarakat Desa Sendangduwur.
12Sulaiman, “Upacara Tedhak Sinten Di Jawa.” Dalam Ritus Peralihan di
Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka. 1993 ), h. 101-107
50
BAB IV
AKULTURASI ARSITEKTUR HINDU PADA ARSITEKTUR
ISLAM
A. Akulturasi Arsitektur Hindu pada Bangunan Masjid Raden
Nur Rahmad
Menurut Koentjaraningrat, Akulturasi lebih ke sebuah
proses terjadinya perubahan budaya dari hasil kontak antar
kelompok masyarakat dengan kebudayaan tertentu dan asing
dengan tahapan secara bertahap dan terus menerus tanpa
menghilangkan unsur budaya sendiri atau kepribadian dari
kebudayaan tersebut.dalam konsep Koentjaraningrat (dalam
Dayakisni, 2003) kebudayaan diartikan sebagai wujudnya, yaitu
mencangkup keseluruhan dari: (1) gagasan; (2) kelakuan; dan (3)
hasil-hasil kelakuan. Dengan demikian, disini kebudayaan
diyakini sebagai produk, baik itu berupa gagasan ataupun sudah
berwujud suatu perilaku tampak maupun material.
Masjid bisa diartikan sebagai tempat dimana saja untuk
bersembahyang, orang Muslim, seperti sabda Nabi Muhammad
SAW. “Dimanapun Engakau bersembahyang , tempat itulah
Masjid”. Kata masjid disebut sebanyak dua puluh dua kali didalam
Al Quran, berasal dari kata sajada-sujud, yang berarti patuh , taat,
serta tunduk penuh hormat dan takzim. Sujud dalam syariat yaitu
berlutut , meletakkan dahi, kedua tangan ke tanah adalah bentuk
51
nyata dari kata tersebut. Oleh karena itu bangunan untuk sholat
disebut Masjid.1
Bangunan masjid merupakan salah satu wujud penambilan
budaya Islam, Masjid muncul sebagai pusat kegiatan islam yang
merupakan perbaduan dari fungsi bangunan sebagai unsur
arsitektur Islam yang berpedoman pada ketentuan-ketentuan yang
di perintahkan oleh Tuhan sebagai ungkapan tertinggi dari nilai-
nilai luhur suatu kehidupan manusia yang juga melaksanakan
ajaran Islam. Maka tampillah arsitektur masjid dengan segala
bentuk, gaya, corak, dan penampilannya dari setiap kurun waktu,
setiap daerah , lingkungan kehidupan dengan adat dan kebiasaan
serta latar belakang manusia yang menciptakannya.2
Pada bangunan Makam Raden Nur Rahmad dipengaruhi
oleh budaya arsitektur Hindu, hal tersebut bisa dilihat dari bentuk
bagian bangunan Masjid yakni :
1. Atap masjid
Pada atap Masjid Raden Nur Rahmad berbentuk
tumpang susun tiga dan bisa dilihat bentuknya sama dengan
atap meru pada bangunan suci umat Hindu.
2. Mimbar Masjid
Pada mimbar Masjid bentuknya kursi tinggi besar
dengan dua pasang kaki muka dan belakang yang
1Yulianto Sumalyo, Arsitektur Majid dan Monumen Sejarah Islam (Yogyakarta
: Gadjah Mada University Press, 2006), h. 1
2Abdul Rochym, Sejarah Arsitektur Islam, h. 143
52
dihubungkan dengan lengkungan yang menyerupai
lengkung makara, di tengah lengkungan tersebut ada
lingkaran sinar dan tengahnya terdapat lukisan mulut,
hidung dan mata. Lalu ada hiasan bunga lotus yang
menurut spiritual Hindu makna bunga lotus adalah niat
suci, kedamaian kemakmuran dan kebahagiaan.3
Saat memasuki kompleks Masjid pada halaman
sebelah utara terdapat gerbang dengan bentuk bangunan
gapura bentar, gapura bentar sendiri merupakan bangunan
yang menjadi gerbang rumah-rumah adat Bali. Gapura
tersebut terdiri dari dua buah candi yang serupa dan
sebangun dan membatasi sisi kiri dan sisi kanan pintu
masuk ke pekarangan rumah. Gapura-gapura tersebut tidak
memiliki atap penghubung pada bagian atasnya sehingga
kedua sisinya terpisah sempurna, dan hanya terhubung di
baagian dalam olehk-anak tangga yang menjadi jalan
masuk. Dalam arsitektur Bali gapura Bentar merupakan
sebuah perwujudan bangunan yang berfungsi untuk masuk-
keluar dari satu sisi ke sisi lainnya (dari luar ke dalam dan
atau sebaliknya). Pada awalnya ketika arsitektur Bali masih
sesuai dengan keadaan pada masa kerajaan, Gapura Candi
3Lia Rosmala Schiffer, “Pengaruh Akulturasi pada Makna Ornamen Bunga
Teratai di Mihrab Masjid Sang Cipta Rasa Cirebon,” Jurnal Ilmiah Desain dan
Konstruksi, Vol. 18. No 2 Desember 2019, h. 134
53
Bentar hanya dibangun di lingkungan Puri (Istana Raja) dan
Pura (tempat suci agama Hindu).4
B. Akulturasi Arsitektur Hindu pada Bangunan Makam Raden
Nur Rahmad
Menurut Koentjaraningrat kebudayaan diartikan sebagai
wujudnya, yaitu mencangkup keseluruhan dari: (1) gagasan; (2)
kelakuan; dan (3) hasil-hasil kelakuan. 8 Dengan demikian, disini
kebudayaan diyakini sebagai produk, baik itu berupa gagasan
ataupun sudah berwujud suatu perilaku tampak maupun material.
Pada kawasan bangunan Makam Raden Nur Rahmad
dipengaruhi oleh budaya arsitektur Hindu, hal tersebut bisa dilihat
dari bentuk gapura candi Bentar dan paduraksa yang terdapat di
sekitar bangunan kompleks makam Raden Nur Rahmad. Yakni :
1. Candi bentar5
Ada 4 gapura candi bentar pada komplek makam
raden Nur rahmad . Gapura I/G gapura pertama menghadap
ke timur, IV/D menghadap ke utara berbatasan dengan
tembok masjid juga merupakan pintu masuk ke masjid dari
sisi utara, VI depan cungkup makam VII/C menghadap
keselatan berada di selatan masjid.Candi bentar dikenal
zaman Indonesia – Hindu, seperti terdapat pada bekas
4Suwarna, “Tinjauan Selintas Berbagai Jenis Gapura di Daerah Istimewa
Yogyakarta,” Jurnal Cakrawala Pendidikan, Vol. 6. No. 2, Juni 1987, h. 63-64 5Izza Ainun Nurcholishoh dkk, “Situs Sendangduwur di Kabupaten Lamongan
Jawa Timur”, Jurnal Pendidikan Sejarah dan Kajian Sejarah. Vol 3, No 1, Januari 2021,
h. 77
54
Kompleks keraton Majapahit (Gapura Waringin Lawang).
Bangunan kuno (candi) relief seperti itu terdapat pada relief
Candi Jawi, Candi Jago, dan Candi Tigawangi. Bahkan
candi bentar yang tertua berada di pura Prasada Bali.
2. Gapura Paduraksa Bersayap6
Ada 3 buah gapura paduraksa yang letaknya berada
di bagian dalam. Gapura Paduraksa II/E berada di belakang
gapura bentar I/G menghadap ke timur, gapura III/F berada
di sisi kanan antara gapura IIE/ dan IIIF menghadap ke
selatan, Gapura paduraksa yang ke tiga berada di belakang
sebelum memasuki area cungkup di sebut gapura V/B,
berupa gapura bersayap disisi kanan dan kiri yang penuh
dengan raham hias menghadap ke utara. Gapura paduraksa
biasanya di bangun pada pintu masuk area yang yang
dianggap suci/inti.Gapura Bersayap di Makam Raden Nur
Rahmad memiliki kaitan dengan Mitologi Hindu bahwa
gunung memiliki sayap. Gunung dalam mitologi Hindu
mempunyai sayap. Pintu gerbang paduraksa juga
melambangkan gunung, itulah sebabnya pada paduruksa
bersayap Komplek Makam Raden Nur Rahmad dihiasi
dengan motif-motif yang lazim ditemukan dalam gunungan
6Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Timur, Peninggalan Sejarah
dan Kepurbakalaan Makam Islam di Jawa Timur (Surabaya: Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Provinsi Jawa Timur, 2003), h. 16.
55
wayang. Selain itu yang paaling menarik perhatian adalah
bentuk dua buah kori Agung di kompleks makam Raden
Nur Rahmad, yaitu pada halaman kedua dan halaman ke
tiga. Kedua gerbang tersebut mengingatkan pada gambaran
garuda yang sedang terbang di angkasa. Hiasan sayap pada
gapura “B” tersebut mungkin dapat dihubungkan dengan
cerita garudeya, karena burung garuda dominan dalam
kepercayaan Hindu.
3. Motif Kalpawreksa7
Pada atap gapura dihiasi dengan motif kalamakara
yang di hiasai lengkungan sebuah pohon dengan banyak
cabang. Pohon ini oleh beberapa ulama dianggap sebagai
pohon kehidupan, pohon surgawi, kalpadruma,
kalpawreksa, Kekayon atau gunungan. Pohon yang
ditampilkan pada beberapa relief candi dari periode di
indonesia Hindu-Indonesia. Di kalangan Islam pohon
seperti ini disebut juga pohon “Syajarotul Khuldi” yang
berada di Sidratul Muntaha.
4. Motif Burung Merak
Pada dasar pilar paduraksa E terdapat ragam hias
burung Merak menghiasi kanan kiri pilarnya. Ragam hias
Merak juga banyak dijumpai dalam hasil seni pahat. Hiasan
7Izza Ainun Nurcholishoh dkk, “Situs Sendangduwur di Kabupaten Lamongan
Jawa Timur,” h. 79
56
ini merupakan sebuah pendarmaan raja pertama Majapahit
Kertarajasa Jayawardhana (1293-1309). Burung Merak itu
pun dikenal sebagai binatang kendaraan dewa perang
Skanda atau Kartikeya, putra Siwa dan Parwati.
4. Motif kala Marga 8
Pada gapura paduraksa di Makam Raden Nur
Rahmad terdapat motif Kala-marga. Motif ini sudah
dikenal dalam seni Hindu-Indonesia. Beberapa candi di
Jawa Timur, seperti candi Jago Panataran, Tigawangi,
Sukuh, tempat kudus dari Gunung Penanggungan.
menunjukkan bukti dari motif kala-marga. Motif hias ini
tidak hanya pada relief tetapi juga pada objek tertentu.Pada
relief ini kala-marga sering ditampilkan mengambang di
atas gapura.Kala Merga hanya terdapat pada gapura “B”
berbentuk lengkungan di atas pintu masuk (kala) yang
kedua ujungnya berakhir dengan kepala kijang (merga).
Hiasan seperti ini terdapat pula pada Candi Jago, Panataran,
Tigawangi, dan Penanggungan. Hiasan Kala Merga.
Selain itu pada Makam Raden Nur Rahmad sendiri
terdapat unsur budaya Hindu yang mempengaruhi yakni :
8Rachma Fauzia Rizka Fitri, Simbol Bangunan pada Komplek Gapura Masjid
dan Makam SendangDuwur Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan Jawa Timur,
Surabaya. Departemen Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. h. 7
57
1. Cungkup9
Cungkup adalah pondasi batu di tepi bangunan yang
seluruhnya terdiri dari kayu atau gebyok. Hiasan tersebut
ada pada jenjang masuk dan bagian dari muka pondasi
tersebut. Hiasan pada jenjang pintu masuk berupa motif
bunga dan daun dengan hiasan bergelung seperti tanda
tanya terbalik di bagian tengahnya. Hiasan pada pintu
masuk berupa panil-panil persegi enam dengan hiasan
motif bunga dan daun yang merupakan unsur kebudayaan
Islam. Batas panil ini tidak berbentuk hiasan tali seperti
pada pintu masjid yang lama. Pada pondasinya terdapat
panil persegi enam dan juga terdapat bentuk kala yang
digayakan dalam rangkaian pohon dan daun, serta terdapat
pula hiasan sayap. Pada bagian ini juga terdapat hiasan
karangan daun yang berbentuk hati yang merupakan ciri
seni Islam.
2. Nisan10
Pada nisan Makam Raden Nur Rahmad terdapat
tulisan Arab yang berisi sifat-sifat sakral seperti ayat dari
Al-Qur’an. Kadang juga hanya berisi nama. Nisan di sekitar
makam Raden Nur Rahmad menggunakan nisan bercorak
9Ayesha Putri Zarifa, “Masjid dan Makam Sendangduwur Perwujudan
Akulturasi,” Prosiding Seminar Heritage IPLBI, 2017, h.384
10Ayesha Putri, “Masjid dan Makam Sendangduwur Perwujudan
Akulturasi,” h.384
58
Surya Majapahit.Simbol surya majapahit merupakan simbol
kebesaran dari kerajaan majapahit yang merupakan
kerajaan bercorak Hindu. Berdasarkan beberapa pendapat
simbol surya majapahit diletakkan pada tempat-tempat atau
makam yang masih merupakan silsilah kerajaan Majapahit.
C. Bentuk-bentuk Akulturasi Islam-Hindu pada Bangunan
Masjid dan Makam Raden Nur Rahmad
Akulturasi pada Bangunan Masjid dan Makam raden Nur
Rahmad ini berdasarkan pada kajian aspek bentuk dan fungsi yang
dikaitkan dengan filosofi dan konsep yang melekat pada bangunan
tersebut, kajian dan penelusuran yang dilakukan antara konsep
bentuk Masjid dan Makam dan konsep arsitektur Hindu yang
diadopsi berdasarkan unsur bentuknya, sehingga penelusuran yang
dilakukan juga terkait dengan unsur bentuk yang melingkupinya.
Adapun bentuk- bentuk akulturasi pada bangunan Masjid
dan Makam Raden Nur Rahmad yakni :
1. Pada bangunan Masjid
a) Atap tumpang susun tiga, yang merupakan pengaruh dari
kebudayaan Hindhu dan banyak terdapat pada bangunan
candi-candi Hindhu.
b) Motif Lotus pada Mimbar, Motif lotus sendiri dalam
Hindhu diartikan sebagai lambang sumber air/sumber
kehidupan.
59
2. Pada bangunan komplek Makam
a) Gapura candi bentar, ada 4 bangunan candi Bentar pada
pintu masuk makam, bangunan Gapura Candi Bentar
merupakan peninggalan Hindhu-Budha seperti yang
terdapat di bangunan kuno / candi.
b) Gapura Gunung Bersayap, ada 3 buah gapura di bagian
dalam komplek bangunan makam,
c) Motif Kalapwareksa, motif kalpwareksa dalam hindhu
artinyaadalah pohoon kehidupan, pohon yang ditampilkan
pada beberapa relief candi dari periode Hindu di Indonesia
d) Motif Burung Merak, dalam mitologi Hindu Burung Merak
dikenal sebagai binatang kendaraan Dewa perang Skanda.
e) Motif Kala Marga, di gapura Makam Raden Nur Rahmad,
Motif Kala Marga banyak terdapat pada baangunan suci
Umat Hindhu, seperti pad Candi jago, Penataran, dan
Tigawangi.
Selain itu bentuk akulturasi Islam Hindhu yang
terdapat pada makam juga bisa dilihat pada :
a) Cungkup Makam
Pada hiasan cungkup Makam raden Nur Rahmad
terdapat berupa motif bunga dan daun dengan hiasan
bergelung seperti tanda tanya terbalik di bagian tengahnya.
Hiasan pada pintu masuk berupa panil-panil persegi enam
60
dengan hiasan motif bunga dan daun yang merupakan unsur
kebudayaan Islam.
b) Nisan,
Paada nisan Makam Raden Nur Rahmad terdapat
tulisan Arab yang berisi sifat-sifat sakral seperti ayat dari Al-
Qur’an. Kadang juga hanya berisi nama. Nisan di sekitar makam
Raden Nur Rahmad menggunakan nisan bercorak Surya
Majapahit.Simbol surya majapahit merupakan simbol kebesaran
dari kerajaan majapahit yang merupakan kerajaan bercorak Hindu
61
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Masjid dan Makam Raden Nur Rahmad merupakan salah
satu peninggalan kebudayaan Islam-Hindhu di Desa
Sendangduwur, terwujud dalam bangunan arsitekturnya, dalam hal
ini bentuk arsitekturnya yang terdapat perpaduan unsur bangunan
Islam-Hindhu dalam bangunannya.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan penulis
menurut teori Akulturasi Koentjaningrat, akulturasi terjadi karena
suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan
dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing, sehingga unsur-
unsur kebudayaan asing tersebut lambat laun diterima dan diolah
kembali tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian budaya itu
sendiri.
Dari proses akulturasi tersebut bisa disimpulkan bahwa
penndugaruh arsitektur Hindu terhadap Arsitektur Islam pada
Masjid dan makam raden Nur Rahmad terdapat pada bentuk-
bentuk bangunan Masjid dan Makam, yakni pada Masjid Atap
tumpang lalu motif lotus pada mimbar masjid, kemudian pada
bangunan makam di pintu masuknya terdapat gapura candi Bentar,
gapura Gunung bersayap, terdapat pula motif Kala marga , dan
motif merak.
62
B. SARAN
1. Masjid Raden Nur Rahmad adalah salah satu masjid
peninggalan caagar budaya yang ada di Desa
Sendangduwur. diharapkan pengurus masjid lebih banyak
mencari dan menyediakan arsip atau buku yang berkaitan
dengan sejarah Masjid, informasi pemugaran, dokumentasi
masa lampau ataupuni informasi yang berkaitan dengan
masjid.
2. Pemerintah daerah harusnya lebih memberikan perhatian
terhadap sektor pariwisata di Desa Sendangduwur baik
dalam perbaikan sarana maupun peningkatan ketrampilan
dalam bentuk pelatihan terhadap masyarakat setempat agar
lebih menarik dan memikat banyak orang untuk berkunjung
serta meningkatkan kesejahteraan masyaralkat Desa
Sendangduwur.
3. Pemerintah daerah harusnya menaruh perhatian lebih dalam
hal penjagaan aset daerah karena Sendangduwur
merupakan peninggalan sejarah Islam-Hindu dan
merupakan salah satu local wisdom yang berada di Desa
Sendangduwur.
4. Adanya penelitian lain yang melanjutkan penelitian ini agar
mendapatkan temuan baru yang berkaitan.
63
DAFTAR PUSTAKA
Buku dan Artikel
Agus, Bustanuddin. Agama dalam Kehidupan Manusia:
Pengantar Antropologi Agama, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2006.
Ashadi, Pengantar Antropologi Arsitektur. Jakarta: Arsitektur UMJ
Press. 2018.
Atmojo, Bambang Sakti Wiku. Analisis Arsitektur Masjid. Naditira
Widya No. 04. Banjar Baru: Balai Arkeologi Banjarmasin.
Bahri, Media Zainul. Wajah Studi Agama-agama dari Era
TeosofivIndonesia (1991-1940) Hingga Masa
Reformasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2015.
Bungin, H.M. Burhan. Metodologi Penelitian Kuantitatif:
Komunikasi, Ekoomi, dan Kebijakan Publik serta Ilmu-
Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana, 2017.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1995.
Faizah, Khairani. “Kearifan lokal Tahlilan-yasinan Dalam Dua
Perspektif Menurut Muhammadiyah.,” Jurnal Aqlam. Vol. 3,
No. 2 Desember 2018.
Farid, Mohammad. etcal. Lamongan Memayu Raharja Ning Praja.
Lamongan: Tim Penyusun Naskah Lamongan Memayung
Raharjaning Praja, 1993.
64
Hasan, M Baqir. Sejarah Desa Sendang dan Cerita Rakyatnya,
Sendang: Sendang press . 2016.
Hasan, M Iqbal. Pokok-pokok metodologi Penelitian dan
Aplikasinya, Bogor: Ghalia Indonesia, 2002.
Koentjaningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat.
Jakarta:PTGramedia, 1977.
____________, Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Rineka
Cipta, 1990.
Kunto, Harsini Ari. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan
Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2002.
Mardiantoro, Gatot Tjatur. Batik Jawa Timur Legenda Dan
Kemegahan. Surabaya: Badan Perpustakaan dan Kearsipan
Prov. Jatim, 2013.
Observasi, Lihat Arsip Desa Sendangduwur Kecamatan Paciran
Kabupaten Lamongan, 5 Maret 2021.
Peacock, James L. The Antrophological Lens, HarshLigh, Soft
Focus. Cambridge: UniversityPress, 1998.
Rabah, Saoud. An Introductionto Islamic Architecture. FSTC
Limited: Manchester, 2002.
Rochym, Abdul. Mesjid dalam Karya Arsitektur Nasional
Indonesia. Bandung : Angkasa. 1995.
Saebani, Beni Ahmad. Pengantar Antrpologi. Bandung:CV
Pustaka Setia, 2012.
65
Setia, Budi Bambang. Pengantar Sejarah Perkembangan
Arsitektur Masjid di Jawa. Makalah Seminar dan Pameran
Masjid-masjid Terpilih se-Jawa. Bandung: Fakultas Sastra
Jepang UNPAD. 2014.
Simuh, Islam dan Pergumulan Budaya Jawa, Yogyakarta: Teraju,
2003.
Siswayanti, Novita. “Fungsi Masjid Sendangduwur Sebagai Wujud
Akulturasi Budaya,” JurnalSmart. Vol. 2, No.2 Desember
2016.
Subqi, Imam . Islam dan Budaya Jawa , Surakarta:PenertbitTaujih,
2018.
Sugiyati, Sri. Masjid Kuno Indonesia. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1999.
Suharsini, Ari Kunto. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan
Praktek. Jakarta: Rineka Cipta, 2002.
Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian pendidikan,
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009.
Sulaiman, “Upacara Tedhak Sinten Di Jawa. Dalam Ritus
Peralihan di Indonesia,” Jakarta: Balai Pustaka. 1993.
Sumbullah, Umi. “Islam Jawa dan Akulturasi Budaya:
Karakteristik, Variasi dan Ketaatan Ekspresif,” Jurnal el
Harakah, Vol. 14 No. 1 Tahun 2012.
66
Sumpena , Deden. Ilmu Dakwah: Academic Journal for Homiletic
Studies, Vol. 6 No. 1 Juni 2012.
Suryana, Yanyan. “Akulturasi Kebudayaanan (Hindu-Budha-
Islam) dalam buku teks pelajaran sejarah nasional
Indonesia,” Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, Volume 26, No.
1, Juni 2017.
Suwarna, “Tinjauan Selintas Berbagai Jenis Gapura di Daerah
Istimewa Yogyakarta,” Jurnal Cakrawala Pendidikan, Vol.
6. No. 2, Juni 1987.
Uka, Tjandrasasmita. Arkeologi Islam Nusantara. Jakarta:
Gramedia, 2009.
Sumber Website
http://jatimprov.go.id/read/sekilas-jawa-timur/sekilas-jawa-timur
diakses pada tanggal 23 Juli 2021 pukul 06.10.
https://lamongankab.go.id/portal/search-result?keyword=profil+
diakses pada tanggal 23 Juli 2021 pukul 06.15.
Wawancara
Wawancara dengan Bapak Fahruddin pengurus Makam dan masjid
Raden Nur Rahmad Di Desa Sendangduwur pada 19 April
2021.
Wawancara pribadi dengan Ibu Ani Andriyani S. Pd, di Desa
Sendangduwurpada tanggal 20 Maret 2021.
67
Wawancara pribadi dengan kepala Desa Sendangduwur Bapak
Bahrur Rohim di Desa Sendangduwur, pada tanggal 14 April
2021.
Wawancara pribadi dengan KH Salim Azhar Tokoh Agama di
Desa Sendangduwurpada tanggal 15 April 2021.
Wawancara pribadi dengan Pengurus Masjid dan Makam Raden
Nur Rahmad, Bapak Fahruddin di Desa Sendangduwur, pada
tanggal 19 April 2021.
68
LAMPIRAN
Surat Pernyataan
Telah Melakukan Wawancara
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : KH Salim Azhar
Alamat : Desa Sendangduwur, KecPaciran Kab
Lamongan
Jabatan : Tokoh Agama
Menerangkan dengan sebenarmya bahwa :
Nama : Mahfudloh
Tempat, tanggal lahir : Lamongan, 18 Juli 1995
Nim : 11140321000065
Jurusan : Studi Agama-agama
Universitas : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Adalah benar-benar telah melakukan penelitian di Desa
Sendangduwur Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan pada hari Kamis
15april 2021 dalam rangka penyusunan skripsi yang berjudul Akulturasi
Budaya Islam-Hindu Pada Arsitektur Masjid dan Makam Raden Nur
Rahmad Di Desa Sendangduwur Kecamatan Paciran Kabupaten
Lamongan.
Demikian surat pernyataan ini dibuat dan dipergunakan
sebagaimana mestinya.
Sendangduwur, 15 April 2021
KH Salim Azhar
69
Surat Pernyataan
Telah Melakukan Wawancara
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Bapak Barrur Rohim S. pd
Alamat : Desa Sendangduwur, KecPaciran Kab
Lamongan
Jabatan : Kepala Desa Sendangduwur
Menerangkan dengan sebenarmya bahwa :
Nama : Mahfudloh
Tempat, tanggal lahir : Lamongan, 18 Juli 1995
Nim : 11140321000065
Jurusan : Studi Agama-agama
Universitas : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Adalah benar-benar telah melakukan penelitian di Desa
Sendangduwur Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan pada hari jumat,
16 April 2021, dalam rangka penyusunan skripsi yang berjudul
Akulturasi Budaya Islam-Hindu Pada Arsitektur Masjid dan Makam
Raden Nur Rahmad Di Desa Sendangduwur Kecamatan Paciran
Kabupaten Lamongan.
Demikian surat pernyataan ini dibuat dan dipergunakan
sebagaimana mestinya.
Sendangduwur, 16 April 2021
Bapak Bahrur Rohim
70
Surat Pernyataan
Telah Melakukan Wawancara
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Bapak Ahmad Fahruddin
Alamat : Desa Sendangduwur, KecPaciran Kab
Lamongan
Jabatan : Juru Kunci ( Kuncen Sesepuh)
Menerangkan dengan sebenarmya bahwa :
Nama : Mahfudloh
Tempat, tanggal lahir : Lamongan, 18 Juli 1995
Nim : 11140321000065
Jurusan : Studi Agama-agama
Universitas : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Adalah benar-benar telah melakukan penelitian di Desa
Sendangduwur Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan pada hari Selasa
19 April 2021, dalam rangka penyusunan skripsi yang berjudul
Akulturasi Budaya Islam-Hindu Pada Arsitektur Masjid dan Makam
Raden Nur Rahmad Di Desa Sendangduwur Kecamatan Paciran
Kabupaten Lamongan.
Demikian surat pernyataan ini dibuat dan dipergunakan
sebagaimana mestinya.
Sendangduwur, 19 April 2021
Bapak Ahmad Fahruddin
71
Surat Pernyataan
Telah Melakukan Wawancara
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Ani Andriyani S. Pd.
Alamat : Desa Sendangduwur, KecPaciran Kab
Lamongan
Jabatan : Ibu guru MI
Menerangkan dengan sebenarmya bahwa :
Nama : Mahfudloh
Tempat, tanggal lahir : Lamongan, 18 Juli 1995
Nim : 11140321000065
Jurusan : Studi Agama-agama
Universitas : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Adalah benar-benar telah melakukan penelitian di Desa
Sendangduwur Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan pada hari
minggu 25 April 2021, dalam rangka penyusunan skripsi yang berjudul
Akulturasi Budaya Islam-Hindu Pada Arsitektur Masjid dan Makam
Raden Nur Rahmad Di Desa Sendangduwur Kecamatan Paciran
Kabupaten Lamongan.
Demikian surat pernyataan ini dibuat dan dipergunakan
sebagaimana mestinya.
Sendangduwur, 25 April 2021
Ani Andriyani
72
DIALOG WAWANCARA DENGAN TOKOH AGAMA DI DESA
SENDANGDUWUR
Nama : K.H Salim Azhar
Umur : 68 Tahun
Pekerjaan : Pengurus Pondok Pesantren
Tanggal wawancara : 15 April 2021
Tempat wawancara : Di teras rumah Bapak K.H. Salim Azhar
1. Bagaimana sejarah kelahiran Raden Nur Rahmad ?
Raden Nur Rahmat lahir pada tahun 1442 Tahun Saka/ 940
Hijriah dan bertepatan dengan tahun 1520 Masehi, ayahnya
bernamaAbdul Qohar bin Abdullah Malikyang berasal dari Negara
Baghdad (Iraq), dan ibu yang bernama Dewi Sukarsih putri
Tumenggung Joyo Sumitro yang berasal dari Sedayu Kecamatan
Brondong Kabupaten Lamongan. Menurut cerita yang berkembang
Ayah Raden Nur Rahmad yakni Abdul Qohar adalah pemuda yang
kurang taat dalam beragama kemudian diusir dari kampung
halamannya kemudian melakukan pelayaran tanpa tujuan hingga
akhirnya mendarat di pelabuhan Sedayu dan bertemu dengan
istrinya dan akhirnya menikah. Setelah lahir Raden Nur Rahmad
dibawa oleh ibunya pindah ke Dusun Tunon yang berada diatas
bukit. Di bukit Tunon inilah Raden Nur Rahmad dididik dengan
73
giat oleh orangtuanya cara bertani dan ilmu keagamaan. Raden Nur
Rahmad adalah seorang yang taat kepada Allah SWT. Dalam
pengembarannya beliau berjumpa dengan Raden Qosim atau lebih
dikenal sebagai Sunan Drajat. Beliau juga yang memberikan gelar
kepada Raden Nur Rahmad dengan gelar Sunan Sendang, selain
ituRaden Nur Rahmad merupakan sosok yang mempunyai akhlak
mulia, suka menolong dan mempunyai kepribadian sosial tinggi
terhadap masalah-masalah yang ada di Desa Sendangduwur, dan
juga beliau mahir dalam pertanian sejak berada di Desa
Sendangduwur. Sosok yang arif dan bijaksana, sifatnya lemah
lembut, belas kasih dan ramah kepada semua orang membuatnya
terkenal sebagai tokoh masyarakat yang disegani dan dihormati
karena kesederhanaannya. Kepribadiannya yang baik itulah yang
menarik hati penduduk Desa Sendangduwur sehingga mereka
teertarik untuk masuk agama Islam dengan suka rela menjadi
pengikut yang setia.Kemudian Raden Nur Rahmad menghabiskan
masa-masa terakhirnya dengan menetap di Desa Sendangduwur
dengan mendirikan masjid untuk mengajarkan agama Islam kepada
pendudukdesaSendangduwurdan dimakamkan di Makam
Sendangduwur yang terletak dibelakangbarat Masjid
2. Tradisi keagamaan apa yang masih dijaga di Desa Sendangduwur ?
Ada banyak, seperti perayaan nisyfusya’ban, khaul Raden
Nur Rahmad, perayaan hari raya besar bulan Islam maulid Nabi,
74
perayaan Isra’ Mi’raj. Pengajian keagamaan, khotmil Quran,
akehnduk , selain itu ada kesenian Ishari, Kesenian Banjaari. Hari
Raya Besar IslamDi kalender Agama Islam ada beberapa tanggal
yang dijadikan sebagai momen perayaan hari besar Agama Islam,
ada beberapa perayaan selametan yang dilakukan oleh Masyarakat
Sendangduwur dalam menyambut dan merayakan Hari Besar Islam
tersebut, Rabiul AwalPada tanggal 12 Rabiul awal diperingati
sebagai hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Tradisi di Desa
Sendangduwursendiri biasanya pada tanggal 15 ini masyarakat
melaksanakan pengajiaan keagamaan di Masjid untuk berdoa
bersama disertai ceramah keagamaan untuk mengenang jasa-jasa
Nabi Muhamad SAW. Kemudian NishfuSya’ban
Malam NisyfuSya’ban adalah malam pengampunan dosa, Tradisi
malam NisyfuSya’ban di Desa Sendangduwur ini dilakukan pada
tanggal 15 pada bulan kedelapan kalender Islam, yaitu bulan
Sya’ban, setelah sholatMaghrib berjamaah di Masjid/Musholla
terdekat untuk memanjatkan doa serta memperbanyak istighfar dan
memohon ampun kepada Allah atas segala kesalahan dan dosa
yang telah diperbuat. Setelah berdoa bersama kemudian makan
segolanggi bersama. Segolanggi adalah hidangan kesukaan Raden
Nur Rahmad yang disajikan saat pelaksanaan peringatan
NishfuSya’ban, Biasanya segolanggi disajikan diatas nampan besar
atau piring dan isinya nasi putih, urap parutan kelapa,
75
lalapansayur-sayuran hijau dengan lauk ikan asin dan ikan
pindang. Dalam sajian nasilanggi ini terdapat makna yang t
terkandung yakni kesederhanaan. Lalu Haul Raden Nur Rahmad.
Haul adalah momentum untuk mengeang ulama maupun tokoh,
Biasanya haul Raden Nur Rahmad dilaksanakan pada 15 Sya’ban
bersamaan dengan malam NisyfuSya’ban,Haul Raden Nur Rahmad
dilaksanakan di Masjid Raden Nur Rahmad dengan pembacaan
khotmil Quran, Istigotsah, tahlil dan ceramah keagamann.
Kemudian Seni Hadroh ISHARIAdalah seni berupa sholawat yang
disertai dengan gerakan yang melukiskan nama Allah dan Kanjeng
Nabi Muhammad SAW dengan sholawat yang dibaca Saroful
Anam. Biasanya Seni Hadroh Ishari di Desa Sendangduwur
banyak dipakai untuk acara pernikahan, Haul , dan pemberian
nama pada bayi. Kalau untuk Seni Sholawat BANJARI
Adalah seni dalam bidang sholawat dengan menggunakan alat
pemukul yang biasanya disebut terbang . pelaksanaanya 2 kali
dalam seminggu dan bertempat di Masjid Raden Nur Rahmad dan
di Pondok Roudhotut Thullab Sendangduwur. sholawat yang
dibaca adalah Maulid Dzibak
76
DIALOG WAWANCARA DENGAN JURUKUNCI DAN PENGURUS
MAKAM RADEN NUR RAHMAD DISENDANGDUWUR
Nama : Fahruddin
Umur : 33 Tahun
Pekerjaan : Juru Kunci Makam dan Pengurus Masjid
Tanggal wawancara : 19 April 2021
Tempat wawancara : Di teras rumah Bapak Fahruddin
1. Bagaimana sejarah berdirinya Masjid Raden Nur Rahmad ?
Masjid Raden Nur Rahmad terletak tepat di atas Bukit
Amitunon Desa Sendangduwur yang memiliki ketinggian 50-70
diatas permukaan laut. Dan berdiri sejak tahun 1561 Masehi. Pada
awalnya Raden Nur Rahmad diperintahkan oleh gurunya Sunan
Drajat untuk menemui Nyai Rondo Mantingan (Ratu Kalinyamat)
untuk membeli masjid tersebut. Namun begitu Raden Nur Rahmad
menemui Ratu Kalinyamat, ternyata beliau berkata bahwa tidak
akan menjual masjidMantingankarena suaminya berpesan bahwa
masjid tersebut tidak dijual dan siapa saja yang dapat mengangkat
atau memindahkan masjid Mantingan secara sekaligus dalam
keadaan utuh tanpa merusaknya dan tanpa bantuan orang lain,
maka masjid mantingan akan diberikan kepada orang tersebut.
Hingga akhirnya Raden Nur Rahmad bertekad dalam hati dan
77
bersungguh-sungguh berdoa kepada Allah agar dapat
memindahkan Masjid Mantingan ke Sendangduwur.Beliau berdoa
memohon petunjuk kepada Allah dengan khusyuk selama 40 hari
agar hajatnya dikabulkan oleh Allah, dan Alhamdulillah atas Kuasa
Allah Raden Nur Rahmad berhasil memindahkan Masjid
Mantingan dari Jepara Jawa Tengah ke Desa Sendangduwur Jawa
Timur dalam semalam, tanpa bantuan orang lain dan dalam
keadaan utuh.
2. Bagaimana cerita Sejarah Makam Raden Nur Rahmad ?
Makam Raden Nur Rahmad adalah merupakan salah satu
peninggalan sejarah yang berasal dari masa transisi Hindu dan
Islam, Makam Raden Nur Rahmad terletak di komplek makam
belakang barat Masjid. Pada umumnya makam merupakan media
penghormatan untuk leluhur, secara umum makam bentuk makam
hanyalah berupa gundukan tanah yang tidak terlalu tinggi dan
sebagai tanda di atas gundukan tersebut diberi nisan dengan tujuan
sebagai penanda kuburan seseorang. Namun seiring
berkembangnya zaman bentuk makam pun makin beragam.
Bangunan makam Raden Nur Rahmad memiliki keunikan karena
dihiasi oleh gapura Bentar, Paduraksa dan Sayap. Makam Raden
Nur Rahmad sering digunakan sebagai tempat ziarah, biasanya
orang yang berziarah itu tujuannya macam-macam yo mbak, ada
yang karna murni ingin berdoa pada kanjeng Raden Nur Rahmad ,
78
ada pula karna hal-hal yang lain. Intinya orang datang ziarah ke
sini itu motifnya macem-macem mbak, ada yang untuk berdoa ada
yang untuk meminta tawassul dan lain.
3. Kenapa pada bangunan makam masih ada perpaduan arsitektur
Hindu seperti gapura, apakah hal tersebut tidak mempengaruhi rasa
keimanan masyarakat desa Sendangduwur ?
Oh tentu tidak mbak karna sedari dulu masyarakat Desa
Sendangduwur sudah tau sejarah terbangunnya makam itu seperti
apa, kan dulu Sebelum Islam datang Masyarakat di Desa
Sendangduwur ini beragama Hindhu, lalu datang lah Raden Nur
Rahmad menyebarkan ajaran Agama Islam, nah dalam
menyebarkan agama Islam ini Raden Nur Rahmad tidak srta merta
langsung tok pleng ke ajaran islam, tapi di mulai dengan sedikit-
sedikit, sampai akhirnya masyarakat Desa Sendnagduwur pun bisa
luluh dan akhirnya Masuk agama Islam. Jadi adanya bangunan
Makam dan masjid yang ada perbaduan bangunan seperti candi
bentar dan paduraksa itu sebagai simbol akulturasi bahwa dulunya
masyarakat Desa Sendangduwur itu penduduknya beragama
Hindu. Selain itu sebagai peninggalan sejarah juga mbak, dan juga
menjadi ikon Desa Sendangduwur.
79
DIALOG WAWANCARA DENGAN KEPALA DESA DI DESA
SENDANGDUWUR
Nama : Bahrur Rohim S. Pd.
Umur : 44 Tahun
Pekerjaan : Kepala Desa Sendangduwur
Tanggal wawancara : 16 April 2021
Tempat wawancara : Di balai Desa Sendangduwur
1. Bagaimana sejarah awal mula terbentuknya Desa Sendangduwur?
Desa Sendangduwur ini itu peninggalan Raaden Nur
Rahmad, beliau merupakan tokoh penyebar agama Islam di Desa
Sendangduwur. dinamakan Sendangduwur itu karna ada Sendang
artinya telaga atau sumber air, sedangkan Duwur itu artiya Atas,
jadi Desa Seandangduwur itu. Karna dulunya Desa Sendangduwur
ini itu hanyalahdamparanpegungungna kapur dan sulit air, tapi
semenjak Raden Nur Rahmad datang menyebarkan agama Islam di
sini tiba-tiba atas kuasa Allah mncullah sumber air da letaknya
berada diatas, maka dari situlah muncul penamaan Desa
Sendangduwur, kurnag lebih intinya seperti itu mbak,
2. Bagaimana keadaan sosial keagamaaan di Desa Sendangduwur
menurut bapak?
80
Semua warga Desa sendangduwur insya Allah 100 persen
beragama islam mbak, adapun untuk kondisi Pertumbuhan
ekonomi Desa Sendangduwur semakin baik dengan seiring
membaiknya perekonomian regional dan nasional tentunya
memberi pengaruh pada pendapatan daerah. Seiring bertambahnya
penduduk dan perkembangan zaman masyarakat Desa
Sendangduwur juga mulai mencari pekerjaan keluar kota untuk
menjadi buruh atau karyawan swasta lainnya. Beberapa alasan
membuat masyarakat Desa Sendangduwur memilih mengadu nasip
keluar kota maupun keluar negeri untuk mencari pekerjaan dengan
tawaran gaji yang lebih tinggi dan juga pengalaman, Selain itu
pembangunan perekonomian di Desa Sendangduwur tidak hanya
berfokus pada satu bidang saja , akan tetapi banyak di bidang lain
seperti pertanian, perdagangan, pegawai swasta, pegawai negeri,
pedagang pasar , pengrajin emas, pengrajin bordir dan lain
sebagainya.
81
Lampiran dokumentasi Komplek Masjid Raden Nur Rahmad
1. Atap Masjid Raden Nur Rahmad
2. Tampak depan Masjid
82
3. Mimbar Masjid Raden Nur Rahmad
83
84
Lampiran dokumentasi Komplek Makam Raden Nur Rahmad
1. gapura Bentar
2. Gapura Gunung Bersayap
85
3. Tampak luar Makam Raden Nur Rahmad
86
Lampiran, dokumentasi wawancara
1. Wawancara dengan Bapak Kiyai Haji Salim Azhar, tokoh agama Desa
Sendangduwur
2. Wawancara Dengan Bapak Fahruddin, Juru Kunci Makam dan Pengurus
Masjid Raden Nur Rahmad
87
3. wawancara dengan Bapak Bahrur Rohim S. Pd. Kepala Desa
Sendangduwur
4. wawancara dengan Ibu Ani Andriyani Spd , Warga Desa Sendangduwur
88
5. Wawancara Dengan Ibu Suliyati, warga Desa Sendangduwur
6. Wawancara dengan Ibu Fevi Zunanik
89
7. Wawancara dengan Ibu Novia Hidayah
8. Wawancara dengan Bapak Muhammad Ghofur