EKSTRUSI DEBRI KE PERIAPEKS ANTARA PREPARASI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335126-T33031-Trini...
Transcript of EKSTRUSI DEBRI KE PERIAPEKS ANTARA PREPARASI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20335126-T33031-Trini...
UNIVERSITAS INDONESIA
EKSTRUSI DEBRI KE PERIAPEKS ANTARA PREPARASI
SALURAN AKAR MENGGUNAKAN GERAKAN
ROTASI KONTINYU DAN RESIPROKAL
(EKSPERIMENTAL LABORATORIK)
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Spesialis
dalam Ilmu Konservasi Gigi
TRINI SANTI PRAMUDITA
1006785345
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS
ILMU KONSERVASI GIGI
JAKARTA
NOVEMBER 2012
Ekstrusi debri..., Trini Santi Pramudita, FKG UI, 2012
Ekstrusi debri..., Trini Santi Pramudita, FKG UI, 2012
Ekstrusi debri..., Trini Santi Pramudita, FKG UI, 2012
iv Universitas Indonesia
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang Maha
Pengasih dan Maha Penyayang atas segala limpahan karunia dan kuasa-Nya yang
tak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis
ini. Penelitian yang tertuang dalam tesis ini merupakan salah satu syarat dalam
menyelesaikan Pendidikan Spesialis Ilmu Konservasi Gigi Universitas Indonesia.
Penelitian dan penulisan tesis ini tidak mungkin dapat diselesaikan tanpa
bantuan, bimbingan dan dukungan moril dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
ijinkan saya untuk menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang
sebesar-besarnya kepada yang terhormat:
1. Rektor Universitas Indonesia yang telah memberi kesempatan kepada saya
untuk menempuh pendidikan spesialis, serta kepada Prof. Bambang
Irawan, drg., PhD dan jajarannya selaku Dekan dan Pimpinan Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, yang telah memberikan izin
kepada saya untuk mengikuti program ini.
2. Dr. Ellyza Herda, drg., Msi selaku Manajer Pendidikan Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Indonesia dan Bambang Nursasongko, drg.,
SpKG(K) selaku Kepala Departemen Ilmu Konservasi Gigi Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Indonesia atas kesempatan dan arahan yang
diberikan dalam menjalankan program pendidikan.
3. Dr. Endang Suprastiwi, drg., SpKG(K), selaku Koordinator Pendidikan
Dokter Gigi Spesialis Ilmu Konservasi Gigi Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Indonesia periode 2011-2012 dan Kamizar, drg. SpKG(K)
selaku Koordinator Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Ilmu Konservasi
Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia periode 2010-2011,
atas arahan, dukungan dan motivasi yang diberikan kepada penulis selama
menjalani pendidikan.
4. Dr. Ratna Meidyawati, drg., SpKG(K), selaku Koordinator Pendidikan
Pasca Sarjana FKG UI sekaligus pembimbing I, yang senantiasa
menyediakan waktu dan tenaga, mencurahkan pikiran dan dukungan
berharga bagi penulis sampai studi ini dapat terselesaikan.
Ekstrusi debri..., Trini Santi Pramudita, FKG UI, 2012
v Universitas Indonesia
5. Gatot Sutrisno, drg., SpKG(K) selaku pembimbing II, yang telah
memberikan bimbingan, masukan dan motivasi selama penelitian dan
penulisan tesis sampai dapat terselesaikan.
6. Prof. Dr. Narlan Sumawinata, drg., SpKG(K), selaku penguji, yang telah
memberikan saran dan arahan berharga dalam penulisan tesis ini.
7. Munyati Usman, drg., SpKG(K), selaku penguji, yang telah memberikan
saran dan arahan berharga dalam penulisan tesis ini.
8. Bambang Nursasongko, drg., SpKG(K) selaku penguji, yang telah
memberikan saran dan arahan berharga dalam penulisan tesis ini.
9. Seluruh staf pengajar Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Ilmu Konservasi
Gigi yang telah bersedia untuk berbagi ilmu dan motivasi yang berharga
selama saya menjalani perkuliahan, klinik, dan penulisan tesis ini: Prof.
Dr. Siti Dewi Mardewi Soerono Akbar, drg. SpKG(K), Prof. Dr. Safrida
Faroek Husin, drg. SpKG(K), Nilakesuma Djauharie, drg., MPH,
SpKG(K), Daru Indrawati, drg., Sp(KG), Dr. Anggraini Dewi Margono,
drg., SpKG(K), Dewa Ayu, drg., SpKG(K) dan Dini Asrianti, drg., SpKG.
10. Karyawan FKG UI, khususnya Bagian Administrasi Pendidikan (Bu Dar),
Klinik Konservasi (Pak Yani, Mas Erwin, Pak Rapin) dan staf Bagian
Konservasi Gigi (Mbak Yuli dan Mbak Devi), Bagian Perlengkapan (Pak
Keri) yang telah banyak memberikan bantuan selama masa pendidikan
saya, dan staf perpustakaan FKG UI (Pak Asep, Pak Yanto, Pak Nuh, Pak
Norman) yang dengan sabar memberikan bantuan dan kemudahan selama
mengikuti pendidikan spesialis di FKG UI.
11. Ariadna Djais, drg, Ph.D dan Prof. Dr. Boy M. Bachtiar, drg, Ph.D selaku
konsultan dan Maysyarah, SSi dan Dessy, SSi selaku tenaga laboran di
Laboratorium Biologi Oral FKGUI, yang telah banyak membantu dalam
proses penelitian ini.
12. Rasa sayang dan hormat yang mendalam dihaturkan kepada orangtua
tercinta, Papa Drs. Arie Soelendro, MA dan Mama drg. Susilowati yang
telah membesarkan, mendidik, serta Mba Gita, Mba Nia, Adhika dan Abi
yang telah membantu hingga saya dapat menjalani pendidikan spesialis
Ekstrusi debri..., Trini Santi Pramudita, FKG UI, 2012
vi Universitas Indonesia
ini, terima kasih atas segala dukungan secara moril dan materiil, serta
senantiasa mendoakan dalam setiap langkah dan perbuatan saya.
13. Teman-teman tercinta, PPDGS Konservasi Gigi 2010 dan Adityo
Widaryono yang telah membuat hari-hari menjalani pendidikan spesialis
terasa sangat menyenangkan, memberikan sumbang saran dan dukungan
yang luar biasa dari awal perkuliahan sampai pada penyelesaian penulisan
tesis ini. Wahyuni Suci Dwiandhany, Ike Dwi Maharti, Vastya Ihsani, dan
Aditya Wisnu Putranto sebagai sahabat yang selalu memberikan masukan
yang berguna, penyemangat dan selalu ada dalam keadaan senang maupun
susah, serta Nurina Anggraeni, Andika Kartika Sari, Titty Sulianti, Ratna
Hardhitari, Olivia Sari, Rio Suryantoro, M. Furqan, Itja Risanti, dan Dwi
Artarini, atas segala bantuan dan dukungannya selama saya menempuh
pendidikan dari awal perkuliahan sampai pada penyelesaian penulisan
tesis ini.
14. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu yang telah
membentu dalam menyelesaikan penelitian dan tesis ini.
Semoga Allah swt membalas segala budi baik yang diberikan oleh semua pihak
tersebut di atas selama masa pendidikan, penelitian, dan penyusunan tesis ini.
Penulis juga memohon maaf apabila terdapat kesalahan yang tidak disadari
selama menjalani masa pendidikan. Penelitian ini mungkin masih jauh dari
sempurna. Meski demikian, semoga tesis ini dapat bermanfaat dan menambah
ilmu pengetahuan terutama di bidang ilmu konservasi gigi.
Jakarta, November 2012
Penulis
Ekstrusi debri..., Trini Santi Pramudita, FKG UI, 2012
Ekstrusi debri..., Trini Santi Pramudita, FKG UI, 2012
viii Universitas Indonesia
ABSTRAK
Nama : Trini Santi Pramudita
Program Studi : Ilmu Konservasi Gigi
Judul : Ekstrusi Debri ke Periapeks Antara Preparasi Saluran Akar
Menggunakan Gerakan Rotasi Kontinyu dan Resiprokal
Latar Belakang: Preparasi saluran akar menghasilkan ekstrusi debri, memicu
respons inflamasi di periapeks. Tujuan: Mengamati perbedaan jumlah ekstrusi
debri ke periapeks pada saluran akar yang dipreparasi menggunakan gerakan
rotasi kontinyu dan resiprokal. Metode: Tigapuluh dua gigi premolar secara acak
dibagi dalam dua kelompok. Kelompok 1 dipreparasi menggunakan gerakan rotasi
kontiyu. Kelompok 2 menggunakan gerakan resiprokal. Penimbangan tabung
penampung debri dilakukan dua kali, yaitu sebelum dan setelah preparasi.
Perbedaan berat tabung tersebut dianggap sebagai berat debri terekstrusi. Hasil:
Tidak terdapat perbedaan bermakna antara kelompok 1 dan 2 (p=0,844)
Kesimpulan: Perbedaan gerakan preparasi saluran akar menggunakan rotasi
kontinyu maupun resiprokal tidak memengaruhi jumlah ekstrusi debri ke
periapeks.
Kata Kunci: Ekstrusi debri, preparasi saluran akar, gerakan rotasi kontinyu,
gerakan resiprokal.
Ekstrusi debri..., Trini Santi Pramudita, FKG UI, 2012
ix Universitas Indonesia
ABSTRACT
Name : Trini Santi Pramudita
Study Program : Conservative Dentistry
Title : Periapically Extruded Debris after Preparation using
Continous Rotation and Reciprocating Motion
Background: Root canal preparation produces debris extrusion, lead to
inflammation in periapical tissue. Objective: Assess the differences of
periapically extruded debris amount after preparation using continous rotation and
reciprocating motion. Method: Thirty two premolars in a receptor tube were
randomly divided into 2 groups. Group 1 was prepared using continuous rotation,
Group 2 using reciprocating motion. Amount of the extruded debris was obtained
by the receptor tube weight differences before and after preparation. Results: The
difference between groups were not statistically significant (p = 0,844).
Conclusion: Continuous rotation and reciprocating motion have no influence in
the amount of periapically extruded debris.
Keywords: Extruded debris, root canal preparation, continuous rotation,
reciprocating.
Ekstrusi debri..., Trini Santi Pramudita, FKG UI, 2012
x Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS............................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ iii
KATA PENGANTAR................................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI......................... vii
ABSTRAK.................................................................................................... viii
ABSTRACT................................................................................................. ix
DAFTAR ISI................................................................................................ x
DAFTAR SINGKATAN............................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. xv
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................ 1
1.1 Latar Belakang....................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah.................................................................. 4
1.3 Tujuan Penelitian................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian.................................................................. 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA................................................................ 5
2.1 tujuan Perawatan Saluran Akar............................................... 5
2.2 Ekstrusi Debri pada Preparasi Saluran Akar........................... 7
2.3 Preparasi Saluran Akar Menggunakan Gerakan Rotasi Kontiyu 12
2.4 Preparasi Saluran Akar Menggunakan Gerakan Resiprokal....... 17
2.5 Pengukuran Ekstrusi Debri pada Foramen Apikal................... 21
2.6 Kerangka Teori...................................................................... 23
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS................................. 26
3.1 Kerangka Konsep................................................................... 26
3.2 Hipotesis................................................................................ 26
BAB 4 METODE PENELITIAN............................................................. 27
4.1 Jenis Penelitian....................................................................... 27
4.2 Tempat Penelitian................................................................... 27
4.3 Waktu Penelitian.................................................................... 27
4.4 Variabel Penelitian................................................................. 27
4.5 Definisi Operasional.............................................................. 28
4.6 Sampel Penelitian................................................................... 29
4.7 Bahan dan Alat Penelitian....................................................... 30
4.7.1 Bahan.......................................................................... 30
4.7.2 Alat............................................................................. 30
4.8 Tahapan Kerja........................................................................ 31
4.8.1 Persiapan Sampel........................................................ 31
4.8.2 Pengelompokan Sampel.............................................. 32
4.8.3 Preparasi Saluran Akar................................................ 33
4.8.4 Pengambilan Data........................................................ 33
4.9 Analisis Data......................................................................... 34
4.10 Alur Penelitian...................................................................... 35
Ekstrusi debri..., Trini Santi Pramudita, FKG UI, 2012
xi Universitas Indonesia
BAB 5 HASIL PENELITIAN.................................................................. 36
BAB 6 PEMBAHASAN........................................................................... 38
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN..................................................... 45
7.1 Kesimpulan......................................................................... 45
7.2 Saran................................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 46
Ekstrusi debri..., Trini Santi Pramudita, FKG UI, 2012
xii Universitas Indonesia
DAFTAR SINGKATAN
NiTi : Nickel Titanium
SEM : Scaning Electron Microscope
NaOCl : Natrium Hipoklorit
EDTA : Ethylene Diamine Tetra Acetic acid
Ekstrusi debri..., Trini Santi Pramudita, FKG UI, 2012
xiii Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Perubahan yang Terjadi Akibat Ekstrusi ke Periapeks............8
Gambar 2.2 Beberapa Desain Jarum yang Tersedia di Pasaran.................. 11
Gambar 2.3 Sistem Instrumen Mtwo..................................................... 16
Gambar 2.4 Gambaran Penampang Mtwo............................................. 16
Gambar 2.5 Gambaran Penampang Reciproc........................................... 19
Gambar 2.6 Gambaran Tingkat Kecorongan Reciproc............................ 19
Gambar 2.7 Alat-alat yang Digunakan untuk Menampung Debri
dan Irigan Selama Preparasi Saluran Akar................................... 22
Gambar 2.8 Skema Kerangka Teori............................................................ 23
Gambar 3.1 Skema Penelitian Ekstrusi Debri Keluar ke Periapeks........... 25
Gambar 4.1 Persiapan Sampel Sebelum Dilakukan Preparasi Saluran Akar… 31
Gambar 4.2 Beberapa Contoh Sampel yang Telah Siap Dilakukan
Prosedur Preparasi Saluran Akar........................................ 32
Gambar 4.3 Pengukuran Berat Debri yang Terekstrusi ke Periapeks
Dilakukan dengan Timbangan Analitik yang Memiliki
Tingkat Akurasi 10-4
gram................................................ 34
Gambar 4.4 Skema Alur Penelitian.................................................... 35
Ekstrusi debri..., Trini Santi Pramudita, FKG UI, 2012
xiv Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Desain Beberapa Instrumen Niti Rotari........................................ 13
Tabel 4.1 Uraian Variabel Penelitian............................................................ 27
Tabel 5.1 Distribusi Nilai Rerata dan Nilai Kemaknaan Ekstrusi Debri
Setelah Preparasi Saluran Akar Menggunakan Teknik
Instrumentasi dengan Gerakan Rotasi Kontinyu (Mtwo)
dan Resiprokal (Reciproc)............................................................. 37
Ekstrusi debri..., Trini Santi Pramudita, FKG UI, 2012
xv Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Alat dan Bahan Penelitian....................................................... 51
Lampiran 2 Tabel Hasil Penelitian............................................................ 52
Lampiran 3 Analisa Statistik.................................................................... 53
Ekstrusi debri..., Trini Santi Pramudita, FKG UI, 2012
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Keberhasilan perawatan saluran akar bergantung pada prinsip triad endodontics
yang meliputi preparasi akses (endo access), preparasi saluran akar (cleaning and
shaping) dan pengisian saluran akar (obturation).1
Tujuan utama perawatan saluran
akar adalah untuk mengeliminasi bakteri yang ada di dalam saluran akar dan
mencegah pertumbuhan kembali dari mikroorganisme residu yang kemungkinan ada
di dalam saluran akar. Dalam perawatan ini, salah satu faktor penting terutama adalah
preparasi saluran akar.2
Sejumlah debri dalam bentuk serpihan dentin, fragmen pulpa, jaringan nekrotik,
mikroorganisme dan cairan irigasi intrakanal dapat secara tidak sengaja terdorong
dari saluran akar ke jaringan periapeks selama preparasi kemomekanis.3 Ekstrusi
elemen-elemen tersebut ke jaringan periapeks dari saluran akar melalui foramen
apikal inilah yang kemudian disebut dengan ekstrusi debri. Hal ini patut menjadi
perhatian, karena ekstrusi elemen-elemen tersebut dapat memicu respons inflamasi
akut, flare-up antar kunjungan, nyeri pasca instrumentasi, dan memperlambat
penyembuhan periapeks.4
Pada setiap teknik preparasi saluran akar, telah dilaporkan bahwa semuanya
mengakibatkan ekstrusi debri. Yang membedakan adalah pada beberapa teknik
menyebabkan ekstrusi debri lebih banyak dibandingkan teknik yang lain. Pemilihan
teknik preparasi saluran akar yang akan digunakan sebaiknya menjadi pertimbangan
seberapa besar ekstrusi debri ke periapeks dapat dikontrol.5 Teknik crown down,
manual maupun instrumen yang digerakkan oleh mesin, umumnya lebih sedikit
mengakibatkan ekstrusi debri dibandingkan dengan teknik step back, dan gerakan
linear filing menyebabkan ekstrusi debri lebih banyak dibandingkan instrumen
dengan gerakan rotasi kontinyu.5,6
Ekstrusi debri..., Trini Santi Pramudita, FKG UI, 2012
2
Universitas Indonesia
Reddy & Hicks (1998) adalah yang pertama membandingkan ekstrusi debri ke
periapeks antara instrumentasi manual dengan instrumentasi yang digerakkan oleh
mesin. Saat membandingkan berat rata-rata debri yang terekstrusi ke periapeks,
ditemukan bahwa teknik step back secara signifikan menghasilkan lebih banyak debri
dibandingkan dengan teknik instrumentasi yang digerakkan oleh mesin dan teknik
balanced force.7
Pada teknik step back menggunakan file K tersebut umumnya mengakibatkan
ekstrusi debri ke periapeks lebih banyak dikarenakan pada 1/3 apikal file tersebut
cenderung mendorong debri keluar dari foramen ke jaringan periapeks dan
menyisakan sedikit ruang pada 1/3 apikal untuk mengeluarkan debri ke koronal.18
Sedangkan untuk instrumentasi yang digerakkan oleh mesin dengan teknik crown
down, mengekstrusi debri lebih sedikit dibandingkan instrumentasi manual
dikarenakan early flaring pada bagian koronal preparasi meningkatkan kontrol
instrumentasi selama preparasi 1/3 apikal saluran akar, gerakan rotasi kontinyu juga
cenderung membawa debri ke arah orifis sehingga menghindari kompaksi pada
saluran akar.9
Selain itu Reddy & Hicks (1998) juga mengemukakan bahwa gerakan rotasi
kontinyu selama instrumentasi, cenderung menyimpan debri dentin pada bagian flute
instrumen dan mengarahkannya ke orifis.7 Hal ini menghasilkan hipotesis bahwa
sistem instrumentasi menggunakan gerakan rotasi kontinyu akan memproduksi lebih
sedikit debri.8 Patut dipertimbangkan bahwa walaupun ekstrusi debri dentin terjadi
pada seluruh teknik preparasi dan instrumentasi saluran akar, namun ekstrusi debri
yang lebih kecil berhubungan dengan penggunaan instrumen yang digerakkan oleh
mesin.7
Instrumen rotari yang digerakkan oleh mesin memiliki banyak variasi dalam
desain, tipe blade, penggunaan, serta banyaknya file yang dipakai, maka jumlah debri
yang terekstrusi berbeda-beda diantara masing-masing sistem tersebut.
Instrumen untuk preparasi saluran akar menggunakan file NiTi rotari dengan
gerakan rotasi kontiyu yang saat ini digunakan selalu mengalami proses
perkembangan, berhubungan dengan preparasi saluran akar yang dihasilkan, untuk
Ekstrusi debri..., Trini Santi Pramudita, FKG UI, 2012
3
Universitas Indonesia
mengevaluasi performa sistem NiTi secara berkesinambungan.10
Penelitian Yared
(2008) menciptakan perspektif baru file NiTi dengan file tunggal yang digerakkan
secara resiprokal.11
Keuntungan dari teknik NiTi resiprokal dengan file tunggal
adalah waktu dapat dipersingkat karena tahapan lebih sedikit. Hal ini didukung oleh
De-deus dkk (2010) yang pada penelitiannya menyatakan bahwa, penggunaan teknik
NiTi dengan file tunggal resiprokal mendatangkan banyak keuntungan karena teknik
file tunggal resiprokal mempercepat waktu kerja.10
You dkk (2011) juga menyatakan
bahwa waktu yang dibutuhkan untuk preparasi saluran akar lebih singkat karena
hanya menggunakan satu file, dengan kata lain preparasi berbentuk corong dapat
diperoleh dengan cepat.12
Pada hasil penelitian Franco dkk (2011) menunjukkan bahwa gerakan
resiprokal akan mempreparasi saluran akar lebih merata sebab adanya centering
ability yang baik sehingga terjadi pelebaran saluran yang seimbang antara arah luar
dan dalam. Gerakan resiprokal menghasilkan area kontak yang lebih besar antara
instrumen dengan dinding saluran akar, sehingga kualitas debridemen sama
efektifnya dengan rotasi kontinyu.13
Meskipun teknik NiTi dengan file tunggal resiprokal mempunyai beberapa
keuntungan, namun masih perlu dilakukan beberapa kajian secara klinis dan
laboratorik mengenai efek samping yang terjadi pada pemakaian alat selama
preparasi, dalam hal ini adalah jumlah debri yang terekstrusi ke periapeks.
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, setiap preparasi saluran akar menggunakan
instrumen mekanis akan menghasilkan ekstrusi debri. Sejumlah debri dalam bentuk
serpihan dentin, fragmen pulpa, jaringan nekrotik, mikroorganisme dan cairan irigasi
intrakanal dapat secara tidak sengaja terdorong dari saluran akar ke jaringan
periapeks selama preparasi kemomekanis.3 Ekstrusi elemen-elemen tersebut dapat
memicu respons inflamasi akut, flare-up antar kunjungan, nyeri pasca instrumentasi,
dan memperlambat penyembuhan periapeks.4
Yang membedakan adalah pada
Ekstrusi debri..., Trini Santi Pramudita, FKG UI, 2012
4
Universitas Indonesia
beberapa teknik menyebabkan ekstrusi debri lebih banyak dibandingkan teknik yang
lain.
Dengan demikian disusun pertanyaan sebagai berikut:
Apakah terdapat perbedaan jumlah ekstrusi debri yang keluar ke periapeks
pada preparasi saluran akar menggunakan gerakan rotasi kontinyu dibandingkan
dengan preparasi saluran akar menggunakan gerakan resiprokal.
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui seberapa besar jumlah ekstrusi debri ke periapeks yang
dipreparasi menggunakan gerakan rotasi kontinyu dibandingkan dengan gerakan
resiprokal.
1.4 Manfaat Penelitian
Untuk memberikan informasi ilmiah mengenai alternatif instrumen preparasi
saluran akar yang menghasilkan ekstrusi debri ke periapeks lebih sedikit pada saat
membersihkan dinding saluran akar. Dengan demikian, diharapkan hasil penelitian ini
dapat digunakan sebagai pertimbangan klinis dalam menentukan atau memilih teknik
preparasi saluran akar yang lebih efektif.
Ekstrusi debri..., Trini Santi Pramudita, FKG UI, 2012
5 Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tujuan Perawatan Saluran Akar
Tujuan perawatan saluran akar adalah pembersihan, pembentukan dan obturasi
saluran akar secara tiga dimensi, dari orifis hingga konstriksi foramen apikal. Dalam
perawatan ini, salah satu faktor penting terutama adalah preparasi saluran akar.
Prosedur ini juga mengacu pada pembesaran saluran akar yang bertujuan untuk
memfasilitasi cairan irigasi dan menghilangkan dentin terinfeksi. Mikroorganisme
pada kamar pulpa dan saluran akar koronal dapat saja mati oleh cairan irigasi pada
awal prosedur namun bakteri pada daerah saluran akar yang lebih sulit dicapai hanya
dapat diatasi setelah preparasi saluran akar.2
Perawatan endodontik bila dilakukan dengan baik dan benar memiliki tingkat
keberhasilan tinggi mencapai 91-98% pada gigi tanpa periodontitis apikal. Sjogren
dkk (1997) menemukan bahwa gigi yang dipreparasi dengan baik sehingga bebas
bakteri pada saat sebelum obturasi memiliki tingkat kesuksesan 5 tahun mencapai
94% dibandingkan dengan gigi yang masih terkontaminasi hanya mencapai 68%.14
Grossman (1955) mendefinisikan preparasi biomekanik adalah pencapaian
akses bebas ke dalam saluran akar hingga foramen apikal, dengan tujuan:
membersihkan kamar pulpa dan saluran akar; menghilangkan obstruksi; menghindari
cedera jaringan periapeks, melebarkan saluran untuk memudahkan penempatan
medikamen intrakanal yang maksimal; menghaluskan dan mempreparasi saluran akar
untuk fasilitasi obturasi.3
Schilder (1974) memperluas tujuan preparasi biomekanik dengan menekankan
bahwa saluran akar harus dibersihkan dan dibentuk. Schilder mendefinisikan tujuan
umum dari preparasi saluran akar itu adalah “sistem saluran akar itu harus
dibersihkan dan dibentuk: bersih dari sisa-sisa zat organik dan dibentuk sedemikian
rupa sehingga seluruh ruang saluran akarnya dapat diisi dengan hermetis dalam tiga
Ekstrusi debri..., Trini Santi Pramudita, FKG UI, 2012
6
Universitas Indonesia
dimensi”. Secara umum ada 5 sasaran utama perawatan tersebut, yaitu (1)
Membentuk saluran akar mengerucut secara kontinyu pada preparasi saluran akar; (2)
membuat bentuk kanal yang mengecil kearah apikal, diameter paling kecil terletak di
ujung akar; (3) Mempertahankan bentuk kurva saluran akar; (4) Jangan salah dalam
menentukan letak foramen; (5) Mempertahankan bentuk foramen sekecil mungkin.15
Prosedur cleaning dan shaping adalah istilah yang dipakai dalam mencapai
tujuan preparasi saluran akar tersebut. Pada proses cleaning, yang ditekankan adalah
debridemen yaitu menghilangkan iritan maupun yang berpotensi menjadi iritan pada
sistem saluran akar. Iritan dapat berupa kombinasi bakteri, hasil produk bakteri,
jaringan nekrotik, debri organik, jaringan vital, produk saliva, hemorargik dan
kontaminan lainnya. Idealnya prinsip debridemen adalah berkontaknya dan
pengerokkan dinding saluran akar untuk melepaskan debri. Selanjutnya cairan irigasi
secara kimia melarutkan sisa-sisa zat organik dan menghancurkan mikroorganisme
dan membersihkan semua debris dari saluran akar.15
Sedangkan untuk shaping, prinsip-prinsip yang dikemukakan oleh Schilder
adalah “Menciptakan bentuk konus yang kontinyu dari apikal hingga ke koronal.
Preparasi apikal harus berukuran sekecil dan mengikuti bentuk aslinya.” Sebagai
tambahan, juga diharapkan adanya pengambilan selapis dentin pada seluruh dimensi
dan seluruh bagian saluran akar. Pelebaran saluran akar dilakukan sampai dengan
didapatkan dentin yang sehat dan dapat memanipulasi dan mengendalikan instrumen
dan material obturasi dengan baik, tetapi tidak melemahkan gigi serta meningkatkan
peluang terjadinya kesalahan prosedur.15
Pembentukan saluran akar juga berguna untuk memfasilitasi proses obturasi.
Shaping yang kurang baik akan menyebabkan obturasi yang kurang baik, sehingga
meninggalkan ruang terbuka di saluran akar yang dapat dimasuki iritan berbahaya.
Hampir semua kesulitan obturasi yang dihadapi operator disebabkan proses shaping
yang kurang baik. Saluran akar sederhana dapat sangat sulit dilakukan obturasi tanpa
proses shaping yang baik, sedangkan saluran akar kompleks dapat dengan mudah
mencapai obturasi sempurna jika dilakukan shaping secara optimal.15
Ekstrusi debri..., Trini Santi Pramudita, FKG UI, 2012
7
Universitas Indonesia
2.3. Ekstrusi Debri pada Preparasi Saluran Akar
Grossman mengatakan bahwa “pada semua kombinasi preparasi biomekanis
dan kemis, seperti instrumentasi dan irigasi, akan memerlukan debridemen dan
pembersihan saluran akar yang menyeluruh”. Dalam usaha mencapai hal tersebut,
sejumlah debri dalam bentuk serpihan dentin, fragmen pulpa, jaringan nekrotik,
mikroorganisme dan cairan irigasi intrakanal dapat secara tidak sengaja terdorong
dari saluran akar ke jaringan periapeks selama preparasi kemomekanis.3 Hal ini
patut menjadi perhatian, dikarenakan ekstrusi elemen-elemen tersebut dapat memicu
respons inflamasi akut, flare-up antar kunjungan, nyeri pasca instrumentasi, dan
memperlambat penyembuhan periapeks.4
Selain dari efek lokal tersebut, ekstrusi mikroba ke jaringan periapeks selama
perawatan endodontik berpotensi mengakibatkan penyakit sistemik yang serius
seperti endokarditis, abses otak dan septikemia, terutama pada pasien dengan
kompromis medis.16
Ekstrusi debri terinfeksi ke jaringan periapeks kemungkinan merupakan salah
satu penyebab adanya nyeri pasca operatif. Pada lesi kronis asimptomatik yang
berhubungan dengan gigi terinfeksi, terdapat keseimbangan antara agresi mikroba
dengan pertahanan inang pada jaringan periapeks. Selama preparasi kemomekanis,
bila mikroorganisme terekstrusi ke periapeks, maka inang akan menghadapi situasi
bertambahnya iritan dari keadaan sebelumnya. Akibatnya, akan terjadi gangguan
sementara pada keseimbangan antara agresi dan pertahanan tubuh yang
mengakibatkan terjadinya inflamasi akut pada inang untuk mengembalikan
keseimbangan tersebut (gambar 2.1).6
Ekstrusi debri..., Trini Santi Pramudita, FKG UI, 2012
8
Universitas Indonesia
Intensitas dari respons inflamasi akut akibat terdorongnya mikroorganisme
dan produknya ke jaringan periradikular bergantung kepada banyaknya (faktor
kuantitatif) dan/atau virulensi (spesies mikroba, faktor kualitatif) dari
mikroorganisme yang terekstrusi itu sendiri. Bila terdapat spesies bakteri dengan
virulensi tinggi pada saluran akar yang kemudian terdorong ke daerah periapeks saat
instrumentasi, maka jumlah debri terinfeksi yang sedikit saja sudah berpotensi
menyebabkan eksaserbasi inflamasi periapeks.6 Dikatakan bahwa material
intrakanal baik yang terkontaminasi maupun yang tidak terkontaminasi dapat
memicu reaksi inflamasi bila terdorong ke apikal selama preparasi saluran akar.
Seltzer dkk. menemukan bahwa bahkan serpihan dentin yang steril pada
daerah periapeks dapat berhubungan dengan inflamasi yang persisten.2 Proses
penyembuhan apikal dan flare-up pasca instrumentasi diperkirakan berhubungan
dengan jumlah dan jenis debri yang terdorong ke jaringan periapeks.17
Namun
hingga saat ini, belum diketahui dengan pasti sampai berapa besar kadar material
infeksi yang terekstrusi dan berapa banyak yang dapat ditoleransi oleh jaringan
periapeks.17
Gambar 2.1. Perubahan yang Terjadi Akibat Ekstrusi ke Periapeks.
Ekstrusi mikroorganisme dan/atau produknya selama prosedur kemomekanikal dapat
menginduksi inflamasi periradikular akut untuk mengembalikan keseimbangan antara
agresi mikroba dengan pertahanan tubuh. Respons yang terbentuk bergantung pada
jumlah dan virulensi mikroorganisme yang terekstrusi.
(Sumber: J.F. Siqueira Jr. Microbial causes of endodontic flare-ups. Int Endod J)
(2003;36:453-463)
Ekstrusi debri..., Trini Santi Pramudita, FKG UI, 2012
9
Universitas Indonesia
Beberapa peneliti mencoba mencari beberapa faktor yang memiliki korelasi
terhadap jumlah debri yang terekstrusi. Hasilnya adalah preparasi yang mendekati
apeks, diameter dari patensi apikal, banyaknya cairan irigasi yang digunakan,
pembentukan sumbatan dentin, penggunaan teknik step back dibandingkan dengan
crown down, dan penggunaan instrumen manual dibandingkan dengan instrumen
putar.18
Beeson dkk (1998) melaporkan bahwa bila instrumentasi saluran akar
dilakukan pada foramen apikal, secara signifikan akan mendorong debri ke
periapeks lebih banyak dibandingkan bila instrumentasi dilakukan 1 mm lebih
pendek.9 Martin & Cunningham (1982) menemukan ekstrusi debri yang lebih besar
pada saluran akar yang diinstrumentasi dengan file melewati foramen apikal
dibandingkan dengan 1 mm lebih pendek dari foramen apikal.19
Myers &
Montgomery (1991) menemukan pada perawatan saluran akar dengan panjang kerja
1 mm lebih pendek dari panjang saluran akar secara signifikan menghasilkan
ekstrusi debri lebih sedikit.20
Ekstrusi ke periapeks yang terjadi pada gigi vital dengan gigi yang nekrosis
juga terdapat perbedaan. Pada gigi yang vital, terdapat hambatan pulpa yang
berfungsi sebagai barier ekstrusi debri, sedangkan pada pulpa nekrosis tidak
terdapat resistensi ini. Bagaimanapun, bila terjadi overinstrumentasi pada kasus
pulpektomi yang mengakibatkan adanya ekstrusi, dapat menyebabkan gejala pasca
operatif yang lebih parah dibandingkan dengan pulpa nekrosis. Pada penelitian
Salzgeber dan Briliant secara in vivo, memperlihatkan bahwa jaringan pulpa vital
membantu kontrol penetrasi cairan irigasi ke lateral dan apikal. Pada kasus nekrosis,
larutan akan terdispersi bila mencapai lesi apikal. Selain itu, pada penelitian in vivo
dan in vitro memperlihatkan hasil yang berbeda pada jumlah yang terekstrusi akibat
keberadaan jaringan periapeks yang bermanfaat untuk menahan ekstrusi debri yang
berlebihan.5
Kurvatur dan jumlah saluran akar yang lebih dari satu juga merupakan faktor
yang memengaruhi jumlah akhir yang terekstrusi ke apikal.21
Diameter foramen
apikal juga memengaruhi. Pasien dengan gigi muda cenderung memiliki
Ekstrusi debri..., Trini Santi Pramudita, FKG UI, 2012
10
Universitas Indonesia
kemungkinan flare-up lebih tinggi akibat lebih ekstrusi apikal yang lebih besar
dibandingkan dengan gigi pada pasien yang lebih tua. Namun menurut Al-Omari
dan Dummer, Mc Kendry dan Fairbourn et al. dalam jurnal Luisi et al. tidak
menemukan korelasi yang signifikan antara diameter apikal dengan jumlah debri
yang terekstrusi.5
Vande Visse & Brilliant (1975) adalah yang pertama meneliti mengenai
kuantitas debri yang terekstrusi selama instrumentasi. Dalam penelitian tersebut
ditemukan instrumentasi disertai cairan irigasi menyebabkan ekstrusi, sedangkan
instrumentasi tanpa cairan irigasi tidak menyebabkan ekstrusi debri.22
Selama irigasi
saluran akar, terdapat risiko menyebabkan debri terdorong ke periapeks, oleh karena
itu irigasi harus dilakukan secara pasif.9
Saat melakukan irigasi secara pasif, cairan
irigasi terbukti dapat mencapai 1 mm lebih jauh dari ujung jarum.2
Jenis desain jarum irigasi juga tampaknya memiliki pengaruh. Jarum irigasi
memiliki desain ujung terbuka dan beberapa lainnya memiliki desain ujung tertutup,
dengan side-vented channels yang memungkinkan cairan irigasi keluar ke arah
aspek lateral. Desain jarum tersebut dikembangkan untuk meningkatkan aktivasi
hidrodinamik bahan irigasi dan menurunkan ekstrusi ke periapeks.23,24
Jarum yang
meningkatkan pergantian pergerakan cairan pada bagian apikal saluran akar juga
akan meningkatkan tekanan ke foramen apikal, sehingga meningkatkan risiko
ekstrusi cairan irigasi ke periapeks. Oleh karena itu pada pemakaian jarum irigasi
dengan ujung terbuka, akan menghasilkan pergerakkan cairan di depan ujung jarum
yang lebih banyak dibandingkan jarum ujung tertutup, namun juga mengakibatkan
tekanan apikal yang lebih besar.25
seperti yang terlihat pada gambar 2.2 dibawah ini.
Ekstrusi debri..., Trini Santi Pramudita, FKG UI, 2012
11
Universitas Indonesia
Gambar 2.2. Beberapa Desain Jarum yang Tersedia di Pasaran.
(A) Desain ujung jarum terbuka flat dan beveled, (B) Gambaran tiga dimensi desain jarum
terbuka flat dan beveled, (C) kecepatan aliran (kiri) dan arah pergerakan cairan (kanan), (D)
Desain ujung jarum tertutup double side vented, (E) Gambaran tiga dimensi desain jarum
tertutup double side vented, (F) kecepatan aliran (kiri) dan arah pergerakan cairan (kanan)
(Sumber: Boutsioukis et al. Evaluation of Irrigant Flow in the Root Canal Using Different
Needle Types by an Unsteady Computational Fluid Dynamics Model. J Endod
2010;36(5):875-9)
Ketika melakukan irigasi, jarum harus dalam keadaan terbebas di dalam
saluran akar. Hal tersebut memungkinkan bahan irigasi untuk refluks dan
menyebabkan debri berpindah ke arah korona serta mencegah terdorongnya bahan
irigasi ke periapeks. Salah satu keuntungan irigasi menggunakan jarum adalah kontrol
kedalaman penetrasi jarum yang mudah di dalam saluran akar. Diameter jarum yang
kecil juga dapat dipilih untuk mencapai kedalaman hingga apeks saluran akar dan
memungkinkan penetrasi cairan irigasi yang lebih efisien serta debrideman yang
efektif. Pemberian cairan irigasi yang pelan dan kombinasi pergerakan tangan yang
kontinyu (in and out) dapat mengurangi kecelakaan bahan irigasi yang terdorong ke
periapeks.23,24
A B C
D E F
Ekstrusi debri..., Trini Santi Pramudita, FKG UI, 2012
12
Universitas Indonesia
2.4 Preparasi Saluran Akar Menggunakan Gerakan Rotasi Kontinyu
Sejak awal tahun 1990, beberapa sistem alat diproduksi dari NiTi, termasuk
dalam praktek endodontik. Keuntungan utamanya adalah fleksibilitas dan
superelastic behavior (memiliki memori kembali ke bentuk semula setelah melalui
deformasi). Hal ini berguna untuk preparasi saluran akar yang bengkok dan kecil,
sehingga mengurangi adanya ledge dan transportasi. Selain itu juga lebih resisten
terhadap clockwise torsional stress, lebih kuat, tidak mengalami korosi pada
penggunaan natrium hipoklorit dan tidak melemah setelah disterilisasi.
Keefektifannya dalam mengangkat dentin sama dengan stainless steel, dan lebih
tahan terhadap fatik siklik. Sedangkan kekurangannya adalah tidak dapat di-precurve,
serta berkurangnya stiffness (stiffness dibutuhkan saat kita mencoba mencari saluran
akar yang kecil).15,26
Instrumen NiTi menawarkan perspektif baru dalam preparasi saluran akar yang
berpotensi untuk menghindari kekurangan-kekurangan instrumen tradisional, dan
memberikan hasil perawatan yang lebih baik.27
Beberapa macam sistem instrumen
NiTi yang digerakkan oleh mesin memiliki karakteristik desain spesifik yang
bervariasi, seperti geometri penampang melintang, desain tip, rake angle (arah cutting
edge), desain bilahnya (contoh adanya radial land), pitch (jarak antara cutting edge)
dan tingkat kecorongan (tabel 1)28
. Faktor-faktor ini memengaruhi fleksibilitas,
efisiensi potong, serta safety seperti ketahanan instrumen terhadap fraktur torsional.
Perkembangan karakteristik desain instrumen NiTi ini intinya bertujuan untuk
mempreparasi saluran akar dengan lebih baik.
Ekstrusi debri..., Trini Santi Pramudita, FKG UI, 2012
13
Universitas Indonesia
Tabel 2.1 Desain Beberapa Instrumen NiTi Rotari
Sumber: Bergmans L, Cleynenbreugel JV, Wevers M, Lambrechts P. Mechanical Root Canal
Preparation with NiTi Rotary Instruments: Rationale, Performance and Safety. Am J Dent
2001; 14(5):324-33
Ekstrusi debri..., Trini Santi Pramudita, FKG UI, 2012
14
Universitas Indonesia
Instrumen NiTi dengan pisau potong aktif (misalnya ProTaper, FlexMaster,
Race, Mtwo) memperlihatkan saluran akar yang lebih bersih dibandingkan instrumen
dengan radial land (Profile). Perbandingan instrumen dengan dan tanpa radial land
berdasarkan pemeriksaan SEM memperlihatkan radial land menekan serpihan dentin
ke dinding saluran akar, sedangkan instrumen dengan sudut potong positif dapat
memotong dan membersihkan serpihan dentin.29
Namun pada setiap teknik preparasi saluran akar, telah dilaporkan bahwa
semuanya mengakibatkan ekstrusi debri. Yang membedakan adalah pada beberapa
teknik menyebabkan ekstrusi debri lebih banyak dibandingkan teknik yang lain.6
Perbedaan variasi desain pada instrumen yang digerakkan oleh mesin dengan gerakan
rotasi kontinyu akan memengaruhi jumlah debri yang terekstrusi diantara masing-
masing sistem tersebut.10
Penelitian Elmsallati dkk menemukan bahwa instrumentasi menggunakan
gerakan rotasi kontinyu dengan desain short pitch mengekstrusi debri lebih sedikit
dibandingkan pitch medium dan long. File dengan short pitch memiliki ulir lebih
banyak dibandingkan pitch medium dan long, groove lebih banyak diantara cutting
edge, sehingga menampung debri lebih banyak selama preparasi dan oleh karena itu
mengurangi kuantitas debri yang teresktrusi. Selain itu, selama preparasi saluran akar,
radial land dengan short pitch cenderung menampung debri dan mengangkatnya ke
arah koronal secara efisien.30
Hal ini kontras dengan penelitian Diemer dan Calas (2004) yang melaporkan
bahwa pada instrumen dengan desain long pitch membantu mencegah fenomena
screw-in dan meningkatkan kemampuan instrumen dalam memotong.31
Namun,
instrumentasi ini akan menghasilkan saluran akar yang lebih besar dibandingkan
short pitch, dan preparasi apikal yang lebih besar akan meningkatkan risiko ekstrusi
cairan irigasi.32
Penelitian oleh Elmsallati diatas serupa dengan penelitian Tanalp dkk (2006),
yang menemukan bahwa ekstrusi pada instrumentasi Profile yang memiliki desain
short pitch, menghasilkan ekstrusi debri lebih sedikit dibandingkan ProTaper dengan
Ekstrusi debri..., Trini Santi Pramudita, FKG UI, 2012
15
Universitas Indonesia
desain long pitch.21
Dapat diartikan, instrumen dengan desain long pitch lebih efisien
dalam preparasi saluran akar dibandingkan desain short pitch, namun mengekstrusi
debri ke periapeks lebih banyak.30
Teknik instrumentasi dengan gerakan rotasi kontinyu menggunakan Protaper
dan HERO Shaper mengurangi jumlah penggunaan instrumen untuk preparasi
saluran akar, yang pada awalnya dapat dianggap sebagai keuntungan. Namun,
dalam penelitian Tanalp dkk yang membandingkan sistem Protaper dengan teknik
instrumentasi dengan gerakan rotasi kontinyu lainnya ditemukan bahwa ekstrusi
debri secara signifikan lebih besar terjadi pada teknik Protaper. Hal ini dapat
disebabkan karena walaupun Protaper menggunakan instrumen yang lebih sedikit,
namun mengakibatkan pengikisan dentin lebih banyak dalam waktu yang lebih
sedikit karena kapasitas memotong dan tingkat kecorongan yang lebih besar.21
Hasil penelitian Yang dkk. (2011) menunjukkan bahwa sistem Mtwo dapat
mempertahankan kurvatura saluran akar baik pada saluran akar simulasi maupun
saluran akar sesungguhnya, serta memperlihatkan kemampuan potong paling efektif
sebab memiliki sudut potong positif. Mtwo juga memiliki centering ability yang
baik tanpa penggunaan glide path manual sebelum instrumentasi. Mtwo juga
memperlihatkan persentase overinstrumentasi yang rendah. Instrumen Mtwo
memiliki geometri sudut potong ganda sehingga fleksibilitasnya meningkat, dengan
desain potongan melintang berbentuk S, yang memperlihatkan ketahanan torsional
dan resistensi yang lebih tinggi terhadap fraktur.33
Selain desain potongan melintang, kemampuan pengambilan serpihan dentin
juga menentukan efisiensi instrumen putar karena pembersihan serpihan dentin yang
telah dipotong sangat penting untuk mengurangi penumpukan serpihan dentin pada
pisau potong. Mtwo memiliki ujung non-cutting, diameter inti yang kecil, jarak
antara cutting blade yang semakin membesar dari ujung hingga tangkainya, dan
ruangan untuk pengambilan dentin terletak lebih dalam pada bagian belakang blade,
sehingga kapasitas penampungan serpihan dentin lebih besar dan mengurangi risiko
ekstrusi debri ke periapeks.3,34
Ekstrusi debri..., Trini Santi Pramudita, FKG UI, 2012
16
Universitas Indonesia
Instrumen Mtwo basic series terdiri atas 8 instrumen dengan kecorongan
bervariasi antara 4% sampai 7% dan ukuran 10-40.34
Sistem Mtwo digunakan
dengan teknik single-length sepanjang kerja, artinya file yang digunakan selalu pada
panjang yang sama yaitu sepanjang kerja.34
Gambar 2.3. Sistem Instrumen Mtwo. Instrumen Mtwo terdiri atas tiga sekuens, yaitu: sekuens
dasar, sekuens untuk membentuk anatomi saluran akar yang besar, dan sekuens pembentukan untuk
memfasilitasi teknik obturasi hangat. (Sumber: Mtwo, The Efficient NiTi System: User Information.
Available at: http://www.vdw-dental.com. Accesed July 25, 2012.)
Gambar 2.4. Gambaran Penampang Mtwo. (A) Tingkat kecorongan file Mtwo yang konstan; (B)
Desain potongan melintang instrumen Mtwo yang berbentuk S. (Sumber: Mtwo, The Efficient NiTi
System: User Information. Available at: http://www.vdw-dental.com. Accesed July 25, 2012.)
Kontak radial minimal
Flute yang lebar dan dalam
untuk membersihkan
serpihan dentin secara
kontinyu
A B
Ekstrusi debri..., Trini Santi Pramudita, FKG UI, 2012
17
Universitas Indonesia
Penelitian Ghivari dan Kubasad membandingkan ekstrusi debri antara M-two
dan K-3, ditemukan bahwa instrumentasi menggunakan K-3 mengekstrusi debri dan
cairan irigasi lebih banyak dibandingkan sistem M-two. Hal ini mungkin disebabkan
oleh desain file M-two memiliki jarak antara cutting blade yang semakin membesar
dari ujung hingga tangkainya, pitch yang progresif dan tidak adanya radial lands
menghasilkan debri dentin yang lebih sedikit. Ruangan untuk pengambilan dentin
terletak lebih dalam pada bagian belakang blade, sehingga mengurangi risiko
ekstrusi debri ke periapeks. Sedangkan pada sistem K-3 dengan penampang
melintang yang asimetris dan relief diantara dua radial land, serta rake angle positif
menghasilkan debri dentin yang lebih banyak.36
2.4 Preparasi Saluran Akar Menggunakan Gerakan Resiprokal
Kini era instrumentasi saluran akar mengarah ke gerakan resiprokal. Instrumen
NiTi yang digerakkan secara rotasi kontinyu dengan karakteristik desain yang
berbeda-beda sampai saat ini cukup dapat mempreparasi saluran akar dengan baik,
namun kekurangannya adalah terjadinya fraktur instrumen. Pada saat file bergerak
dengan gerakan rotasi kontinyu, file akan mengalami stress torsional bahkan pada
saluran akar yang lurus. Instrumen rotari seringkali mengalami fraktur ketika terkunci
di dalam saluran akar, terutama bagian ujung instrumen. Ketika ujung instrumen
terkunci, motor akan terus berputar sehingga menyebabkan instrumen semakin
terkunci dan mencapai tingkat fatik siklik, kemudian fraktur pada sudut putaran
tertentu. Oleh karena itu, motor endodontik seringkali dilengkapi auto-reversed,
untuk mencegah beban berlebih pada file yang mengakibatkan terjadinya fraktur
fatik.37
Gerakan resiprokal adalah gerakan osilasi atau gyromatrik, yang berputar
bolak-balik. Secara teoritis dan klinis, gerakan searah dan berlawanan jarum jam
mengurangi insidensi fraktur torsional, seperti yang terlihat pada penggunaan file
ProTaper F2 yang digerakkan secara resiprokal ternyata menunjukkan masa pakai
yang lebih panjang dibandingkan pada saat digunakan dengan gerakan kontinyu. File
Ekstrusi debri..., Trini Santi Pramudita, FKG UI, 2012
18
Universitas Indonesia
ProTaper F2 yang digerakkan secara resiprokal dapat digunakan hingga 21 saluran
akar bengkok tanpa terjadi fraktur. Gerakan resiprokal pada penelitian Yared (2008)
ini menggunakan motor ATR vision yang kini sudah tidak diproduksi lagi.11
Pada
penggunaan motor ini, saat bergerak resiprokal instrumen memotong dentin saat
bergerak searah jarum jam (144 derajat), kemudian file dilepaskan saat bergerak
berlawanan arah jarum jam sebelum bahan pembentuk instrumen (logam campur
NiTi) mengalami deformasi martensitik akibat beban sehingga meningkatkan risiko
fraktur.
Selain itu, gerakan berlawanan arah jarum jam setelah searah jarum jam akan
mengurangi kecenderungan wedging dan srewing. Gerakan berlawanan arah jarum
jam yang terbatas (72 derajat) ini mencegah terjadinya ekstrusi debri atau pergerakan
apikal. Gerakan resiprokal berbasis pada teknik balanced force yang gerakan
berlawanan arah jarum jamnya terbatas yaitu tidak lebih dari 270 derajat untuk
mencegah pergerakkan debri ke apikal.11
Hal ini juga selaras dengan penelitian De-
Deus dkk (2010) tentang fatik siklik instrumen F2 ProTaper yang digerakkan oleh
mesin dalam gerakan resiprokal, menyatakan bahwa sistem pergerakan adalah hal
yang paling menentukan dalam ketahanan instrumen NiTi terhadap fraktur dan
gerakan resiprokal meningkatkan ketahanan instrumen NiTi terhadap fatik siklik
dibandingkan dengan gerakan rotasi kontinyu.10
Selain mencegah fraktur, keunggulan preparasi saluran akar menggunakan
gerakan osilasi antara lain centering ability yang cukup baik, mempertahankan bentuk
anatomi saluran akar, mempreparasi seluruh dinding saluran akar pada saluran akar
oval, dan tingkat keamanan penggunaan yang lebih baik.37
Centering ability
merupakan kemampuan untuk mempertahankan instrumen agar tetap berada di
posisinya, terutama di bagian tengah saluran akar sehingga mampu mengurangi
transportasi apikal.
Setelah Motor ATR Vision kini dikembangkan lagi sebuah sistem baru untuk
resiprokal. Sistem ini meliputi tiga instrumen yaitu instrumen Reciproc® (R25, R40
dan R50), motor (VDW. Silver®
Reciproc®), paper point dan kon gutaperca. Hanya
Ekstrusi debri..., Trini Santi Pramudita, FKG UI, 2012
19
Universitas Indonesia
satu instrumen Reciproc® yang digunakan untuk preparasi saluran akar, tergantung
pada ukuran awal saluran akar. Instrumen terbuat dari NiTi M-Wire yang lebih
fleksibel dan lebih resisten terhadap fatik siklik dibandingkan NiTi tradisional.
Instrumen tersebut memiliki potongan melintang berbentuk S dan kecorongan
regressive.37
Gambar 2.5. Gambaran Penampang Reciproc. (A) File Reciproc R25, R40 dan R50 (B) Desain
potongan melintang instrumen Reciproc yang berbentuk S. (Sumber: Yared G. Canal preparation
with only one reciprocating instrument without prior filing: a new concept. Available at:
http://www.vdw-reciproc.de/images/stories/pdf/GY_Artikel_en_WEB.pdf. Accesed July 25, 2012
Gambar 2.6. Gambaran Tingkat Kecorongan Reciproc. Penampang instrumen Reciproc dan
ukuran tingkat kecorongan yang menunjukkan berapa besar kenaikan ukuran diameter per
seperseratus milimeter. (Sumber: Yared G. Canal preparation with only one reciprocating
instrument without prior filing: a new concept. Available at: http://www.vdw-
reciproc.de/images/stories/pdf/GY_Artikel_en_WEB.pdf. Accesed July 25, 2012)
A B
Tingkat kecorongan file Reciproc yang regressive,
dengan bentuk yang lebih ramping pada bagian
akhir file untuk menghindari pengambilan jaringan
gigi yang berlebih pada bagian koronal.
Misalnya: file Reciproc R25 memiliki diameter 0.25
pada D0 dan tingkat kecorongan 8% (0.08mm/mm)
pada 3 mm pertama dari ujung. Pada D16 file ini
akan memiliki diameter 1.05 mm
1.05 mm
16 mm
3 mm
2 mm
1 mm
0 mm
0.49 mm
0.41 mm
0.33 mm
0.25 mm
Ekstrusi debri..., Trini Santi Pramudita, FKG UI, 2012
20
Universitas Indonesia
Paque dkk (2011) melakukan penilaian terhadap hasil preparasi saluran akar
menggunakan file tunggal F2 ProTaper dibandingkan dengan teknik ProTaper full
sequence. Penilaian dilakukan terhadap perubahan volume dentin, persentase dinding
yang terbentuk, derajat transportasi saluran akar, dan waktu kerja yang dibutuhkan F2
untuk mencapai panjang kerja. Saluran akar yang terbentuk diantara kedua teknik
tidak berbeda signifikan, tetapi teknik satu file F2 memiliki waktu kerja yang lebih
singkat.38
Teknik NiTi resiprokal dengan file tunggal juga mempersingkat waktu karena
tahapan lebih sedikit. Hal ini didukung oleh De-deus dkk (2010) yang pada
penelitiannya menyatakan bahwa, penggunaan teknik NiTi dengan file tunggal
resiprokal mendatangkan banyak keuntungan karena teknik file tunggal resiprokal
bekerja dengan lebih cepat.10
You dkk (2011) juga menyatakan bahwa waktu yang
dibutuhkan untuk preparasi saluran akar lebih singkat karena hanya menggunakan
satu file, dengan kata lain preparasi berbentuk corong dapat diperoleh dengan cepat.12
Pada penelitian Dedeus dkk. (2010) mengenai ekstrusi debri yang terjadi pada
instrumentasi dengan gerakan rotasi kontinyu dan resiprokal menemukan bahwa,
tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada ekstrusi debri antara preparasi saluran
akar menggunakan ProTaper dengan gerakan rotasi kontinyu dibandingkan dengan
ProTaper F2 yang digerakkan secara resiprokal. Namun dibandingkan dengan
instrumentasi manual, kedua sistem instrumentasi tersebut menghasilkan debri yang
lebih sedikit secara signifikan.39
Penelitian Luisi dkk. (2010) mengemukakan bahwa instrumentasi dengan
rotasi kontinyu menggunakan ProTaper menghasilkan ekstrusi debri ke periapeks
yang lebih besar dibandingkan sistem M4 dengan gerakan resiprokal. M4 adalah
sistem instrumentasi menggunakan gerakan resiprokal dengan sudut 30° searah dan
berlawanan arah jarum jam. Sekuensnya terdiri dari no #20, #25, #30, #35, #40, dan
#45 yang digunakan single length sepanjang kerja. Hal ini kemungkinan disebabkan
ProTaper memotong dentin lebih banyak dalam waktu yang lebih singkat
dikarenakan kemampuan potong dan tingkat kecorongan yang lebih besar. Sedangkan
Ekstrusi debri..., Trini Santi Pramudita, FKG UI, 2012
21
Universitas Indonesia
file M4 memiliki kecorongan 2%, sehingga kemampuan potongnya lebih rendah,
mempreparasi lebih lambat dan bertahap sampai mencapai panjang kerja.5
Kontras dengan penelitian Luisi dkk (2010), pada penelitian yang dilakukan
oleh Burklein dkk (2012) membandingkan jumlah ekstrusi debri yang terjadi antara
instrumentasi dengan gerakan rotasi kontinyu dan resiprokal menemukan bahwa dua
macam sistem instrumentasi resiprokal menggunakan Reciproc (VDW, Munich,
Germany) dan WaveOne (Dentsply Maillefer, Ballaigues, Switzerland) menghasilkan
ekstrusi debri lebih banyak dibandingkan sistem instrumentasi rotasi kontinyu
menggunakan Mtwo (VDW, Munich, Germany) dan ProTaper (Dentsply Maillefer,
Ballaigues, Switzerland). Selain itu, instrumentasi dengan Reciproc (VDW, Munich,
Germany) dinilai mengekstrusi debri paling besar, namun dalam waktu
penggunaannya paling cepat dibanding sistem lainnya. Hasil penelitian ini
menyimpulkan, semua sistem instrumentasi menyebabkan ekstrusi debri, dengan
instrumentasi rotasi kontinyu menghasilkan ekstrusi debri ke periapeks lebih sedikit
dibandingkan sistem file tunggal.39
2.5 Pengukuran Ekstrusi Debri Pada Periapeks
Metode pengukuran berat debri yang terekstrusi ke periapeks mengikuti Myers
dan Motgomery (1991). Gigi dimasukkan melewati penanda karet yang telah
dilubangi sebelumnya. Sebelum instrumentasi saluran akar, sebuah tabung debri
ditimbang kemudian dimasukkan kedalam tabung 7 ml. Penanda karet bersama gigi
dimasukkan ke dalam tabung tersebut dan menutup bagian bibir tabung. Tabung
debri adalah tabung yang berfungsi sebagai wadah untuk menampung serpihan debri
dan irigasi yang keluar ke foramen apikal. Tabung 7 ml diberi ventilasi dengan 23-
gauge needle yang ditusukkan ke penanda karet untuk menyamakan tekanan udara
didalam dan diluar tabung.
Segera setelah instrumentasi, tabung debri dilepaskan dari tabung 7 ml.
Kemudian gigi juga dilepaskan dari tabung debri dan debri yang menempel pada
permukaan akar diambil dengan membasuh permukaan apeks dengan 1 ml air
Ekstrusi debri..., Trini Santi Pramudita, FKG UI, 2012
22
Universitas Indonesia
distilasi ke tabung debri. Setelah itu, tabung debri dimasukkan ke oven kering untuk
mengevaporasi kelembaban sebelum dilakukan penimbangan berat debri.
Sebelum dilakukannya setiap prosedur, tabung debri diukur beratnya. Sehingga
perbedaan berat tabung antara awal dengan setelah prosedur, adalah yang dianggap
sebagai berat dari debri yang teresktrusi.
Gambar 2.7.Alat-alat yang digunakan untuk menampung debri dan cairan irigasi selama
preparasi saluran akar: a)gigi; b) penanda karet; c)tabung sentrifugasi; d)tabung 7 ml; e) jarum 23-
gauge (Sumber: Dedeus G, Barino B, Fidel RAS. Assessment of apically extruded debris produced by
the single-file Protaper F2 technique under reciprocating movement. Oral Surg Oral Med Oral Pathol
Oral Radiol Endod 2010;110:390-394
Ekstrusi debri..., Trini Santi Pramudita, FKG UI, 2012
23
Universitas Indonesia
2.6. Kerangka Teori
Berdasarkan uraian diatas disusun kerangka teori sebagai berikut:
Keterangan :
Diteliti
Tidak diteliti
Gambar 2.8 Skema kerangka teori
Preparasi mekanis
Perawatan
Saluran Akar
Irigasi & Medikamen
Ekstrusi Debri
Instrumen endodontik
dengan gerakan rotasi
kontinyu
Instrumen
endodontik dengan
gerakan resiprokal
Pengisian saluran
akar
Cleaning dan shaping Akses
Ekstrusi debri..., Trini Santi Pramudita, FKG UI, 2012
24
Universitas Indonesia
Preparasi saluran akar merupakan tahap yang penting dalam mendukung
keberhasilan perawatan saluran akar. Namun dalam preparasi saluran akar akan
terbentuk sejumlah debri yang dapat secara tidak sengaja terdorong dari saluran akar
ke jaringan periapeks selama preparasi kemomekanis.3 Ekstrusi elemen-elemen
tersebut ke jaringan periapeks dari saluran akar melalui foramen apikal dapat
meningkatkan risiko kegagalan perawatan saluran akar.
Pada setiap teknik preparasi saluran akar, telah dilaporkan bahwa semuanya
mengakibatkan ekstrusi debri. Yang membedakan adalah pada beberapa teknik
menyebabkan ekstrusi debri lebih banyak dibandingkan teknik yang lain. Teknik
crown down, manual maupun digerakkan oleh mesin, umumnya lebih sedikit
mengakibatkan ekstrusi debri dibandingkan dengan teknik step back, dan gerakan
linear filing menyebabkan ekstrusi debri lebih banyak dibandingkan instrumen
dengan gerakan rotasi kontinyu.5,6
Instrumentasi yang digerakkan oleh mesin
menggunakan file NiTi rotari dengan teknik crown down ini mengekstrusi debri lebih
sedikit dibandingkan instrumentasi manual dikarenakan early flaring pada bagian
koronal preparasi meningkatkan kontrol instrumentasi selama preparasi 1/3 apikal
saluran akar. Gerakan rotasi kontinyu juga cenderung membawa debri ke arah orifis
sehingga menghindari kompaksi pada saluran akar.9
Penelitian Yared (2008) menciptakan perspektif baru file NiTi dengan file
tunggal yang digerakkan secara resiprokal.11
Keuntungannya adalah dapat
mempersingkat waktu karena tahapan lebih sedikit, mempreparasi saluran akar lebih
merata karena adanya centering ability yang baik, dan kualitas debridemen sama
efektifnya dengan gerakan rotasi kontinyu. 10-13
Pemilihan teknik preparasi saluran akar yang akan digunakan sebaiknya
menjadi pertimbangan seberapa besar ekstrusi debri ke periapeks dapat dikontrol5,
untuk mengurangi kemungkinan kegagalan perawatan saluran akar. Dalam penelitian
ini akan diselidiki mengenai ekstrusi debri yang terjadi pada preparasi saluran akar
menggunakan dua macam gerakan yang berbeda.
Ekstrusi debri..., Trini Santi Pramudita, FKG UI, 2012
26 Universitas Indonesia
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konsep
Gambar 3.1 Skema Penelitian Ekstrusi Debri ke Periapeks
Saluran akar dipreparasi menggunakan dua macam gerakan yang berbeda,
yaitu instrumentasi dengan gerakan rotasi kontinyu dan instrumentasi dengan gerakan
resiprokal kemudian diukur banyaknya ekstrusi debri yang keluar ke periapeks.
3.2 Hipotesis
Terdapat perbedaan jumlah ekstrusi debri yang keluar ke periapeks antara
preparasi menggunakan gerakan rotasi kontinyu dibandingkan dengan preparasi
menggunakan gerakan resiprokal.
Ekstrusi debri
ke periapeks
Preparasi saluran akar
menggunakan instrumentasi
dengan gerakan resiprokal
Preparasi saluran akar
menggunakan instrumentasi
dengan gerakan rotasi kontinyu
Ekstrusi debri..., Trini Santi Pramudita, FKG UI, 2012
27 Universitas Indonesia
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Eksperimental laboratorik
4.2 Tempat Penelitian
Klinik Konservasi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
Laboratorium Ilmu Biologi Oral, Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Indonesia
4.3 Waktu Penelitian
Oktober - November 2012
4.4 Variabel Penelitian
Variabel bebas:
a. Preparasi saluran akar menggunakan instrumen rotari
dengan gerakan rotasi kontinyu
b. Preparasi saluran akar menggunakan instrumen rotari
menggunakan gerakan resiprokal.
Variabel terikat:
Jumlah ekstrusi debri yang keluar ke periapeks.
Variabel confounding:
Teknik irigasi.
Ekstrusi debri..., Trini Santi Pramudita, FKG UI, 2012
28
Universitas Indonesia
4.5 Definisi Operasional
Deskripsi dari variabel penelitian (variabel bebas, terikat dan confounding)
dengan deskripsi, skala, nilai dan cara pengukuran akan dijelaskan dalam table
berikut ini:
Tabel 4.1. Uraian Variabel Penelitian.
Variabel Deskripsi Skala Nilai Cara pengukuran
Variabel Bebas
Preparasi saluran
akar
menggunakan
instrumen rotari
dengan gerakan
rotasi kontinyu
Preparasi saluran akar
dengan gerakan rotasi
kontinyu menggunakan
sistem Mtwo. File Mtwo
yang digunakan adalah
sekuens dasar, yaitu file
berukuran 10/.04, 15/.05,
20/.06, sampai 25/.06.
Nominal
Preparasi dianggap
selesai sesuai sekuens
instruksi pabrik dan
syarat preparasi saluran
akar telah tercapai.
Preparasi saluran
akar
menggunakan
instrumen rotari
dengan gerakan
resiprokal
Preparasi saluran akar
dengan gerakan resiprokal
parsial menggunakan
sistem Reciproc. Sistem
Reciproc yang digunakan
adalah file tunggal R25.
Nominal Preparasi dianggap
selesai sesuai sekuens
instruksi pabrik dan
syarat preparasi saluran
akar telah tercapai.
Variabel Terikat
Jumlah ekstrusi
debri yang keluar
ke periapeks
Ekstrusi debri yang keluar
ke periapeks akibat
instrumentasi.
Numerik
Setelah preparasi saluran
akar, debri yang
menempel pada apeks
gigi dibasuh dengan
larutan air distilasi
sebanyak 1 ml,
ditampung ke dalam
tabung debri.
Ekstrusi debri..., Trini Santi Pramudita, FKG UI, 2012
29
Universitas Indonesia
Variabel
Confounding
Teknik irigasi
oleh operator
Mengalirkan cairan irigasi
dengan jarum irigasi ke
dalam saluran akar
sepanjang 2 mm lebih
pendek dari panjang kerja
dengan gerakan masuk dan
keluar setelah dilakukan
preparasi saluran akar.
Cairan irigasi yang
digunakan adalah air
distilasi
Nominal
31
gauge,
2 ml
4.6 Sampel Penelitian
Besarnya sampel didapatkan dari rumus, Frederer:
(r-1) (t-1) > 15
Keterangan: r = jumlah sampel; t = jumlah kelompok perlakuan.
Dari dua kelompok perlakuan pada penelitian ini maka jumlah sampel pada tiap
kelompok adalah:
(r-1) (2-1) > 15
r-1 > 15
r > 16
Berdasarkan rumus diatas didapatkan sampel minimal sebanyak 32 untuk
mendapatkan distribusi data dalam nilai normal.
Jenis sampel adalah limbah kedokteran gigi, berupa gigi premolar bawah
manusia yang telah diekstraksi (etika kedokteran dalam penelitian) dengan kriteria
inklusi sebagai berikut:
Gigi premolar bawah dengan panjang rata-rata 20 ± 2mm.
Ekstrusi debri..., Trini Santi Pramudita, FKG UI, 2012
30
Universitas Indonesia
Gigi dengan saluran akar tunggal dan lurus yang dikonfirmasi melalui
radiografis.
Ujung apeks gigi telah tertutup sempurna dan tidak ada defek pada
akar gigi.
Sedangkan kriteria eksklusinya:
Gigi dengan akar bengkok.
Gigi dengan akar ganda.
Gigi dengan penutupan apeks yang belum sempurna dan disertai
adanya defek pada permukaan akar.
4.7 Bahan dan Alat
4.7.1 Bahan
Gigi premolar rahang bawah yang telah diekstraksi
Larutan air distilasi
Kapas steril
4.7.2 Alat
Henpis berkecepatan tinggi
Bur intan bulat
Endomotor (Reciproc®, VDW, Ballaigues, Germany)
K-File #08, #10, #15 (Dentsply Maillefer, Ballaigues, Switzerland)
File instrumen NiTi rotari dengan gerakan kontinyu (Mtwo®, VDW,
Ballaigues, Germany)
File instrumen NiTi rotari dengan gerakan resiprokal (Reciproc®,
VDW, Ballaigues, Germany)
Jarum irigasi (NaviTip double sideport 31 gauge, Ultradent Products,
Inc., South Jordan, UT)
Endobloc (Dentsply Maillefer, Ballaigues, Switzerland)
Boks endodontik
Sterilisator autoclave
Ekstrusi debri..., Trini Santi Pramudita, FKG UI, 2012
31
Universitas Indonesia
Oven kering
Timbangan elektrik
4.8 Tahapan Kerja
4.8.1 Persiapan Sampel
Gigi premolar rahang bawah berakar tunggal dengan ujung apeks yang telah
menutup sempurna dan tanpa disertai defek pada permukaan akarnya, kemudian gigi
tersebut dibersihkan dan direndam dalam larutan salin sambil menunggu proses
penelitian dimulai. Pembuatan akses pada masing-masing gigi dilakukan
menggunakan bur intan bulat dan henpis berkecepatan tinggi untuk memfasilitasi
instrumentasi dan irigasi. Lalu gigi diberi nomor secara acak dan dibagi menjadi dua
kelompok.
Patensi foramen apeks distandardisasi dengan memasukkan K-file #15,
sampai ujungnya terlihat. Kemudian panjang kerja masing-masing diukur sampai 1
mm lebih pendek dari panjang kerja K-file #15 pada posisi ini. Setelah itu, tiap
sampel gigi disterilisasikan untuk menghindari kontaminasi sampel dari bakteri.
Gigi dimasukkan melewati penanda karet yang telah dilubangi sebelumnya.
Sebelum instrumentasi saluran akar, sebuah tabung debri ditimbang kemudian
dimasukkan kedalam tabung 7 ml. Penanda karet bersama gigi dimasukkan ke dalam
tabung tersebut dan menutup bagian bibir tabung. Tabung debri berfungsi sebagai
wadah untuk menampung debri apikal dan cairan irigasi yang keluar ke foramen akar.
Tabung 7 ml diberi ventilasi dengan jarum berukuran 23 yang ditusukkan ke penanda
karet untuk menyamakan tekanan udara didalam dan diluar tabung.
Ekstrusi debri..., Trini Santi Pramudita, FKG UI, 2012
32
Universitas Indonesia
Gambar 4.1 Persiapan Sampel Sebelum Dilakukan Preparasi Saluran Akar. (A) Gigi yang telah
dimasukkan ke dalam tutup karet botol yang telah dilubangi; (B) Botol penampung debri; (C) Botol
berukuran 7 ml
Gambar 4.2. Beberapa Contoh Sampel yang Telah Siap Dilakukan Prosedur Preparasi Saluran Akar
4.8.2. Pengelompokan Sampel
Pengelompokan sampel secara acak, sampel dibagi menjadi dua kelompok
dengan jumlah sampel yang sama pada setiap kelompok:
Kelompok 1 (n = 16) : Preparasi saluran dengan file M2 sekuens dasar
(10/.04, 15/.05, 20/.06, sampai 25/.06) file dipasang pada henpis
dan dipreparasi sepanjang kerja (file dipasangi stopper) dengan
kecepatan putaran dan torsi sesuai instruksi pabrik disertai irigasi pada
tiap pergantian instrumen.
Kelompok 2 (n = 16) : Preparasi saluran dengan file Reciproc ukuran
R25 file dipasang pada henpis dan dipreparasi hingga mencapai
panjang kerja (file dipasangi stopper) dengan kecepatan putaran dan
A B C
Ekstrusi debri..., Trini Santi Pramudita, FKG UI, 2012
33
Universitas Indonesia
torsi sesuai instruksi pabrik (program otomatis) disertai irigasi tiap 3
kali gerakan pecking.
4.8.3. Preparasi Saluran Akar
Sampel dipreparasi menggunakan alat NiTi rotari dengan jenis Reciproc®
(VDW) yang menerapkan teknik crowndown, menggunakan satu set file M2 NiTi
rotari yang terdiri dari 10/.04, 15/.06, 20/.06 dan 25/.06 dipakai untuk 8 gigi,
sedangkan file R25 NiTi resiprokal hanya sekali pakai untuk 1 saluran akar. Larutan
irigasi digunakan sebanyak 2 ml pada setiap kelompok menggunakan larutan air
distilasi. Untuk menghindari adanya faktor kelelahan operator maka ditetapkan dalam
1 hari maksimal hanya melakukan percobaan sampel sebanyak 8 gigi.
4.8.4. Pengambilan Data
a. Setelah semua sampel dipreparasi, akses ditutup menggunakan tumpatan
sementara
b. Tabung debri dilepaskan dari tabung 7 ml. Kemudian gigi juga dilepaskan dari
tabung debri dan debri yang menempel pada permukaan akar diambil dengan
membasuh permukaan apeks dengan 1 ml air distilasi ke tabung debri.
c. Tabung berisi debri dimasukkan ke oven kering bersuhu 70° C sampai kering
untuk mengevaporasi kelembaban sebelum dilakukan penimbangan berat debri.
d. Penimbangan dilakukan dengan timbangan elektronik, diulang sebanyak tiga
kali dan diambil nilai reratanya.
e. Penimbangan tabung debri dilakukan dua tahap, yaitu sebelum dilakukan
prosedur/berat awal tabung debri (A), dan berat akhir tabung debri setelah
preparasi saluran akar dan melalui proses pengeringan (B). Perbedaan berat
tabung antara awal dengan setelah prosedur, adalah yang dianggap sebagai
berat debri yang terekstrusi (B-A).
Ekstrusi debri..., Trini Santi Pramudita, FKG UI, 2012
34
Universitas Indonesia
Gambar 4.3. Pengukuran berat debri yang terekstrusi ke apikal dilakukan dengan timbangan analitik
yang memiliki tingkat akurasi 10-4
gram
4.9 Analisis Data
Hasil penelitian dianalisa menggunakan uji t tidak berpasangan dengan batas
kemaknaan p<0.05 untuk melihat perbedaan berat ekstrusi debri ke foramen apikal,
apabila didapatkan distribusi data yang normal. Bila data tidak berdistribusi normal,
maka uji yang digunakan adalah uji Mann-Whitney.
Ekstrusi debri..., Trini Santi Pramudita, FKG UI, 2012
35
Universitas Indonesia
4.10 Alur Penelitian
Gambar 4.4 Skema alur penelitian
Skema diatas menggambarkan jalannya penelitian mulai dari persiapan sampel,
perlakukan, sampai pengukuran.
Penimbangan berat awal tabung debri
Preparasi saluran akar
Preparasi dengan Gerakan
Resiprokal (n=16 gigi)
Preparasi dengan Gerakan
Rotari Kontinyu (n=16 gigi)
Keringkan dengan paper point dan tutup dengan tumpatan sementara
Tabung debri dimasukkan ke oven kering bersuhu 70° C
hingga debri mengering
Penimbangan berat akhir tabung berisi debri yang sudah kering
Tabung debri dilepaskan dari tabung 7 ml, ekstrusi debri yang menempel
pada permukaan akar dibasuh dengan air distilasi
Analisis data
Pemilihan sampel 32 gigi premolar bawah, akar tunggal
Ekstrusi debri..., Trini Santi Pramudita, FKG UI, 2012
36 Universitas Indonesia
.BAB 5
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan jumlah ekstrusi debri pada
foramen apikal yang dipreparasi menggunakan gerakan rotasi kontinyu (Mtwo)
dibandingkan dengan gerakan resiprokal (Reciproc). Hasil penelitian akan diuraikan
secara deskriptif untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik masing-
masing variabel yang diteliti. Kedua kelompok pada penelitian ini masing-masing
terdiri atas 16 sampel, yaitu gigi pasca pencabutan yang telah memenuhi kriteria
sebagai sampel. Debri yang terekstrusi dari foramen apikal pada saat preparasi
saluran akar ditampung dalam wadah berupa tabung yang akan diukur beratnya. Nilai
debri yang terekstrusi diperoleh dengan mengukur perbedaan berat tabung pada saat
awal sebelum dilakukan prosedur, dengan berat tabung setelah dilakukan prosedur.
Pengukuran dilakukan menggunakan timbangan dengan tingkat akurasi 10-4
(gram),
dilakukan sebanyak tiga kali tiap sampel dan dihitung reratanya.
Pada penelitian ini, dilakukan uji normalitas data menggunakan uji Shapiro-
Wilk (sampel<50) namun hasilnya tidak memenuhi syarat, dengan nilai kelompok
Mtwo adalah sebesar 0,052 sedangkan nilai kelompok Reciproc adalah sebesar 0,011.
Oleh karena nilai p<0,05 maka dapat diambil kesimpulan bahwa data tidak
berdistribusi normal. Kemudian dilakukan transformasi data agar data berdistribusi
normal dan dilakukan uji normalitas terhadap variabel hasil transformasi. Hasil dari
transformasi data tersebut memperlihatkan data tidak berdistribusi normal. Maka
dilakukan uji alternatif t tidak berpasangan, yaitu uji Mann-Whitney.
Ekstrusi debri..., Trini Santi Pramudita, FKG UI, 2012
37
Universitas Indonesia
Tabel 5.1 Distribusi Nilai Rerata dan Nilai Kemaknaan Ekstrusi Debri Setelah Preparasi Saluran Akar
Menggunakan Gerakan Rotasi Kontinyu (Mtwo) dan Resiprokal (Reciproc)*.
Kelompok n Rerata ± SD (gram) Interval
Kepercayaan 95%
Nilai p
Rotasi Kontinyu
(Mtwo)
16
0.000181 ± 0.0001721
0.000090 - 0.000273
0.844
Resiprokal
(Reciproc)
16 0.000163 ± 0.0001258 0.000095 - 0.000230
*Uji Mann-Whitney
Pada Tabel 5.1 memperlihatkan nilai rerata jumlah ekstrusi debri ke foramen
apikal setelah preparasi saluran akar untuk kelompok Reciproc lebih sedikit
dibandingkan dengan kelompok Mtwo. Pada uji analisa statistik dengan
menggunakan uji Mann-Whitney diperoleh angka kemaknaan 0,844 (nilai p> 0,05),
maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna antara ekstrusi debri
ke foramen apikal setelah preparasi menggunakan teknik rotasi kontinyu maupun
resiprokal, dengan demikian hipotesis ditolak.
Ekstrusi debri..., Trini Santi Pramudita, FKG UI, 2012
38 Universitas Indonesia
BAB 6
PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya ekstrusi debri ke periapeks yang
terjadi pada kedua teknik preparasi saluran akar, baik menggunakan gerakan rotasi
kontinyu maupun gerakan resiprokal. Hal ini sesuai dengan penelitian-penelitian
sebelumnya yang menyatakan bahwa pada setiap teknik preparasi menyebabkan
ekstrusi debri ke periapeks,8-10,20,21,39,40
oleh karena itu sebaiknya ditemukan sistem
yang menghasilkan ekstrusi debri secara minimal. Jumlah debri yang terekstrusi ke
apikal dapat dipengaruhi oleh anatomi saluran akar dan/atau oleh teknik
instrumentasi.39
Sampel gigi yang terstandardisasi penting untuk mengeliminasi faktor-faktor
yang berpengaruh, dan meningkatkan probabilitas bahwa jumlah debri yang
terekstrusi adalah akibat instrumentasi. Tipe gigi termasuk kurvatura dan jumlah
saluran akar yang lebih dari satu merupakan faktor yang mempengaruhi jumlah akhir
debri yang terekstrusi ke apikal.21
Pada penelitian ini digunakan sampel berupa gigi
premolar pertama rahang bawah yang telah dicabut untuk mempermudah pengujian
karena memiliki akar tunggal dan lurus, sehingga memungkinkan keseragaman
sampel. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 32 gigi yang dihitung menurut
rumus Frederer untuk dua perlakuan. Sebelum perlakuan, gigi disimpan dalam larutan
salin untuk mempertahankan kelembaban gigi dan mengkondisikan keadaan biologis
seperti dalam mulut.
Diameter foramen apikal kemungkinan juga mempengaruhi, walaupun menurut
beberapa peneliti tidak menemukan korelasi yang signifikan antara diameter apikal
dengan jumlah debri yang terekstrusi.5 Untuk mencapai keseragaman, kriteria lain
yang digunakan dalam hal ini adalah standardisasi diameter apeks dengan file #15,
ujung apeks gigi telah tertutup sempurna dan tidak ada defek pada akar gigi.
Ekstrusi debri..., Trini Santi Pramudita, FKG UI, 2012
39
Universitas Indonesia
Menurut beberapa peneliti melaporkan bahwa bila instrumentasi saluran akar
dilakukan sebatas foramen apikal maupun melewati foramen apikal, secara signifikan
akan mendorong debri ke apikal lebih banyak dibandingkan bila instrumentasi
dilakukan 1 mm lebih pendek.7,9,41,42
Oleh karena itu pada penelitian ini panjang kerja
ditentukan 1 mm dari foramen apikal.
Tipe bahan irigasi yang digunakan memegang peranan penting, yang
berpengaruh pada keakuratan pengukuran berat debri. Natrium hipoklorit (NaOCl)
merupakan cairan irigasi yang digunakan pada beberapa penelitian sebelumnya untuk
mensimulasikan irigasi preparasi saluran akar klinis. Kemampuan yang diharapkan
dari NaOCL sebagai bahan irigasi adalah tidak hanya melarutkan jaringan pulpa dan
jaringan dentin, namun juga berfungsi sebagai antimikroba. Cairan irigasi NaOCl
efektif dalam melawan pathogen baik bakteri gram negatif, bakteri gram positif,
jamur, spora, dan virus.41
Namun ternyata cairan irigasi ini mempengaruhi keakuratan
pengukuran berat debri yang terekstrusi. Hal ini didapat dari beberapa penelitian yang
menggunakan NaOCl sebagai cairan irigasi, ditemukan bahwa pengeringan cairan
irigasi tersebut menghasilkan kristal garam yang tidak dapat dipisahkan dari serpihan
debri, sehingga mempengaruhi pengukuran berat akhir sampel.9,40,42
Selain itu, cairan irigasi NaOCl dapat dikombinasikan dengan EDTA (disodium
ethyenediamine-tetraacetate). EDTA digunakan dalam kedokteran gigi karena efektif
dalam melarutkan dentin, sebagai antiseptik, dapat menghilangkan komponen
inorganik smear layer, dan tidak menyebabkan korosi alat preparasi saluran akar.42
Kombinasi penggunaan larutan NaOCL 5.25% dan EDTA 17% dipercaya dapat
menghilangkan infeksi dan membuang debri baik organik maupun anorganik, bila
dibandingkan larutan tersebut digunakan secara terpisah.43
Beberapa peneliti ekstrusi
debri menggunakan NaOCl sebagai cairan irigasi,9,40,42
namun pada penelitian
Burklein (2012) cairan irigasi yang dipakai adalah air distilasi dikarenakan
penggunaan NaOCl dan EDTA masih meninggalkan tanda tanya apakah akan
menimbulkan dampak positif pada jumlah debri yang terekstrusi.39
Oleh karena itu,
mengacu pada penelitian Burklein (2012) maka pada penelitian ini digunakan air
Ekstrusi debri..., Trini Santi Pramudita, FKG UI, 2012
40
Universitas Indonesia
distilasi yang kemurniannya dipilih untuk mengurangi kemungkinan penambahan
berat oleh materi yang terkandung pada cairan irigasi jenis lain.
Teknik irigasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah teknik irigasi manual
secara pasif menggunakan jarum 31-G (NaviTip ®
,Ultradent Products Inc, South
Jordan, UT) dengan ujung tertutup dan desain double side-vented, digerakkan dengan
arah jarum masuk dan keluar saluran akar. Beberapa jenis jarum irigasi memiliki
desain ujung terbuka dan beberapa lainnya memiliki desain ujung tertutup, dengan
side-vented channels yang memungkinkan cairan irigasi keluar ke arah aspek lateral.
Desain jarum tersebut dikembangkan untuk meningkatkan aktivasi hidrodinamik
bahan irigasi dan menurunkan ekstrusi apeks.23,24
Jarum yang meningkatkan
pergantian pergerakan cairan pada bagian apikal saluran akar juga akan
meningkatkan tekanan ke foramen apikal, sehingga meningkatkan risiko ekstrusi
cairan irigasi ke jaringan periapeks. Oleh karena itu, pada pemakaian jarum irigasi
dengan ujung terbuka, akan menghasilkan pergerakkan cairan di depan ujung jarum
yang lebih banyak dibandingkan jarum ujung tertutup, namun juga mengakibatkan
tekanan apikal yang lebih besar.25
Ketika melakukan irigasi, jarum harus dalam keadaan terbebas di dalam
saluran akar. Hal tersebut memungkinkan bahan irigasi untuk refluks dan
menyebabkan debri berpindah ke arah korona serta mencegah terdorongnya bahan
irigasi ke jaringan periapeks. Salah satu keuntungan irigasi syringe adalah kontrol
kedalaman penetrasi jarum yang mudah di dalam saluran akar. Diameter jarum yang
kecil juga dapat dipilih untuk mencapai kedalaman hingga apeks saluran akar dan
memungkinkan penetrasi cairan irigasi yang lebih efisien serta debrideman yang
efektif. Pemberian cairan irigasi yang pelan dan kombinasi pergerakan tangan yang
kontinyu (in and out) dapat mengurangi kecelakaan cairan irigasi yang terdorong ke
periapeks.23,24
Dalam menerapkan hasil penelitian ini ke situasi klinis, ada beberapa hal yang
patut menjadi perhatian menyangkut tekanan balik dari jaringan periapeks terhadap
ekstrusi debri. Pada penelitian ini, tidak terdapat tekanan balik dari jaringan periapeks
Ekstrusi debri..., Trini Santi Pramudita, FKG UI, 2012
41
Universitas Indonesia
atau dapat dikatakan tekanan baliknya nol, sehingga gravitasi dapat memiliki
pengaruh terhadap keluarnya cairan irigasi keluar dari saluran akar. Hal ini
merupakan sesuatu yang dapat saja terjadi pada penelitian in vitro yang tidak
memiliki resistensi periapeks seperti yang dikemukakan oleh Myers dan
Montgomery. Pada penelitiannya, terjadinya ekstrusi ke apikal termasuk ekstrusi
cairan irigasi kemungkinan dipengaruhi oleh tidak adanya tulang asli/barrier jaringan
lunak dan gravitasi yang membawa cairan irigasi keluar dari foramen apikal. Pada
penelitian in vivo Salzgeber dan Brilliant (cit Myers& montgomery) menemukan bila
cairan irigasi berpenetrasi ke jaringan periapeks, cairan irigasi akan terdistribusi
secara acak ke lesi apikal. Maka secara klinis, jaringan lunak yang mengelilingi apeks
tampaknya berperan sebagai barrier alami, sehingga menimbulkan pertanyaan
seberapa banyak debri yang benar-benar keluar ke jaringan periradikular saat
preparasi saluran akar, dan apakah barrier ini secara efektif dapat menahan debri yang
terdorong keluar ke foramen apikal.20
Untuk mensimulasikan resistensi jaringan
periapeks, terdapat penelitian yang mencoba menggunakan busa bunga. Namun,
ternyata busa tersebut mengabsorbsi cairan irigasi dan debri ketika digunakan sebagai
barrier, dan semenjak itu belum terdapat penelitian yang mencoba mensimulasikan
kembali resistensi periapeks.39
Pembuatan spesimen pada penelitian ini telah didasarkan pada beberapa
penelitian sebelumnya, yaitu metode pengukuran berat debri yang terekstrusi ke
apikal mengikuti Myers dan Motgomery (1991), namun wadah penampung debri
(tabung) sedikit dimodifikasi untuk menjadikan prosedur ini lebih mudah, praktis dan
lebih akurat. Pada metode ini kemungkinan adanya kontaminasi oleh sidik jari
operator juga dapat dieliminasi dikarenakan pada keseluruhan prosedur, tidak
terdapat kontak langsung antara spesimen dengan jari operator. Sebelum dilakukan
prosedur preparasi saluran akar, tabung penampung debri diukur berat awalnya.
Setelah preparasi saluran akar selesai dilakukan, tabung penampung debri
dimasukkan ke dalam oven kering untuk mengeringkan cairan dan mengevaporasi
kelembaban sebelum dilakukan penimbangan berat debri. Maka perbedaan berat
Ekstrusi debri..., Trini Santi Pramudita, FKG UI, 2012
42
Universitas Indonesia
tabung awal dengan tabung setelah prosedur, adalah yang dianggap sebagai berat dari
debri yang teresktrusi. Pengukuran dengan menggunakan timbangan menghasilkan
selisih angka yang menggambarkan jumlah/banyaknya debri terekstrusi yang
dinyatakan dalam berat (gram). Jadi semakin tinggi selisih angka yang dihasilkan
berarti semakin banyak jumlah debri yang terekstrusi dan juga sebaliknya, semakin
kecil selisih angka yang dihasilkan maka semakin sedikit pula debri yang terekstrusi
setelah preparasi.
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna
antara ekstrusi debri ke periapeks setelah preparasi menggunakan Mtwo dengan
gerakan rotasi kontinyu dan Reciproc dengan gerakan resiprokal. Perbedaan yang
tidak bermakna antara kedua sampel ini mungkin disebabkan karena desain potongan
melintang dari kedua instrumen yang sama, yaitu berbentuk huruf S yang identik dan
tepi potong yang tajam. Potongan melintang berbentuk S ini memperlihatkan
ketahanan torsional dan resistensi yang lebih tinggi terhadap fraktur.33
Selain desain
potongan melintang, kemampuan pengambilan serpihan dentin juga menentukan
efisiensi instrumen rotari karena pembersihan serpihan dentin yang telah dipotong
sangat penting untuk mengurangi penumpukan serpihan dentin pada pisau potong.
Mtwo memiliki diameter inti yang kecil, jarak antara cutting blade yang semakin
membesar dari ujung hingga tangkainya, dan ruangan untuk pengambilan dentin
terletak lebih dalam pada bagian belakang blade, sehingga kapasitas penampungan
serpihan dentin lebih besar dan mengurangi resiko ekstrusi debri ke periapeks.34,36
Perbedaan potongan melintang kedua instrumen hanya terletak pada arah rake
angle, sebab instrumen Mtwo memotong searah jarum jam, sedangkan instrumen
Reciproc memotong berlawanan arah jarum jam. Dari segi gerakan, untuk kedua
instrumen tersebut terdapat perbedaan yaitu Mtwo berputar secara rotari kontinyu,
sedangkan Reciproc bergerak secara resiprokal dengan perbedaan sudut 120o yang
mencapai satu putaran penuh dalam tiga siklus.11
Perbedaan lainnya terletak pada
jumlah file yang digunakan dalam satu sekuens. Pada Mtwo, jumlah file yang
Ekstrusi debri..., Trini Santi Pramudita, FKG UI, 2012
43
Universitas Indonesia
digunakan untuk satu sekuensnya adalah sebanyak 4 buah, sedangkan pada reciproc
hanya menggunakan satu file saja.
Walaupun berbeda sudut putaran, namun kedua instrumen ini mengusung
konsep yang sama yaitu crown down. Sistem Mtwo digunakan dengan teknik single-
length sepanjang kerja, artinya file yang digunakan selalu pada panjang yang sama
yaitu sepanjang kerja.34
Setelah penegakkan glide path dengan file #10, instrumen
digunakan sepanjang kerja dengan tekanan ringan. Bila dirasakan adanya sensasi
tahanan, maka instrumen ditarik dari saluran akar sebanyak 1-2 mm agar dapat
bekerja secara pasif dalam gerakan brushing untuk menghilangkan tahanan dan
meneruskan instrumen ke apeks.44
Sedangkan pada reciproc, preparasi awal dilakukan hingga duapertiga panjang
kerja berdasarkan panjang kerja radiograf. Instrumen dimasukkan ke dalam saluran
akar dengan gerakan pecking masuk dan keluar tetapi tanpa menarik instrumen
seluruhnya dari saluran akar. Amplitudo gerakan masuk dan keluar tidak melebihi 3-4
mm. Preparasi dilakukan dengan tekanan ringan. Setelah tiga kali gerakan masuk dan
keluar, instrumen dikeluarkan dan bagian flute dibersihkan. Instrumen juga
dikeluarkan dari saluran akar ketika dirasakan terdapat tahanan dalam saluran akar.
Setelah itu, saluran akar diirigasi. Setelah preparasi sepanjang duapertiga panjang
kerja estimasi, file-K no.10 digunakan untuk menentukan panjang kerja, kemudian
instrumen kembali digunakan untuk preparasi sepanjang kerja.37
Preparasi saluran akar menggunakan mesin dengan teknik crown down
memiliki keunggulan, teknik ini terbukti mengekstrusi debri lebih sedikit
dibandingkan instrumentasi manual dikarenakan early flaring pada bagian koronal
preparasi meningkatkan kontrol instrumentasi selama preparasi 1/3 apikal saluran
akar, gerakan memutar cenderung membawa debri ke arah orifis sehingga
menghindari kompaksi pada saluran akar,9 serta cenderung menyimpan debri dentin
pada bagian flute instrumen dan mengarahkannya ke orifis.7
Pada penelitian ini secara statistik tidak terdapat perbedaan bermakna antara
ekstrusi debri ke foramen apikal setelah preparasi menggunakan teknik rotasi
Ekstrusi debri..., Trini Santi Pramudita, FKG UI, 2012
44
Universitas Indonesia
kontinyu menggunakan Mtwo maupun resiprokal menggunakan Reciproc. Namun
dilihat dari nilai rata-rata ekstrusi debri, pada kelompok preparasi menggunakan
Reciproc memperlihatkan nilai yang lebih kecil yaitu sebesar 0,000163 gram
dibandingkan dengan Mtwo sebesar 0,000181 gram. Nilai yang lebih kecil
mengartikan instrumen Reciproc menghasilkan ekstrusi debri yang lebih sedikit
dibandingkan Mtwo. Hal ini dapat disebabkan oleh perbedaan prosedur preparasi
saluran akar. Pada preparasi menggunakan Reciproc, instrumen dimasukkan ke dalam
saluran akar dengan gerakan pecking masuk dan keluar sebanyak tiga kali, kemudian
instrumen dikeluarkan, bagian flute dibersihkan dan saluran akar diirigasi. Dengan
adanya prosedur ini, selalu tersedia ruangan pada flute instrumen untuk menampung
debri baru, dan mencegah penumpukkan debri di saluran akar yang dapat
terkompaksi ke dinding saluran akar maupun terdorong ke apikal. Pemberian irigasi
pada setiap prosedur dapat membantu pembersihan saluran akar yang lebih baik,
sehingga mencegah terdorongnya debri lebih lanjut ke apikal.
Ekstrusi debri..., Trini Santi Pramudita, FKG UI, 2012
45 Universitas Indonesia
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Pada penelitian ini menunjukkan ekstrusi debri ke periapeks tidak berbeda
bermakna setelah saluran akar dipreparasi menggunakan gerakan rotasi kontinyu dan
resiprokal. Maka dapat disimpulkan bahwa perbedaan gerakan preparasi saluran akar
dengan menggunakan rotasi kontinyu maupun resiprokal tidak mempengaruhi jumlah
ekstrusi debri ke periapeks.
7.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian dengan metode yang sama untuk produk-produk
lain yang beredar di pasaran.
2. Kedua teknik preparasi saluran akar menggunakan gerakan rotasi kontinyu
dan resiprokal menunjukkan hasil yang sama baiknya bila kedua
instrumentasi dilakukan dengan baik dan benar.
Ekstrusi debri..., Trini Santi Pramudita, FKG UI, 2012
46 Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
1. Mardewi, Siti SA. Endodontologi Kumpulan Naskah. Jakarta: Hafidz. 2003:
40, 155-63.
2. Peters O, Peters C. Cleaning and Shaping of the Root Canal System. In:
Cohen S BR, editor. Pathways of the Pulp 10th ed. St. Louis: Mosby Inc;
2011. p. 283-348.
3. Grossman, L. Endodontic Practice. 8th ed. 1974. Philadelphia: Lea &
Febiger. Hal 163-164
4. Seltzer S, Naidrof IJ. Flare-ups in Endodontics: Etiological Factors. J
Endodon. 1985;11;472-8
5. Luisi SB, Zottis AC, Piffer CS, Vanzin ACM, Ligabue RA. Apical Extrusion
of Debris after Hand, Engine-driven Reciprocating and Continous
preparation. Rev. Odonto cienc. 2010;25(3):288-291
6. Siqueira Jr, JF. Microbial Causes of Endodontic Flare-ups. Int Endod J
2003;36:453-463
7. Kustarci A, Akpinar KE, Sumer Z, Er K, Bek B. Apical Extrusion of
Intracanal Bacteria Following Use of Various Instrumentation Techniques.
International Endodontic Journal 2008;41:1066-1071
8. Logani A, Shah N. Apically Extruded Debris with Three Contemporary Ni-Ti
Instrumentation Systems: An ex vivo Comparative Study. Indian J Dent Res
2008;19(3):182-185
9. Beeson T, Hartwell G, Thornton J, Gunsolley J. Comparison of Debris
Extruded Apically in Straight Canals: Conventional Filing versus Profile .04
Taper Series 29. J Endodon 1998;24:18-22
10. Dedeus G, Barino B, Fidel RAS. Assessment of Apically Extruded Debris
Produced by The Single-file Protaper F2 Technique under Reciprocating
Ekstrusi debri..., Trini Santi Pramudita, FKG UI, 2012
47
Universitas Indonesia
Movement. Oral Surg Oral Med Oral Pathol Oral Radiol Endod 2010;110:390-
394
11. Yared G. Canal Preparation using Only One Ni-Ti Rotary Instrument:
Preliminary Observations. Int Endod J 2008;41:339-44.
12. You SY, Kim HC, Bae KS, Baek SH, Kum KY, Lee WC. Shaping Ability of
Reciprocating Motion in Curved Root Canals: a Comparative Study with
Micro-computed Tomography. J Endod 2011;37:1296-1300)
13. Franco V, Fabian C, Taschieri S, Malentaca A, Bortolin M, Del Fabbro M.
Investigation on the Shaping Ability of Nickel-titanium Files when used with a
Reciprocating Motion. J Endod 2011;37:1398-1401.
14. Sjogren U, Figdor D, Persson S, Sundqvist G. Influence of Infection at the
Time of Root Filing on the Outcome of Endodontic Treatment of Teeth with
Apical Periodontitis. Int Endod J. 1997;30:297-306.
15. Walton R, Rivera E. Cleaning and Shaping In: Torabinejad M, Walton R,
editors. Principles and Practices of Endodontics 3th edition. Philadelpia: WB
Saunders Co; 2002:207-09.
16. Debelian GJ, Olsen I, Tronstad L. Bacteremia in Conjunction with Endodontic
Therapy. Endodontics and Dental Traumatology. 1994;11:142-9
17. Mohammadi Z, Khademi A. Quantifying the Extruded Bacteria following Use
of Two Rotary Instrumentation Systems. Int Endod J 2007;2(3):77-80
18. Hulsmann. Mechanical Preparation of Root Canals: Shaping Goals,
Techniques and Means. Endodontic Topics 2005; 10:30-76.
19. Martin H, Cunningham WT. The Effect of Endosonic and Hand Manipulation
on the Amount of Root Canal Material Extruded. Oral Surg Oral Med Oral
Pathol 1982;52:611-613
20. Myers GL, Montgomery S. A Comparison of Weight of Debris Extruded
Apically by Conventional Filing and Canal Master Techniques. J Endod
1991;17(6):275-279
Ekstrusi debri..., Trini Santi Pramudita, FKG UI, 2012
48
Universitas Indonesia
21. Tanalp J, Kaptan F, Sert S, Kayahan B, Bayirl G. Quantitative Evaluation of
the Amount of Apically Extruded Using 3 Different Rotary Instrumentation
Systems. Oral Surg Oral Med Oral Pathol Oral Radiol Endod 2006;101:250-7
22. Vande Visse JE, Brilliant JD. Effect of Irrigation on the Production of
Extruded Material at the Root Apex during Instrumentation. J Endodon 1975;
1:243-6
23. Glassman G. Safety and Efficacy Considerations in Endodontic Irrigation.
Dental Economics 2011;101(1):1-15.
24. Gu L-s, Kim JR, Ling J, Choi KK, Pashley DH, Tay FR. Review of
Contemporary Irrigant Agitation Techniques and Devices. J Endod
2009;35(6):791-804.
25. Boutsioukis et al. Evaluation of Irrigant Flow in the Root Canal Using
Different Needle Types by an Unsteady Computational Fluid Dynamics
Model. J Endod 2010;36(5):875-9
26. Akreli KV. Canal Preparation. In: johnson WT (Ed). Color Atlas of
Endodontics. WB Saunders Co: USA; 70-80.
27. Luiten DJ, Morgan LA, Baumgartner JC, Marshall JG. A Comparison of Four
Instrumentation Techniques on Apical Canal Transportation. J Endod
1995;21:26-32.
28. Bergmans L, Cleynenbreugel JV, Wevers M, Lambrechts P. Mechanical Root
Canal Preparation with NiTi Rotary Instruments: Rationale, Performance and
Safety. Am J Dent 2001; 14(5):324-33)
29. Young GR, Parashos P, Messer HH. The Principles of Techniques for
Cleaning Root Canals. Australian Dental Journal 2007;52:S52-S63.
30. Elmsallati EA, Wadachi R, Suda H. Extrusion of Debris after use of Rotary
Nickel-titanium Files with Different Pitch: a Pilot Study. Aust endod J
2009;35:65-69.
31. Diemer F, Calas P. Effect of Pitch Length on the Behavior of Rotary Triple
Helix Root Canal Instruments. J Endod 2004; 30: 716–18
Ekstrusi debri..., Trini Santi Pramudita, FKG UI, 2012
49
Universitas Indonesia
32. Lee SJ, Wu MK, Wesselink PR. The Effectiveness of Syringe Irrigation and
Ultrasonics to Remove Debris from Simulated Irregularities within Prepared
Root Canal Walls. Int Endod J 2004; 37: 672–8
33. Yang G, Yuan G, Yun X, Zhou X, Liu B, Wu H. Effects of two Nickel-
titanium Instrumen Systems, Mtwo versus ProTaper Universal, on Root Canal
Geometry Assessed by Micro-computed Tomography. J Endod 2011;37:1412-
16)
34. Uroz-Torres D, González-Rodriguez MP, Ferrer-Luque CM. Effectiveness of
a Manual Glide Path on the Preparation of Curved Root Canals by Using
Mtwo Rotary Instruments. J Endod 2009;35:699-702.
35. Mtwo, The Efficient NiTi System: User Information. Available at:
http://www.vdw-dental.com. Accesed July 25, 2012.)
36. Givari SB, Kubasad GC. Apical Extrusion of Debris and Irrigant Using Two
Rotary Systems-a Comparative Study. AOSR 2011;1(4):185-189
37. Yared G. Canal Preparation with Only One Reciprocating Instrument without
Prior Hand Filing: a New Concept. Toronto: University of Toronto; 2011.
38. Paqué F, Zehnder M, De-Deus G. Microtomography-based Comparison of
Reciprocating Single-File F2 ProTaper Technique versus Rotary Full
Sequence. J Endod 2011;37(10):1394-97.
39. Burklein S, Schafer E. Apically Extruded Debris with Reciprocating Single-
File and Full-Sequence Rotary Instrumentatiom Systems. J Endod
2012;38:850-852
40. Zarrabi MH, Bidar M, Jafarzadeh H. An in vitro Comparative Study of
Apically Extruded Debris Resulting From Conventional and Three Rotary
(Profile, Race, FlexMaster) Instrumentation Techniques. Journal of Oral
Science 2006;48;2:85-88
41. Kandaswamy D, Venkateshbabu N. Root canal irrigant. Journal of
conservative dentistry. Oct-Dec 2010;13(4)
Ekstrusi debri..., Trini Santi Pramudita, FKG UI, 2012
50
Universitas Indonesia
42. Eldenize AU, Erdemir A, Belli S. Effect of EDTA and Citric Acid Solution On
the Microhardness and the Roughness of Human Root Canal Dentin. J
Endod.2005;31(2):107-108
43. Torabinejad M et al. A New Solution for the Removal of the Smear Layer. J
Endod 2003;29(3):170-5.
44. Malagino VA, Grande NM, Plotino G, Somma F. The Mtwo NiTi Rotary
System for Root Canal Preparation. Roots 2006;3:67-70.
Ekstrusi debri..., Trini Santi Pramudita, FKG UI, 2012
Universitas Indonesia
Lampiran 1
Alat dan Bahan Penelitian
Keterangan:
A. Endomotor, B. Larutan air distilasi untuk irigasi, C. Endoblock,
D. Endostand dan file yang telah dipakai, E. Jarum irigasi Navitip
31 g
Keterangan:
Beberapa sampel gigi yang digunakan dalam penelitian
Ekstrusi debri..., Trini Santi Pramudita, FKG UI, 2012
52
Universitas Indonesia
Lampiran 2
Tabel Hasil Penelitian
Sampel Mtwo
Sampel Reciproc
Botol kontrol berisi air distilasi
Kategori Kontrol
Berat Awal (g) Berat Akhir (g) Selisih Berat
sebelum-sesudah (g)
Mtwo 1,2971 1,2971 0
Reciproc 1,3440 1,3440 0
No.
Sampel
Berat Awal (g) Berat Akhir (g) Selisih Berat sebelum-
sesudah (g)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
1,3380
1,2910
1,3132
1,3276
1,3602
1,3343
1,3000
1,3329
1,3176
1,3375
1,3334
1,3234
1,3330
1,3296
1,3374
1,3790
1,3380
1,2910
1,3135
1,3277
1,3604
1,3343
1,3002
1,3332
1,3182
1,3376
1,3336
1,3238
1,3332
1,3299
1,3374
1,3790
0.0000
0.0000
0.0003
0.0001
0.0002
0.0000
0.0002
0.0003
0.0006
0.0001
0.0002
0.0004
0.0002
0.0003
0.0000
0.0000
No.
Sampel
Berat Awal (g) Berat Akhir (g) Selisih Berat sebelum-
sesudah (g)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
1,3248
1,3659
1,3106
1,3264
1,3235
1,3197
1,3350
1,3121
1,2991
1,3361
1,3231
1,3200
1,2942
1,3385
1,2890
1,3190
1,3248
1,3661
1,3108
1,3264
1,3236
1,3197
1,3354
1,3123
1,2993
1,3363
1,3232
1,3204
1,2944
1,3387
1,2892
1,3190
0.0000
0.0002
0.0002
0.0000
0.0001
0.0000
0.0004
0.0002
0.0002
0.0002
0.0001
0.0004
0.0002
0.0002
0.0002
0.0000
Ekstrusi debri..., Trini Santi Pramudita, FKG UI, 2012
53
Universitas Indonesia
Lampiran 3
Hasil analisa statistik dengan program SPSS 17
Descriptives
Instrumen Preparasi Saluran Akar Statistic
Std.
Error
Ekstrusi
Debri ke
periapeks
Mtwo Mean .000181 .0000430
95% Confidence
Interval for Mean
Lower Bound .000090
Upper Bound .000273
5% Trimmed Mean .000168
Median .000200
Variance .000
Std. Deviation .0001721
Minimum .0000
Maximum .0006
Range .0006
Interquartile Range .0003
Skewness .868 .564
Kurtosis .732 1.091
Reciproc Mean .000163 .0000315
95% Confidence
Interval for Mean
Lower Bound .000095
Upper Bound .000230
5% Trimmed Mean .000158
Median .000200
Variance .000
Std. Deviation .0001258
Minimum .0000
Maximum .0004
Range .0004
Interquartile Range .0002
Skewness .366 .564
Kurtosis -.053 1.091
Ekstrusi debri..., Trini Santi Pramudita, FKG UI, 2012
54
Universitas Indonesia
Uji Normalitas
Tests of Normality
Instrumen
Preparasi
Saluran
Akar
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Ekstrusi
Debri ke
Periapeks
Mtwo .166 16 .200* .888 16 .052
Reciproc .258 16 .006 .844 16 .011
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Uji Mann-Whitney
Ranks
Instrumen Preparasi
Saluran Akar N Mean Rank Sum of Ranks
trn_ekstrusi Mtwo 16 17.81 285.00
Reciproc 16 15.19 243.00
Total 32
Test Statisticsb
trn_ekstrusi
Mann-Whitney U 107.000
Wilcoxon W 243.000
Z -.824
Asymp. Sig. (2-tailed) .410
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .445a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Instrumen Preparasi
Saluran Akar
Ekstrusi debri..., Trini Santi Pramudita, FKG UI, 2012