Post on 16-Oct-2021
Rahmayani et al. Pengembangan Instrumen Asesmen Kognitif berbasis …. |191
PENGEMBANGAN INTRUMEN ASESMEN KOGNITIF BERBASIS KPS
PADA MATERI SIFAT KOLIGATIF LARUTAN NON-ELEKTROLIT
Devi Rahmayani*, Ila Rosilawati, Noor Fadiawati
FKIP Universitas Lampung, Jl. Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No.1
*Corresponding author, tel: 082176159955, email:
devirahmayani@ymail.com
Abstract: Development of Cognitive Assessment Instrument Based on Science
Process Skills in Colligative Properties of Non-Electrolyte Solutions. The main
goal of this research to develop the cognitive assessment instrument based on
science process skills in colligative properties of non-electrolyte solution and
describe teacher’s responses about it. There were 5 essay questions to measure
the basic KPS (observe, predict, communicate, and inference) in the cognitive
assessment which has developed by the student. Based on result of expert
validation to content suitability, construction and ability aspects, the developed
cognitive assessment instrument that developed have high validity. Teachers also
gave their responses that cognitive assessment instrument have high validity.
Keywords: assessment, colligative properties of non-electrolyte solution, science
process skills
Abstrak: Pengembangan Instrumen Asesmen Kognitif Berbasis KPS pada
Materi Sifat Koligatif Larutan Non-Elektrolit. Penelitian ini bertujuan untuk
mengembangkan instrumen asesmen kognitif berbasis KPS pada materi sifat
koligatif larutan non-elektrolit, mendeskripsikan tanggapan guru dan men-
deskripsikan karakteristik instrumen asesmen kognitif yang dikembangkan.
Penelitian ini menggunakan desain R&D. Instrumen asesmen kognitif yang di-
kembangkan terdiri dari 5 soal uraian yang menilai KPS dasar yaitu keterampilan
mengamati, memprediksi, menginferensi, dan mengomunikasikan. Berdasarkan
hasil validasi ahli terhadap aspek kesesuaian isi, konstruksi, dan keterbacaan,
instrumen asesmen kognitif ini dikategorikan sangat tinggi. Hasil tanggapan guru
terhadap instrumen asesmen kognitif dikategorikan sangat tinggi.
Kata kunci: asesmen, keterampilan proses sains, sifat koligatif larutan non-
elektrolit
PENDAHULUAN
Pendidikan Nasional menurut
Pancasila dan UUD 1945 berfungsi
mencerdaskan kehidupan bangsa,
membentuk watak, mengembangkan
potensi siswa menjadi manusia yang
berakhlak mulia, cakap, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, menjadi warga
negara yang bertanggung jawab dan
kreatif. Pendidikan Nasional harus
mampu menjamin pemerataan pen-
didikan, dan relevansi, peningkatan
mutu, serta efisiensi manajemen pen-
didikan (Tim Penyusun, 2006a).
Indonesia menginginkan negara-
nya menghasilkan lulusan yang dapat
memenuhi kebutuhan sumber daya
192| Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Kimia, Vol. 5, No.2 Edisi Agustus 2016, 191-202
alam di Indonesia, sehingga untuk
mendapatkan siswa yang berkualitas
dibutuhkan peningkatan relevansi
pembelajaran di sekolah sehingga
dapat melatih dan mengembangkan
keterampilan siswa yaitu keteram-
pilan berpikir tingkat tinggi. Kete-
rampilan berpikir tingkat tinggi me-
rupakan proses berpikir yang me-
libatkan aktivitas mental dalam usaha
mengeksplorsi pengalaman yang
kompleks, reflektif, dan kreatif yang
dilakukan secara sadar untuk mem-
peroleh pengetahuan meliputi tingkat
berpikir analitis, sintesis, dan eva-
luatif (Wardana, 2010; Heong et al.,
2011).
Hasil literasi matematika dan sains
pada Trends International Mathema-
tics and Science Study (TIMSS) me-
nyatakan bahwa siswa Indonesia
tahun 2011 hanya menempati urutan
ke 40 dari 42 negara pada literasi
sains pada siswa kelas VII
(Provasnik, et al., 2012 dan Tim
Penyusun, 2011). Hasil studi ini
menunjukkan bahwa siswa Indonesia
hanya mencapai pada tingkat rendah
dalam kemampuan memahami infor-
masi yang kompleks, teori, analisis,
pemecahan masalah, pemakaian alat,
prosedur, dan melakukan investigasi
(Husamah dan Yanur, 2013).
Berdasarkan Programme for
International Student Assesment
(PISA) yaitu penilaian tingkat dunia
untuk mengukur prestasi literasi
matematika, sains, dan membaca.
Pada tahun 2012 siswa Indonesia
hanya menempati posisi ke 64 dari 65
negara anggota PISA di bidang sains
(OECD, 2013). Hasil studi PISA ini
menunjukkan bahwa siswa Indonesia
hanya mampu mengenali sejumlah
fakta dasar, siswa belum mampu
mengaitkan, mengomunikasikan ber-
bagai topik sains dan menerapkan
konsep-konsep yang kompleks dan
abstrak (Husamah dan Yanur, 2013).
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
berhubungan dengan cara mencari
tahu tentang alam secara sistematis,
sehingga bukan hanya penguasaan
pengetahuan yang berupa fakta,
konsep, atau prinsip saja melainkan
juga merupakan suatu proses pene-
muan. Hakikat IPA sebagai proses
diwujudkan dengan melaksanakan
pembelajaran yang melatih keteram-
pilan proses bagaimana cara produk
ditemukan (Tim Penyusun, 2006b).
Pembelajaran IPA merupakan
salah satu pembelajaran yang dapat
melatih keterampilan berpikir tingkat
tinggi siswa. Kimia merupakan ilmu
yang termasuk rumpun dari IPA, se-
hingga kimia memiliki karakteristik
sama dengan IPA yang melibatkan
keterampilan dan penalaran. Terda-
pat tiga hal yang berkaitan dengan
kimia yaitu, kimia sebagai proses,
kimia sebagai sikap, dan kimia
sebagai produk.
Kimia sebagai proses berupa
keterampilan yang dibutuhkan untuk
memperoleh dan mengembangkan
pengetahuan, kimia sebagai sikap
yaitu sikap yang dimiliki oleh peneliti
untuk memperoleh dan mengem-
bangkan pengetahuan. Kimia sebagai
produk merupakan hasil proses dalam
memperoleh pengetahuan berupa
fakta, konsep, prinsip, hukum, dan
teori (Tim Penyusun, 2006a).
Pembelajaran kimia tidak boleh
mengesampingkan proses ditemukan-
nya konsep-konsep kimia. Oleh kare-
na itu, untuk dapat menemukan kon-
sep-konsep kimia tersebut dapat di-
tempuh melalui suatu pendekatan
yaitu, pendekatan keterampilan proses
sains (KPS) mulai dari menemukan
masalah hingga mengambil ke-
putusan. KPS diartikan sebagai
kemampuan atau kecakapan untuk
melakukan suatu tindakan dalam
Rahmayani et al. Pengembangan Instrumen Asesmen Kognitif berbasis …. |193
belajar sains, sehingga menghasilkan
konsep, teori, prinsip, hukum, dan
fakta (Widiyanto, 2009).
Menurut beberapa peneliti
terdahulu, KPS diperoleh melalui
tahap mengamati, menginferensi,
mengomunikasikan, mengklasifikasi,
menafsirkan dan memprediksi,
(Hartono, 2007; Rezban et al., 2005;
Ergul et al., 2011, Walters dan
Soyibo, 2001; dan Karsli, 2009).
KPS secara rill mampu meningkatkan
pencapaian hasil belajar siswa dan
membantu siswa untuk memperoleh
pemahaman materi yang bersifat long
term memory (Abungu et al., 2014;
Haryono, 2006). KPS bertujuan untuk
mengembangkan kreativitas siswa
dalam belajar, sehingga dapat
mengembangkan dan menerapkan ke-
mampuannya, untuk mengetahui ke-
berhasilan siswa dalam mengem-
bangkan dan menerapkan kemam-
puannya maka digunakanlah suatu
alat penilaian yaitu asesmen.
Asesmen diartikan sebagai proses
untuk mendapatkan informasi yang
dapat digunakan sebagai dasar peng-
ambilan keputusan mengenai siswa
yang terkait dengan kemampuan dan
daya serap materi pembelajaran
(Poerawanti, 2001). Asesmen digu-
nakan untuk menyelidiki pemahaman
siswa tentang konsep-konsep kimia
dan dijadikan sebagai sarana untuk
menilai kemampuan siswa dalam
membuat hubgungan antara konsep
tersebut (Fransisco et al., 2002 ; Lin
dan Cheng, 2000).
Studi pendahuluan dilakukan di
Bandar Lampung, yaitu SMA Negeri
3, SMA Negeri 9, SMA Negeri 16,
SMA Al-Kautsar dan SMA Al-Azhar.
Setiap sekolah dilakukan wawancara
kepada satu guru mata pelajaran
kimia kelas XII dan melakukan
penyebaran angket analisis kebutuhan
kepada 15 siswa. Hasil studi
pendahuluan diperoleh informasi
semua guru yang diwawancarai
mengetahui KPS dan 80% guru
menggunakan instrumen asesmen
namun tidak berbasis KPS.
Hasil angket menunjukkan
bahwa masih banyak guru yang
belum mampu membuat asesmen
terutama asesmen kognitif berbasis
KPS. Semua guru menyatakan sangat
perlu adanya pengembangan soal-soal
berbasis KPS untuk membuat siswa
menjadi aktif dan kreatif, serta agar
siswa lebih menguasai dan mema-
hami materi yang diajarkan yaitu sifat
koligatif larutan non-elektrolit. Oleh
karena itu, perlu dikembangkan
instrumen asesmen kognitif berbasis
keterampilan proses sains.
Instrumen asesmen berbasis KPS
pernah dikembangkan oleh Baehaki
et al., 2014 dan Okaviani et al., 2015
menyatakan bahwa menurut tang-
gapan guru instrumen asesmen ter-
sebut dapat digunakan untuk me-
lakukan penilaian secara menyelururh
pada proses pembelajaran, sehingga
instrumen KPS baik dikembangkan
untuk meteri lainnya. Pembelajaran
KPS terbukti efektif dalam mening-
katkan kemampuan proses sains
siswa dalam capaian hasil belajarnya
(Haryono, 2006).
Berdasarkan fakta di lapangan
dan hasil penelitian tersebut, pada
artikel ini akan diuraikan hasil
instrumen asesmen kognitif berbasis
KPS pada materi sifat koligatif
larutan non-elektrolit.
METODE
Metode penelitian yang diguna-
kan dalam pengembangan instrumen
asesmen kognitif berbasis KPS pada
materi sifat koligatif larutan non-
elektrolit ini adalah metode penelitian
dan pengembangan atau Research
and Development (R&D). Menurut
194| Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Kimia, Vol. 5, No.2 Edisi Agustus 2016, 191-202
Borg dan Gall (dalam Sukmadinata,
2011) ada sepuluh langkah dalam
pelaksanaan strategi penelitian dan
pengembangan. Pada penelitian dan
pengembangan instrumen asesmen
kognitif berbasis KPS ini, hanya di-
lakukan sampai tahap kelima, yaitu :
Tahap Penelitian dan Pengum-
pulan Data
Tahap ini bertujuan untuk
mengumpulkan data pendukung yang
dapat memberikan informasi di la-
pangan yang dijadikan sebagai per-
bandingan dalam mengembangkan
instrumen asesmen kognitif berbasis
KPS pada materi sifat koligatif larut-
an non-elektrolit. Tahap ini terdiri
dari studi kepustakaan dan studi la-
pangan. Studi kepustakaan dilakukan
dengan cara analisis teori sifat
koligatif larutan non-elektrolit yang
meliputi kompetensi inti (KI), kom-
petensi dasar (KD), analisis konsep,
rancangan pelaksanaan pembelajaran
(RPP), silabus, dan mengkaji teori
yang berkaitan dengan asesmen, KPS,
dan hasil penelitian terdahulu.
Studi lapangan dilakukan di lima
SMA yang berada di Bandar
Lampung, yaitu SMA Negeri 9, SMA
Negeri 3, SMA Negeri 16, SMA Al-
Kautsar, dan SMA Al-Azhar 3.
Sumber data pada studi lapangan ini
terdiri dari satu guru dan 15 siswa di
setiap sekolah. Pengumpulan data
dilakukan dengan wawancara guru
dan pengisian angket pada siswa.
Adapun teknik analisis data hasil
wawancara dan pengisian angket pada
studi pendahuluan dapat dilakukan
dengan cara, yaitu data diklasifikasi
dan ditabulasi berdasarkan klasifikasi
yang dibuat. Persentase jawaban guru
dan siswa dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
%100%
N
JJ
i
in
dimana % J in merupakan persentase
pilihan jawaban-i tiap butir pertanya-
an pada angket asesmen KPS pada
materi sifat koligatif larutan non-
elektrolit, ∑ i merupakan jumlah
responden yang menjawab jawaban-i,
dan merupakan jumlah seluruh res-
ponden. Hasil persentase jawaban
responden dijelaskan dalam bentuk
deskriptif naratif (Sudjana, 2005).
Tahap Pengembangan Produk
Awal
Pada pengembangan produk awal
ini, pertama dilakukan penyusunan
draft kasar instrumen asesmen ber-
basis KPS yang akan disusun hingga
menjadi produk awal pada instrumen
asesmen kognitif berbasis KPS pada
materi sifat koligatif larutan non-
elektrolit (draf 1).
Tahap kedua dilakukam penyu-
sunan instrumen validasi kesesuaian
isi, konstruksi, dan keterbacaan serta
melakukan penyusunan instrumen uji
coba lapangan awal berupa angket
tanggapan guru yang terdiri dari
aspek kesesuaian isi, konstruksi, dan
keterbacaan. Teknik analisis data
angket validasi ini dilakukan dengan
cara, data dikode dan diklasifikasikan
untuk dikelompokkan jawaban ber-
dasarkan item pertanyaan kemudian
dilakukan tabulasi data berdasarkan
klasifikasi yang dibuat, skor jawaban
responden diberikan berdasarkan
skala Likert pada Tabel 1, jumlah
skor jawaban responden diolah, dan
persentase jawaban pada setiap item
pertanyaan dihitung dengan meng-
gunakan rumus:
%100%
maks
inS
SX
dimana %Xin merupakan persentase
jawaban pada setiap item pertanyaan-
i, ∑ merupakan jumlah skor jawab-
an total, S maks merupakan skor mak-
Rahmayani et al. Pengembangan Instrumen Asesmen Kognitif berbasis …. |195
simum yang diharapkan (Sudjana,
2005).
Jumlah skor jawaban responden
diolah, kemudian rata-rata persentasi
semua item pertanyaan dihitung
dengan rumus berikut :
n
XX
in
i
%%
dimana i ̅̅ ̅̅ ̅̅ adalah rata-rata per-
sentase semua item pertanyaan-i, ∑ in merupakan jumlah persentase
semua item pertanyaan-i, dan n meru-
pakan jumlah butir soal angket
(Sudjana, 2005).
Tabel 1. Skala Likert
Pilihan jawaban Skor
Sangat Setuju (SS) 5
Setuju (S) 4
Kurang Setuju (KS) 3
Tidak Setuju (TS) 2
Sangat Tidak Setuju (STS) 1
Tabel 2. Tafsiran Skor Kuesioner
Persentase Kriteria
80,1% - 100% Sangat tinggi
60,1% - 80% Tinggi
40,1% - 60% Sedang
20,1% - 40% Rendah
0,0 % - 20% Sangat rendah
Rata-rata dihitung, data divisuali-
sasikan dan persentase jawaban setiap
item pertanyaan secara keseluruhan
ditafsirkan dengan menggunakan
tafsiran Arikunto (1997) seperti pada
Tabel 2.
Tahap Uji Coba Lapangan Awal
Instrumen asesmen kognitif ber-
basis KPS pada materi sifat koligatif
larutan non-elektrolit divalidasi dan
direvisi berdasarkan saran validator
sehingga diperoleh draft 2, kemudian
dilakukan uji coba lapangan awal
dengan melakukan pemberian angket
dan produk untuk mengetahui
tanggapan guru terhadap aspek kese-
susaian isi, konstruksi, dan keter-
bacaan. Uji coba lapangan awal ini
dilakukan di SMA Negeri 9 Bandar
Lampung denga dua responden guru
kimis kelas XII. Teknik analisi data
pada tahap ini sama dengan teknik
analisi data angket pada validasi ahli.
Tahap Revis Hasil Uji Coba
Tahap revisi ini dilakukan
berdasarkan pertimbangan hasil tang-
gapan dari guru terhadap produk yang
dikembangkan. Pada tahap ini dilaku-
kan penyempurnaan produk dengan
mengurangi hal-hal yang tidak perlu
dan menambahkan hal-hal yang perlu
berdasarkan tanggapan yang telah
diberikan oleh guru.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian dan Pengumpulan Data Hasil penelitian dan pengum-
pulan data terdiri dari hasil analisis
yang dilakukan pada studi kepus-
takaan dan studi lapangan. Pada studi
kepustakaan dilakukan analisis teori
sifat koligatif larutan non-elektrolit
yang meliputi KI, KD, analisis
konsep, RPP, silabus, serta mengkaji
teori yang berkaitan dengan asesmen,
KPS, dan hasil penelitian terdahulu.
Dari studi pendahuluan ini di-
peroleh data bahwa 80% guru
melakukan ujian blok/ulangan setiap
bab selesai diajarkan, 100% guru
mengetahui KPS, tetapi jarang me-
nerapkannya dalam proses pembel-
ajaran maupun evaluasi pembelajaran.
Pada penyusuna dan pembuatan kisi-
kisi soal, 100% guru pernah menyu-
sun sendiri soal yang akan diujikan
dan dikombinasikan dengan soal-soal
dari buku ajar atau LKS yang di-
gunakan, pada saat pembuatan kisi-
kisi pada soal, hanya 60% guru yang
membuat kisi-kisi saat menyusun
soal.
196| Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Kimia, Vol. 5, No.2 Edisi Agustus 2016, 191-202
Pada saat evaluasi pembelajaran,
kebanyakan guru hanya bertujuan
untuk mengukur pengetahuan siswa
saja, tidak mengukur KPS pada siswa,
sehingga ketercapaian yang diukur
tidak jelas. Oleh karena itu, 100%
guru menyatakan bahwa sangat perlu
pengembangan soal-soal berbasis
KPS untuk membuat siswa menjadi
aktif dan kreatif, dan agar siswa lebih
memahami dan menguasai materi
yang diajarkan.
Hasil dari responden siswa di
SMA Negeri 9 Bandar Lampung me-
nyatakan bahwa 93,33% soal-soal
yang diujikan guru telah sesuai
dengan materi yang diajarkan dan
hanya 40% siswa yang berpendapat
bahwa soal-soal yang diujikan guru
diambil dari buku ajar kimia atau
LKS yang digunakan. Siswa juga ber-
pendapat bahwa guru pernah membe-
rikan soal tentang pengklasifikasian
data, guru pernah memberikan soal
untuk membuat kesimpulan setelah
mengumpulkan, menginterpretasi
data dan informasi. Berdasarkan hasil
responden siswa terhadap angket
yang diberikan, 99,33% siswa ber-
pendapat bahwa perlu adanya
pengembangan soal berbasis KPS.
Perencanaan dan Pengembangan
Produk Berdasarkan hasil analisis yang
dilakukan pada tahap penelitian dan
pengumpulan data, akan disusun dan
dikembangkan instrumen asesmen
kognitif berbasis KPS atau yang
disebut draf 1. Produk instrumen
asesmen kognitif berbasis KPS yang
dikembangkan ini terdiri dari be-
berapa bagian, yaitu sampul depan
yang terdiri dari judul pada bagian
atas, gambar yang mendukung pada
materi yang terkait dengan instrumen
asesmen kognitif yang sedang di-
kembangkan yaitu gambar tabung U
pada terjadinya peristiwa osmosis
pada produk yang dikembangkan.
Pada produk instrumen asesmen
kognitif berbasis KPS pada materi
sifat koligatif larutan non-elektrolit
ini dikembangkan juga sampul dalam
terdiri dari judul, tim penyusun, dan
desain layout sampul pada instrumen
yang dikembangkan serta sumber
gambar yang terkait dengan sampul
luar bila ada. Kemudian kisi-kisi soal
dengan indikator yang rinci, soal
uraian dengan yang menilai beragam
KPS, rubrik penilaian, soal, daftar
pustaka, dan sampul belakang.
Karakteristik instrumen asesmen
kognitif yang dikembangkan di-
lengkapi dengan gambar dan tabel
yang berwarna sehingga menambah
ketertarikan siswa untuk mengerja-
kannya, bahasa yang digunakan pada
soal ini mudah dipahami dan tidak
menimbulkan tafsiran ganda. Kaidah
penulisan soal disesuaikan dengan
kaidah yang berlaku, soal yang
dikembangkan dapat mengukur indi-
kator pencapaian sehingga dapat
dijadikan alat ukur untuk tercapainya
tujuan pembelajaran, rubrik yang
dikembangkan dapat dijadikan se-
bagai acuan untuk menilai KPS siswa.
Soal yang dikembangkan termasuk
dalam kategori tes tertulis dalam
bentuk soal uraian. Soal-soal yang
dikembangkan menilai kemampuan
dan keberhasilan siswa pada KD 3.1.
Jumlah soal yang dikembangkan
sebanyak 5 soal uraian, hanya ter-
dapat empat dari enam KPS dasar
yang dapat dikembangkan pada ma-
teri ini adalah keterampilan meng-
amati, memprediksi, mengomunika-
sikan, dan menginferensi.
Berdasarkan kisi-kisi pada materi
sifat koligatif larutan non-elektrolit
yang telah dibuat, rincian setiap soal
yang dikembangkan adalah sebagai
berikut:
Rahmayani et al. Pengembangan Instrumen Asesmen Kognitif berbasis …. |197
Soal uraian nomor 1 menilai keter-
capaian siswa pada indikator 3.1.3
yaitu tentang diagram fase pada
kenaikan titik didih dan penurunan
titik beku. Soal ini terdiri dari 2 butir
soal. Keterampilan siswa yang dinilai
pada soal ini yaitu keterampilan
mengamati, mengomunikasikan, dan
memprediksi. Pada soal nomor 1a
siswa diminta untuk mengamati
diagram fase, kemudian siswa
membandingkan titik didih pelarut
dan titik didih larutan pada tekanan 1
atm, keterampilan yang dicapai
adalah mengamati dan mengo-
munikasikan. Pada soal 1b siswa
memprediksi titik didih pelarut dan
titik didih larutan pada tekanan 0,5
atm, keterampilan yang dicapai
adalah menginferensi.
Soal uraian nomor 2 menilai keter-
capaian siswa pada indikator 3.1.5
yaitu tentang pengaruh konsentrasi
larutan terhadap tekanan osmotik.
Soal ini terdiri dari tiga butir soal.
Keterampilan yang dinilai pada soal
ini yaitu keterampilan memprediksi,
menginferensi, mengamati dan
mengomunikasikan. Pada soal ini
siswa diminta untuk membaca wa-
cana tentang percobaan tekanan
osmotik pada beberapa larutan. Pada
soal nomor 2a siswa membuat tabel
hasil pengamatan pada percobaan,
siswa mengamati tabel hasil peng-
amatan, keterampilan yang dinilai
adalah mengamati dan mengomu-
nikasikan. Soal nomor 2b mem-
prediksi bagaimana tekanan osmotik
pada larutan yang sama dengan
konsentrasi berbeda, keterampilan
yang dinilai adalah keterampilan
memprediksi. Pada soal 2c siswa
menyimpulkan hubungan tekanan
osmotik dengan konsentrasi, sehingga
pada soal ini keterampilan yang dapat
dicapai oleh siswa adalah menaf-
sirkan.
Soal uraian nomor 3 menilai
ketercapaian siswa pada indikator
3.1.1 dan 3.1.2 yaitu tentang penga-
ruh konsentrasi terhadap kenaikan
titik didih dan penurunan titik beku.
Pada soal ini terdiri dari lima butir
soal. Keterampilan yang dinilai
adalah memprediksi, menginferensi,
mengomunikasikan. Pada soal ini
siswa mengamati tabel kenaikan titik
didih dan penurunan titik beku pada
tiga larutan dengan beberapa kon-
sentrasi. Soal nomor 3a siswa mem-
bandingkan kenaikan titik didih
ketiga larutan dengan konsentrasi
yang sama, keterampilan yang dinilai
adalah mengomunikasikan. Soal
nomor 3b membandingkan penurunan
titik beku ketiga larutan dengan
konsentrasi yang sama, keterampilan
yang dicapai adalah mengomunika-
sikan. Soal nomor 3c siswa menyim-
pulkan pengaruh konsentrasi dengan
kenaikan titik didih dan penurunan
titik beku pada ketiga larutan tersebut,
keterampilan yang dicapai adalah
menginferensi. Pada soal 3d dan 3e
siswa dapat memprediksi larutan yang
sama dengan konsentrasi yang
berbeda dari tabel pengamatan,
sehingga pada spal ini keterampilan
yang dicapai oleh siswa adalah
memprediksi.
Pada soal uraian nomor 4 menilai
ketercapaian siswa pada indikator
3.1.5 yaitu tentang pengertian tekanan
osmosis. Soal ini terdiri dari dua butir
soal. Keterampilan yang dinilai
adalah mengamati dan menginferensi.
Pada soal ini siswa mengamati dua
tabung U dipisahkan oleh selaput
semipermiabel yang didiamkan se-
lama 60 menit. Pada tabung A bagian
kiri dan kanan berisi larutan sukrosa
dengan konsentrasi berbeda. Pada
tabung B bagian kiri dan kanan berisi
larutan urea dengan konsentrasi
berbeda. Setalah mengamati kedua ta-
198| Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Kimia, Vol. 5, No.2 Edisi Agustus 2016, 191-202
bung tersebut. Pada soal 4a siswa
diminta membandingkan kedua
tabung yaitu tabunga A dan tabung B
sesudah dan sebelum didiamkan sela-
ma 60 menit, keterampilan yang di-
capai pada soal ini adalah mengamati
dan mengomunikasikan. Pada soal
nomor 4b siswa diminta untuk
menyimpulkan apa yang dimaksud
dengan persitiwa osmosis, keteram-
pilan yang dinilai adalah meng-
inferensi.
Soal uraian soal nomor 5 menilai
ketercapaian siswa pada indikator
3.1.6 dan 3.1.7 yaitu tentang hu-
bungan penurunan tekanan uap jenuh
larutan dengan fraksi mol zat ter-
larutnya dan hubungan tekanan uap
jenuh larutan dengan jenis zat ter-
larutnya. Soal ini terdiri dari empat
butir soal. Keterampilan yang ingin
dicapai pada soal ini adalah meng-
inferensi, memprediksi, mengomuni-
kasikan. Pada soal ini siswa diminta
untuk mengamati tabel hubungan
fraksi mol dengan tekanan uap jenuh
larutan. Pada soal nomor 5a siswa
diminta membandingkan tekanan uap
jenuh larutan dan penurunan tekanan
uap jenuh larutan pada fraksi mol
yang sama, keterampilan yang dapat
dinilia pada soal ini adalah kete-
rampilan mengamati dan mengomu-
nikasikan. Pada soal 5b siswa dapat
membandingkan tekanan uap jenuh
larutan dan penurunan tekanan uap
jenuh larutan pada fraksi mol ber-
beda, keterampilan yang ingin dinilai
pada soal ini adalah mengomu-
nikasian. Pada soal 5c siswa diminta
untuk menyimpulkan hubungan fraksi
mol terhadap tekanan uap jenuh
larutan dan penurunan tekanan uap
jenuh larutan, keterampilan yang
dinilai adalah menginferensi. Pada
soal 5d siswa memprediksi tekanan
uap jenuh larutan dan penurunan
tekanan uap jenuh larutan pada fraksi
mol berbeda, ketermpilan yang dinilai
adalah memprediksi.
Validasi Ahli
Setelah draf 1 selesai dikembangkan
kemudian instrumen asesmen kognitif
berbasis KPS tersebut divalidasi oleh
validator ahli. Berdasarkan lampiran
Permendikbud No 66 tahun 3013
tentang standar penilaian, instrumen
asesmen harus memenuhi persyaratan
substansi, konstruksi, dan penggu-
naan Bahasa yang baik dan benar
(Tim Penyusun, 2013). Validasi di-
lakukan untuk menilai asesmen yang
dikembangkan yang mencakup aspek
kesesuaian isi, konstruksi, dan keter-
bacaan. Seperti pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil Persentase Validasi
Ahli No Aspek Persentase Kriteria
1. Kesesuaian
isi
82,03% Sangat
tinggi 2. Keterbacaan 84,00% Sangat
tinggi
3. Konstruksi 83,07% Sangat
tinggi
Menurut Tim Penyusun (2010)
bahwa pengembangan instrumen
yang memperoleh persentase 71-90%
dapat dinyatakan valid. Oleh karena
itu, berdasarkan hasil persentase pada
Tabel 3, pengembangan instrumen
asesmen kognitif berbasis KPS pada
materi sifat koligatif larutan non-
elektrolit ini dinyatakan valid dengan
kategori sangat tinggi.
Berdasarkan hasil persentase
validasi ahli pada Tabel 3 diperoleh
persentase pada aspek kesesuaian isi
sebesar 82,03%. Persentase ini
diperoleh dari beberapa pernyataan
yang disetujui oleh validator yaitu,
pada bagian kesesuaian isi materi
dengan KD diperoleh hasil bahwa
asesmen sudah sesuai dengan KD,
Rahmayani et al. Pengembangan Instrumen Asesmen Kognitif berbasis …. |199
indikator yang dirumuskan pada
asesmen telah disusun berdasarkan
KD 3.1. Instrumen asesmen ini sudah
mengukur indikator proses, peng-
gunaan grafik, tabel, dan sejenisnya
pada isntrumen asesmen sudah sesuai
dengan konsep, dan materi yang
disajikan telah sesuai dengan konsep.
Pada bagian kesesuaian instrumen
asesmen dengan indikator KPS
diperoleh hasil bahwa pernyataan-
pernyataan pada asesmen sudah
membimbing siswa dalam melakukan
keterampilan mengamati, menaf-
sirkan, memprediksi, dan mengo-
munikasikan.
Berdasarkan hasil persentase
validasi ahli pada aspek keterbacaan,
diperoleh sebesar 84,00% yang di-
peroleh dari beberapa pernyataan
yang disetujui oleh validasi ahli yaitu,
petunjuk pengisian lembar asesmen
sudah jelas, mudah dipahami, dan
dimengerti. Simbol-simbol yang di-
gunakan pada asesmen dapat terbaca
dengan baik. Kalimat yang digunakan
dapat ditafsirkan, pemilihan huruf,
ukuran huruf dalam soal telah sesuai,
penggunaan spasi, ukuran gambar,
dan warna pada soal telah sesuai.
Berdasarkan hasil persentase
pada aspek konstruksi, diperoleh
sebesar 83,07%. Persentase ini di-
peroleh dari beberapa pernyataan
yang disetujui oleh validator yaitu,
ruang lingkup soal berupa batasan
pertanyaan dan jawaban sudah jelas.
Rumusan pertanyaan sudah berupa
kata tanya dan menuntut jawaban
terurai, pokok soal sudah dirumuskan
secara jelas dan tegas. Gambar grafik
dan tabel sudah disajikan dengan
jelas.
Setelah dilakukan validasi, pro-
duk instrumen asesmen kognitif yang
telah dikembangkan direvisi ber-
dasarkan saran yang telah diberikan
oleh validator. Walaupun semua hasil
validasi ahli menunjukkan hasil yang
sangat tinggi, namun terdapat saran
yang diberikan oleh validator ter-
hadap asesmen kognitif berbasis KPS
yang dikembangkan agar instrumen
asesmen kognitif berbasis KPS
tersebut direvisi sehingga menjadi
lebih baik sebelum diuji cobakan ke
sekolah.
Soal yang sudah memiliki
konsistensi yang baik, maka akan
dapat mengukur kompetensi siswa
dengan baik. Penyusunan alat eva-
luasi sebagai tes atau ujian hendaknya
berpedoman pada tujuan pem-
belajaran KD. Alat ukur yang dikem-
bangkan harus memiliki kejelasan
dalam kalimat dan bahasa, dan dapat
digunakan sebagai pendorong hasil
belajar yang lebih baik. Sehingga
penilaian desain oleh seorang ahli
pada beberapa aspek dianggap
penting (Ferdiana, et al., 2013;
Widiantoro, et al., 2009)
Saran yang diberikan oleh vali-
dator pada aspek keterbacaan adalah
gambar pada tabung U dibuat agar
lebih terlihat menarik, ditambahkan
petunjuk pengisian pada soal yang
memudahkan siswa untuk menjawab
pertanyaan yang ada di soal, warna
tabel pada produk disamakan pada
setiap tabelnya. Pada aspek kons-
truksi, saran yang diberikan validator
adalah pada gambar mikroskopis
pada soal nomor 4 sebaiknya dihi-
langkan saja. Setelah direvisi, diper-
oleh produk instrumen asesmen
kognitif berbasis KPS pada materi
sifat koligatif larutan non-elektrolit
yang kesesuaian isi tidak disebut draft
2. Pada aspek terdapat saran revisi
dari validator.
Uji Coba Lapangan Awal
Produk instrumen asesmen kog-
nitif atau draf 2 ini diuji cobakan
secara terbatas pada dua guru kimia
200| Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Kimia, Vol. 5, No.2 Edisi Agustus 2016, 191-202
kelas XII di SMA Negeri 9 Bandar
Lampung bertujuan untuk mengetahui
tanggapan guru pada aspek kese-
suaian isi, konstruksi, dan keter-
bacaan. Pada tahap ini guru diperli-
hatkan produk instrumen asesmen
kognitif, lalu mengisi angket yang
sama dengan angket pada validasi
ahli. Hasil tanggapan guru disajikan
dalam Tabel 4.
Tabel 4. Hasil Tanggapan Guru No Aspek Persentase Kriteria
1. Kesesuaian
isi
84,60% Sangat
tinggi
2. Keterbacaan 80,00% Sangat
tinggi
3. Konstruksi 84,00% Sangat tinggi
Berdasarkan hasil uji coba
lapangan awal tidak terdapat saran
perbaikan dari guru terhadap asesmen
yang dikembangkan. Sehingga,
diperoleh draf 3 atau produk akhir
yang dihasilkan yaitu instrumen
asesmen kognitif berbasis KPS pada
materi sifat koligatif larutan non-
elektrolit dengan karakteristik yaitu,
soal yang dikembangkan sudah sesuai
dengan KI-KD, soal-soal yang
dikembangkan menilai KPS siswa
tingkat dasar, yaitu keterampilan
memprediksi, mengamati, menginfe-
rensi, dan mengomunikasikan.
Adapun faktor pendukung dalam
pengembangan instrumen asesmen
kognitif berbasis KPS ini adalah
adanya respon positif dari sekolah
yang telah memberikan kesempatan
dalam pengambilan data dan adanya
respon positif dari guru dan siswa
yang bersedia mengisi angket pada
penelitian ini. Sedangkan kendala
yang dihadapi saat penelitian ini
adalah kurangnya referensi yang
dapat dijadikan acuan untuk membuat
soal-soal yang dapat menilai KPS
siswa.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan diperoleh kesimpulan
bahwa asesmen kognitif berbasis ke-
terampilan proses sains pada materi
sifat koligatif larutan non-elektrolit
yang dikembangkan sebanyak 5 soal.
Asesmen kognitif berbasis KPS yang
dikembangkan dapat menilai kete-
rampilan proses sains, yaitu meng-
amati, memprediksi, menginferensi,
dan mengomunikasikan. Asesmen
kognitif berbasis KPS pada materi
sifat koligatif larutan non-elektrolit
memiliki tingkat kesesuaian isi, ke-
terbacaan, dan konstruksi yang sangat
tinggi.
DAFTAR RUJUKAN
Abungu, H.E., Okere, M.I.O. dan
Wachanga, S.M. (2014). The Effect
of Science Process Skills Taeching
Approach on Secondary School Stu-
dents’ Acheivement ini Chemistry in
Nyando District, Kenya. Journal of
Educational and Social Reasearch.
4(6) : 37-43.
Arikunto, S. 1997. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktek
Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.
Baehaki, F. Kadaritna, N,.
Rosilawati, I,. 2014. Pengembangan
Instrumen Asesmen Kelarutan dan
Hasil Kali Kelarutan Berbasis Kete-
rampilan Proses Sains. Jurnal Pen-
didikan dan Pembelajaran Kimia,
2(2) : 68-82.
Ergul, R., Simsekli, Y., Calis,
S., Ozdilek, Z., Sirin, G., dan Sanl,
M.. 2011. The Effect Inquiry-Based
Science Teaching on Elemantary
School Students’s Science Process
Rahmayani et al. Pengembangan Instrumen Asesmen Kognitif berbasis …. |201
Skill and Science Attitudues.
Bulgarian J. Sci. and Educ. Policy,
5(1) : 48-68.
Ferdiana, S., Rinie, P, P, dan
Widowati, B. 2013. Pengembangan
Perangkat Pembelajaran IPA Terpadu
Berbahasa Inggris Tipe Intergrated
dengan Tema Mengamati Jasad renik
dalam Setetes Air untuk Kelas VII
SMP. Jurnal BioEdu. 2(1): 31-34.
Fransisco, J. S,. et al,. 2002.
Assesing Student Understanding of
General Chemistry with Concept
Mapping. J. Chem., 79(2): 248-252.
Hartono, A., dan Sunanro. 2007.
Perkembangan Peserta Didik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Haryono. 2006. Model
Pembelajaran Berbasis Peningkatan
Proses Sains. Jurnal Pendidikan
Dasar, 7(1): 1-13.
Heong, Y.M., Othman, W.D.,
Md Yunos, J., Kiong, T.T., Hassan ,
R., dan Mohammad, M.M. 2011. The
Level of Marzono Gigher Order
Thinking Skills Among Technical
Education Students. Inter. J. Soc. And
Hum., 1(2): 121-125.
Husamah dan Yanur, S. 2013.
Desain Pembelajaran Berbasis Kom-
petensi. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.
Karsli, F., Yaman, F., dan Ayas,
A. 2009. Prospective Chemistry
Teachers’ Competency of Evaluation
of Chemical Experiments in Terms of
Science Process Skills. Proced. Soc.
Behav. Sci., 2(2010): 778-781
Lin, H., dan Cheng, H., 2000.
The Assesment of student and
teachers’ understanding of gas laws.
J. Chem. Educ.,7(2): 235-328.
Okaviana, E,. Fadiawati, N., dan
Kadarita, N. 2015. Pengembangan
Instrumen Asesmen Berbasis Kete-
rampilan Proses Sains Pada Materi
Hukum-Hukum Dasar Kimia. Jurnal
Pendidikan dan Pembelajaran Kimia,
4(2): 77-91.
OECD. 2013. PISA 2012 Assess-
ment and Analytical Framework
Mathematics, Reading, Science, Pro-
blem Solving and Financial Literacy.
OECD Publishing.
Poerwanti, E. 2001. Asesmen
Pembelajaran SD (Konsep Dasar
Asesmen Pembelajaran). A.A. Ketut
Budiastra (Ed). Diakses 19 Desember
2015 pukul 20:10
http://storage.kopertis6.or.id/kelemba
gaan/Applied%20Approach/MATERI
/Drs.%20Suwarno,%20M.Si/1Konsep
-Dasar-Asesmen-Pembelajaran.pdf
Provasnik, S., Kasthberd, D.,
Ferarro, D., Lemaski, N., Roey, S.,
and Jenkin, F. 2021 : Hightlights
From TIMSS 2011: Mathematic and
Science Acheivement of U.S. Fourth
and Eighth-Garde Students in Inter-
national Contest. NCES. IES. U.S.
Washingtonh DC : Departemen of
Education
Rezban RJ,. Spague, C,. dan Fiel,
R. 2005. Science Process Skills. Lowa
: Kendal / Hunt Publishing.
Sudjana. 2005. Metode Statistika.
Bandung: Tarsito
Sukmadinata. 2011. Metode
Penelitian Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Tim Penyusun. 2006a. Panduan
Penyusunan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan Jenjang Pen-
202| Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Kimia, Vol. 5, No.2 Edisi Agustus 2016, 191-202
didikan Dasar dan Menengah.
Jakarta: BSNP.
Tim Penyusun. 2006b. Standar
Kompetensi Mata Pelajaran Mate-
matika Sekolah Dasar dan Madrasah
Ibtidaiyah. Jakarta : Pusat Kurikulum
Tim Penyusun. 2010. Panduan
Pengembangan Bahan Ajar Berbasis
TIK. Direktorat Pembinaan Menengah
Atas. Jakarta
Tim Penyusun. 2011. Survei
International TIMSS. [Online].
Diakses 19 Desember 2015.
http://litbang.kemdikbud.go.id/index.
php/timss
Tim Penyusun. 2013. Permen-
dikbud No 66 Tahum 2013 tentang
Standar Penilaian. Jakarta : Kemen-
dikbud.
Wardana, N. 2010. Pengaruh
Model Pembelajaran Berbasis Ma-
salah Terhadap Kemampuan Berfikir
Tingkat Tinggi dan Pemahaman Kon-
sep Fisika. Jurnal Penelitian Pasca-
sarjana Undiksha, 2(1): 1625-1636.
Walters, B.Y,. dan Soyibo K,.
2001. An Analysis of High School
Students’ Performance on Five
Integerated Science Process Skill.
Research in Science & Technological
Education, 19(2): 133-145
Widiyanto. 2009. Pengembangan
Keterampilan Proses dan Pemahaman
Siswa kelas X Melalui Kit Optik.
Jurnal Pendidikan Fisika Indonseia,
5(1): 1-7.
Widyantoro, D., Boenasir, dan
Karsono. 2009. Pengembangan Soal
Tes Pilihan Ganda Kompetensi
Sistem Starter dan Pengisian Program
Keahlian Teknik Mekanik Otomotif
Kelas XII. Jurnal PTM, 9(1): 14-21.